01- Nightmare

271 108 66
                                    

Seorang gadis berlari dengan terburu-buru. Sepatu yang dipakainya terlepas sebelah dari kakinya, ia sempat mengumpat dan ingin mengambil kembali sepatunya, namun klakson mobil berbunyi beberapa kali, kepala pengemudi keluar dari jendela lalu meneriakinya dengan kata-kata kasar. Gadis itu beberapa kali menundukkan kepalanya untuk meminta maaf, ia pun segera minggir dari jalanan dan bergegas ke rumah tanpa mengenakan alas kaki. Ia sama sekali tidak peduli jika kakinya lecet sekalipun atau dirinya tertabrak, karena yang terpenting baginya sekarang adalah ia harus secepatnya kembali ke rumah, sebelum ayah tirinya memberikan hukuman atau mungkin bisa saja ia akan dijual kepada tetangga sebelah rumahnya yang tukang mabok.

Anna memencet bel rumah dengan napas yang masih tersenggal-senggal. Ia mulai merasakan perih disekitaran telapak kaki kanannya. tidak perlu waktu lama,  pintu itu terbuka dengan menampilkan seorang pria berusia sekitar 45 tahun menatapnya dengan tajam. Hanya dalam hitungan detik, tangan pria itu langsung menyambar rambut Anna dan Anna ditarik paksa untuk masuk ke dalam.

"Sa..sakit, Ayah.." Anna memegang rambutnya yang masih di tarik oleh ayah tirinya.

"Aku tidak suka menunggu, Anna," pria itu menjambak rambut Anna lebih keras, kemudian mendorong Anna sampai terjatuh.

"Ma-af.." lirihnya yang merasakan sakit di kepala dan kakinya.

"Cepat bereskan rumah ini! Keluarga besar ibumu akan datang," pria itu menghampiri Anna yang masih terduduk. Ia lalu mengangkat dagu Anna dengan paksa, "Jangan bicara yang macam-macam!"

Anna mengangguk, tangan pria itu kemudian melepaskannya secara kasar dan berlalu meninggalkan gadis itu seorang diri. Anna menggigit bibir bawahnya, ia berusaha menahan rasa sakitnya, ia tidak boleh menangis. Tidak untuk kali ini. Keluarganya akan datang, Anna akan menyambutnya sepenuh hati, bukan dengan kumpulan air mata yang menyedihkan.

***

Gadis berperawakan cantik itu tampak seperti seorang putri di pantulan cermin. Rambutnya yang di gulung rapi memperlihatkan leher putihnya yang jenjang. Dengan balutan gaun berwarna biru cerah dan butiran mutiara yang mengelilingi gaun tersebut. Gaun peninggalan ibunya itu tampak cocok dipakainya.

Anna membuka pintu kamarnya. Di sana sudah menampilkan seorang pria mengenakan setelan jas hitam dengan dasi kupu-kupu di lehernya. Pria itu tampak menyelidiki gadis cantik di hadapannya dari atas sampai bawah, lalu pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Anna yang mulai melangkah mundur dan ingin masuk masuk kembali ke dalam kamarnya. Namun dengan cepat tangan pria itu mengambil knop pintu kamar Anna dan menutupnya sedikit mengeluarkan suara yang membuat Anna terkejut. Pria itu semakin dekat dengan Anna dan mulai menghirup aroma tubuh Anna yang menurutnya sangat harum dan menggoda.

"Aku akan melakukannya, seandainya saja di rumah ini tidak ada keluargamu." Pria itu berlalu meninggalkan Anna sementara gadis itu bernapas dengan lega. Ia selau merasa beruntung, ini bukan pertama kalinya, dan Anna selalu berhasil lolos dari pria itu.

Suasana rumah yang megah ini tampak ramai karena kedatangan keluarga besar dari ibunya Anna. Semuanya mengenakan gaun dan jas bagaikan berada di sebuah pesta dansa. Anna tersenyum menyapa tamu yang baru hadir. Banyak dari mereka yang memuji Anna pada malam ini, dari kecil Anna memang sudah dipuji sebagai gadis kecil yang cantik. Sampai-sampai paman dan bibinya selalu berebutan ingin mengadopsi Anna sebagai anaknya.

"Malam, Anna," sapa Maretha dengan  Georgio yang berada di sampingnya.

"Malam bi, paman," Anna membalasnya dengan senyuman lalu memeluk bibi dan pamannya dengan hangat

"Keponakanku ini makin cantik saja," puji Georgio yang membuat bibi Maretha mencubit pinggangnya.

"Apa kabar, Anna? Apa kau baik-baik saja dengan ayahmu?" tanya  Maretha dengan lembut.

Your DestinyWhere stories live. Discover now