Perempuan-Perempuan Rempong

27.7K 1.3K 276
                                    

"Lah? Belum siap?"

Ferril berkacak pinggang. Ia geleng-geleng melihat Farras yang masih sibuk memakai jilbabnya di depan cermin. Sementara Ando dan Farrel sudah menunggu di luar sana.

Liburan kali ini, Farrel dan Ferril pulang lagi. Baru tiba kemarin sore tapi pagi ini sudah harus jalan bersama sepupu-sepupu mereka sebelum memulai puasa pertama di ramadhan ke sekian kalinya namun terasa berbeda. Gimana enggak? Farras udah menikah dan Ando ikut tinggal di rumah mereka hingga lebaran nanti. Karena bunda yang minta dengan dalih gak ada yang bantuin masak di rumah selama ramadhan sampe lebaran. Apa boleh buat, Feri dan Sara menyetujui karena mereka masih punya dua anak perempuan di rumah.

"Lo lama dah! Udah jam setengah delapan nih! Belum jemput yang lain!"

Ferril ngomel-ngomel lagi. Farras hanya terkekeh sambil mempercepat gerak tangannya. Tadi abis subuh, ia ikut bundanya ke pasar untuk belanja dan baru tiba jam setengah tujuh tadi. Belum lagi mengurusi rumah sebentar jadi baru sempat mandi jam tujuh.

"Jadi berangkat, dek?" tanya bunda. Wanita itu sedang kebut-kebutan memasak sarapan untuk dibekalkan pada anak-anaknya yang belum pada sarapan itu. Suaminya? Baru sampe di rumah tadi sebelum subuh jadi sekarang, saatnya tidur sebelum dhuha nanti jam 9. Berhubung gak mau dimarahi istrinya kalau kerja hari ini, jadi lah lembur semalam. Yang penting bisa libur hari ini walau beberapa bulan ini emang jarang pulang. Apalagi seminggu lalu baru pulang dari Maluku setelah menetap hampir dua bulan. Berasa gak punya istri sama anak aja yang diurusi, begitu omel istrinya saat ia sampai di rumah. Perempuan itu emang paling senang mengomel saat suaminya pulang kerja padahal sih kangen. Cuma gengsian aja ngakuin.

"Jadi bunda."

Ferril menjawab saat sudah menuruni tangga. Ia berjalan menghampiri bundanya yang sedang sibuk mengangkat nasi goreng dari wajannya.

"Mau kemana sih emangnya?"

"Bogor, bunda. Ke Puncak."

Oooh. Bundanya mengangguk-angguk. Padahal bundanya ingin anak-anaknya yang baru pulang ini di rumah saja. Tapi tak apa lah pikirnya, toh sehari ini saja.

"Buruan lo, Ras!"

Ia berteriak dari bawah. Farras yang baru saja selesai memakai jilbabnnya langsung membalas kalau ia sudah selesai. Kini malah terburu-buru mengambil tasnya kemudian turun dengan terburu-buru.

"Gak usah lari-lari begitu. Gak bakal ditinggal kok," suara Ando terdengar. Lelaki itu memilih masuk ke dalam rumah saat Ferril malah keluar dan kini menongkrongi mobil bersama Farrel. Sekedar mengecek mobil sebelum berangkat.

Farras nyengir lantas tersenyum lebar. Emang, yang sabar nungguin dia dandan itu cuma abangnya dan lelaki yang satu ini.

"Kak, ini bantuin masukin nasinya ke dalam tempat nasi." Titah bundanya yang membuatnya mengalihkan perhatian.

Farras memberikan tasnya pada Ando kemudian melangkah menghampiri bundanya. Wanita itu dengan cekatan mengambil tupperware lalu memindahkan nasi goreng ke dalamnya. Sementara Ando memilih duduk di meja makan, menunggu. Ia juga berniat membantu membawa nasi goreng itu ke dalam mobil.

"Pulangnya abis ashar aja. Kan malem nanti mau tarawehan. Terus jangan ngebut-ngebut. Apalagi kan sering banget kecelakaan disana. Jangan lupa berdoa." Pesan bundanya usai packing bekal nasi.

Ando dan Farras mengiyakan saja. Karena memang benar apa yang dikatakan bundanya. Dua orang itu menyalami bunda kemudian berjalan keluar diikuti bundanya. Tiba di teras rumah, gantian Farrel dan Ferril yang menyalami bunda kemudian mereka berpamitan.

"Jangan ngebut ya, bang!"

Bundanya masih berteriak bahkan ketika mobil itu akan melewati gerbang rumah.

Keluarga Adhiyaksa (Spesial Ramadhan) 2017Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon