3. Unrequited Love

537K 10.5K 955
                                    

Author POV

Mata Devan terus terpaku pada sosok wanita anggun di depannya yang sedang menjelaskan program terbaru departemen yang dipimpinnya dengan penuh percaya diri. Athifa Farihan, Manager HRD baru yang dalam waktu sebulan bekerja sudah membuat perubahan berarti di departemennya. Membuat para karyawan mengagumi kepemimpinannya yang cakap di usianya yang terbilang muda.

Devan pun menyadari bukan hanya dia yang tidak bisa melepaskan pandangannya dari wanita satu ini, rekan kerjanya yang lain pun sedari tadi sangat fokus mendengarkan penjelasannya yang sangat lugas dan tanpa cela. Tifa dapat membuat para pendengarnya bisa berkonsentrasi penuh dengan setiap ucapannya. Belum lagi senyuman simpul yang terus menghiasi wajahnya sedari tadi membuat yang melihatnya merasakan ketenangan dan kenyamanan. Tidak akan ada yang pernah bosan melihat wanita mengagumkan satu ini.

Devan sekalipun.

"Terima kasih untuk kehadirannya. Selamat siang" kata Tifa menutup presentasinya siang ini dengan senyuman yang lembut.

Orang-orang pun dalam waktu singkat meninggalkan ruang rapat untuk istirahat makan siang. Tapi tidak dengan Devan. Dia dengan sabar menunggu Tifa yang merapihkan laptop dan peralatan tulisnya. Saat Tifa akan membawa semuanya dalam pegangannya, Devan pun mendekat dengan cepat.

"Biar kubantu" kata Devan mengulurkan tangannya mengambil laptop ditangan Tifa tetap dengan wajah datarnya. Tifa tersenyum simpul dan membiarkan Devan. Dia sudah terbiasa dengan Devan yang selalu terlihat datar namun tetap penuh dengan kelembutan.

"Terima kasih"

Mereka pun keluar dari ruang rapat berdampingan. Mata para karyawati menatap keduanya dengan tajam dan penuh rasa iri terhadap Tifa. Baru kali, General Manager mereka terlihat dekat dengan wanita. Selama ini, Devan selalu acuh pada para karyawati dan hanya berinteraksi seadanya apabila dia membutuhkan sesuatu. Namun, dengan Tifa semua terlihat berbeda. Devan hampir sering terlihat bersama dengan wanita itu.

Walaupun tanpa mereka tahu, alasan Devan sering bersama dengan Tifa tidak lain karena dia merasa Tifa adalah lawan yang sebanding dengan dirinya. Tifa cerdas dan juga menyenangkan untuk diajak berdiskusi, mengenai apapun itu.

Baginya, tidak mudah mencari wanita seperti ini di jaman sekarang. Wanita-wanita yang selama ini berusaha mendekatinya, antara hanya tertarik dengan parasnya atau dengan hartanya. Sehingga yang akan para wanita itu lakukan hanyalah mencoba menggodanya. Mencoba membuat Devan takluk pada pesona dan keseksian mereka. Selalu seperti itu.

Sehingga bertemu dengan wanita seperti Tifa seperti menemukan oase di tengah gurun pasir. Devan akhrinya bisa menemukan wanita yang bisa mengimbanginya.

Tapi apakah dia sudah jatuh cinta? Apakah kenyamanan yang dia rasakan bersama dengan Tifa adalah cinta?

Devan sendiri tidak mengerti. Karena dia tidak pernah mengenal yang namanya cinta.

***

Devan POV

Malam ini tiba-tiba saja aku ingin makan sushi sepulang kerja. Entah kenapa. Aku seperti wanita hamil yang mengidam, tapi sejak tadi aku sangat ingin memakannya. Akhirnya, walaupun hanya sendiri aku pun memutuskan makan malam di restoran Jepang langgananku.

Sebenarnya aku tadi mengajak Tifa untuk makan malam bersama, tapi sayangnya dia sedang ada urusan sehingga tidak bisa. Namun, tidak masalah. Aku sudah terbiasa sendiri. Selama ini pun begini.

Aku menyesap hot ocha ku yang masih mengebul perlahan sembari menunggu pesananku yang belum datang. Malam ini restoran tidak terlalu ramai karena ini masih malam kerja. Hanya beberapa meja yang terisi dengan pelanggan.

[4] My Lady [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang