Bab 4 Degupan Pertama Itu...

29K 2.4K 118
                                    

Aiyra POV

Setelah berkutat dengan paper dan tugas rumit masalah biota laut, akhirnya aku bisa bernapas juga. Aku bisa pulang ke rumah dengan napas lega. Sebenarnya malas sekali mengerjakan tugas ini. Mendingan aku kasih ke Amirra dan kubayar dengan baju baru. Tapi, anak itu sepertinya sedang tak mood akhir-akhir ini. Ya iyalah secara rencana aneh papa berhasil mengacaukan weekend-nya. Padahal rencana aneh papa itu sangat membuatku gembira.

Tapi, tak sepenuhnya bahagia sih. Sebab aku harus menghabiskan akhir pekan dengan adikku yang super judes dan tak asyik itu. Padahal aku sangat ingin jalan-jalan ke mall. Belum lagi, teman-teman SMAku merencanakan reuni kecil-kecilan di Malang Olympic Garden sore nanti. Mau minta antar Om Wahyu tak bisa. Secara Om Wahyu juga mau kencan bersama Mbak Suci. Good luck, Om!

Wish me luck juga deh! Sebab saat ini di siang terik pukul 1, aku harus menghadapi taring Amirra. Akhirnya, dengan pemaksaan penuh aku menyuruhnya mengantarku ke MOG. Mau bagaimana lagi kalau mama dan papa sudah menitipkan diriku ini pada si bungsu yang sok dewasa itu. Sikap over protektif papa membuatnya lebih percaya Ara daripada supir angkot. Sehingga, papa lebih percaya Ara mengantarku kemana-mana daripada aku harus naik angkutan umum sendirian.

"Macet nih! Emang penting banget ya, Kak?" tanyanya sinis tanpa menatapku dan asyik menyetir All New Yaris warna kuning.

"Iyalah Dek, kakak mau reunian sama temen SMA. Nanti Dek Ara boleh ikutan kok. Nanti kakak jajanin yang banyak deh," ujarku merayu manis. Dia hanya menekuk bibir imutnya sambil menarik kerudungnya ke belakang. Lantas dijalankannya mobil dengan pelan.

"Reuni doang? Kenapa gak di sekolah aja sih? Aneh!" celetuknya dingin. Sabar Aiyra, kamu butuh dia! Hiks.

"Ya kali kalau resmi, Dek. Ini cuma sesama geng Kakak aja kok," aku berusaha ngeles kayak bajaj.

"Hah? Hari gini masih geng-gengan? Hadeh, kenapa gak sekalian aja bikin geng motor!" celetuknya makin jutek. Dih, sumpah ya nih anak turunan papa banget.

"Eh Kak, angkatin teleponku nih. Kayaknya papa telepon deh!" ya elah nih anak nyuruh kakaknya kayak nyuruh adeknya aja. Sabar Aiyra, kamu butuh dia! Kamu butuh dia! Hiks.

Deg-deg, telepon dari papa. Hah, panggilan video lagi! Ya Salaam habis aku. Secara aku sedang memakai baju seperti lampu lalu lintas. Celana palazzo berpalet shocking pink, blus hitam motif love warna-warni, kerudung pink senada dengan celananya dengan bros love besar, sepatu warna hijau tua, dan tas kecil bentuk pita warna kuning. Kuyakin papa sudah siap dengan wejangan dan tausyiah singkat ala Mamah Dedeh.

"Hai Papa!" sapaku sok ceria padahal hatiku sudah jedag-jedug seperti musik dugem.

"Aiyra? Lagi dimana? Adek mana?" berondong papa yang membuatku ingin pingsan.

Aku nyengir ala kuda poni, "Nih adek lagi di samping, Pa. Kami lagi mau ke mall. Kan tadi Aiyra udah pamitan."

"Ke mall? Kirain Aiyra lagi mau berdiri di dekat perempatan gantiin traffic light," tawa Ara meledak. Swear pengen kuemut nih bayi satu.

"Ih papa! Ini tuh kreasi aku sendiri. Daripada kayak Adek. Mirip sama air laut. Dari atas sampai bawah biru semua," cibirku sambil menatap Ara yang memakai maxi dress baby jeans dan kerudung biru senada dengan bajunya.

"Emangnya kamu ngapain ke mall? Penting sekali ya reuninya sampai harus pergi? Ya pokoknya Ara suruh temenin sampai selesai. Pokoknya jam 5 sore harus sudah ada di rumah. Papa gak mau tahu, jam 6 papa sudah sampai Malang. Kalian sudah ada di rumah," putus papa yang merupakan perintah mutlak. Susah kalau sudah ketemu kata 'pokoknya'.

"Papa, Aiyra itu ngumpul sama temen SMA yang udah 1 tahun gak ketemu. Waktu sebentar itu mana bisa, Pa?" rengekku yang dibalas wajah serius papa. Sumprit walau cuma video call, aura papa tetep serem. Radiasinya tetap angker.

Suddenly in Love (SIL Reborn)/END/Dreame/InnovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang