“Ayo, Ra! Gue mau liat Kak Rian tanding!”
Kiara melengos. Sheva, teman sebangkunya menarik-narik lengannya untuk mengajaknya menonton pertandingan basket yang diadakan di sekolah. SMA Nusantara, sekolah mereka, akan bertanding melawan musuh bebuyutannya, SMA Garuda.
“Gue males! Lo aja sendiri!” balas Kiara cuek. Sangat jutek hingga membuat siapa saja akan merasa kesal.
“Ayo dong, Ra! Anak-anak yang lain udah pada stay di lapangan!” seru Sheva, tetap kukuh mengajak Kiara bersamanya.
“Nggak ah!” Kiara melepaskan genggaman Sheva dari lengannya kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya yaitu tidur. Gadis itu memang sudah merencanakan untuk menikmati tidur siang di jam istirahat. Semalam, dia begadang demi menonton drama Korea kesayangannya yang berjumlah 16 episode. Dia menontonnya hingga selesai. Akibatnya, disepanjang pelajaran, dirinya tidak fokus karena manahan kantuk.
“Ayo, Ra! Lo bakalan nyesel kalo nggak ikut gue!” ancam Sheva, terus berusaha membujuk sahabatnya itu.
“Bodo!”
“Di sana banyak cowok-cowok ganteng, lho. Siapa tau ada yang nyangkut gitu di hati lo,” bujuk Sheva. Dia memang terkenal sebagai gadis yang pantang menyerah.
“Gue nggak mau jatuh cinta!”
Kiara memejamkan matanya. Sesekali dia menggeliat di atas bangku-bangku yang telah dia susun sedemikian rupa untuk membuat posisi tidurnya semakin nyaman.
Sheva mengembuskan napas kasar. Bibirnya mengerucut menatap Kiara yang sudah tertidur pulas dan mungkin saja sudah berada di alam mimpi. Gadis itu kemudian berjalan keluar kelas untuk menonton pertandingan basket yang sudah lama dinantikan para siswa SMA Nusantara. Dia bingung, mengapa Kiara tidak suka nonton pertandingan basket? Padahal di sana dia bisa menemukan cowok-cowok ganteng yang mungkin saja akan meliriknya, mengingat Kiara yang masih berstatus jomlo.
Dua puluh menit berlalu, Kiara tersadar dan bangun dari tidurnya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali. Jangan ditanya lagi seperti apa perawakannya saat ini, dia sangat berantakan. Bahkan ilernya terlihat menempel di pipi bagian kirinya.
“Hoam!!” Kiara menguap sambil mengucek-ngucek matanya. Dia mengamati ruang kelas yang masih kosong. Semua teman sekelasnya berada di lapangan untuk mendukung tim basket sekolah yang sedang bertanding demi mengharumkan nama sekolah.
Kiara berdiri dan mengembalikan bangku-bangku ke tempatnya semula yang tadi dia gunakan untuk tidur. Dia kemudian menegapkan punggungnya yang terasa kaku.
Kiara berjalan keluar kelas sambil sesekali menguap. Indra pendengarannya menangkap teriakan bahkan jeritan-jeritan dari para siswi yang berada di pinggir lapangan saat tim basket sekolahnya berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
Kiara berjalan di koridor kelas yang lumayan sepi. Dia berhenti sejenak di teras kelas untuk mengamati pertandingan yang semakin seru. Skor sementara imbang, hingga membuat pertandingan semakin memanas. Mata Kiara menyipit tatkala dia bertemu pandang dengan Sheva yang melambai-lambaikan tangan ke arahnya, memintanya untuk bergabung menonton pertandingan.
BRUK!
“Aww!!”
Kiara terhuyung ke belakang. Bokongnya tepat mengenai ubin hingga membuatnya meringis kesakitan.
“Sialan! Siapa yang lemparin gue!” pekik Kiara kemudian mencoba bangkit berdiri dengan sisa-sisa tenaganya.
Seorang yang merupakan orang yang melempar bola menghampirinya. “Sori. Gue nggak sengaja,” ucapnya lembut.
Kiara menatap laki-laki berseragam basket SMA Nusantara itu dengan murka. “Lo tuh bisa main basket atau nggak, sih!” bentak Kiara kesal. Napasnya memburu dan giginya bergemelatuk menahan emosinya yang sudah mencapai ubun-ubun.
Laki-laki itu tercenung dan menatap Kiara tanpa kedip. Melihat wajah perempuan itu mengingatkannya pada seseorang.
“Ngapain lo masih di sini?!” kesal Kiara saat orang yang masih melemparnya masih diam mematung menatapnya.
Lama-lama Kiara menjadi salah tingkah oleh tatapan intens laki-laki itu. Dia menggaruk tengkuk untuk mengurangi kegugupan yang entah mengapa tiba-tiba melandanya.
“Sheila?” panggil laki-laki itu, terdengar lirih. Sarat akan kerinduan.
Sebelah alis Kiara terangkat. Dia kini menatap heran pada laki-laki itu. “Maaf. Lo salah orang. Gue bukan Sheila,” ralat Kiara kemudian berjongkok dan mengambil bola basket yang masih menggelinding di bawah kakinya, kemudian menyerahkannya pada laki-laki di hadapannya.
“Gue maafin lo. Tapi, jangan muncul di hadapan gue lagi,” tandas Kiara kemudian beranjak dari sana setelah laki-laki itu mengambil bola dari tangannya.
***
ВЫ ЧИТАЕТЕ
If Only
Подростковая литератураIni tentang Gilang, laki-laki ceria dan sikap usil yang ia miliki, berusaha mengejar Kiara, perempuan kaku nan jutek di sekolahnya. Dan Kiara, apa yang ia alami di masa lalu membuatnya tak ingin lagi membuka hati untuk siapa saja. ~21 Mei 201...
