Sangking lamanya berkutat dengan pikirnya sendiri, Michelle tidak sadar jika mereka sudah sampai di tujuan.

"Loh... Kita sudah sampai? Sejak kapan?? Kok kakak nggk bilang? " tanyanya beruntun, dirinya menjauh sedikit dari Dev. Cowok itu hanya tersenyum dan mengacak rambut Michelle.

"Kita sudah sampai lima belas menit yang lalu dan kau hanya melamun saja? Dan aku tidak mau menggangu hayalan yang tengah menari-nari di pikiran mu itu. " ejek Dev, membuat Michelle meruntuki kebodohannya. Ia melihat tempat yang mereka tujuh dan ia kembali terpaku saat matanya menangkap salah satu tempat yang mengingatnya ke lima tahun silam dan itu tidak lepas dari pandangan Dev senyumnya terus mengembang.

"Gimana dengan tempatnya? " bisik Dev membuat Michelle menoleh dan.

Cup

Michelle mencium pipi Dev dan itu seperti da javu hanya saja kejadian ini bukan di mobil melainkan di motor merah milik Dev dulu.

Michelle menutupi pipinya dengan dua telapak tangan dan seperti biasa Dev mengusiknya agar ia bisa menampakan wajah meronanya itu.

"Ayo lah.. Dek.. Kakak ingin lihat wajah merah mu itu" goda Dev dan Michelle mencubitnya bertubi-tubi.

"Aww.. Ampun.. Ampunn...Sayang" ampun Dev dengan tawa yang memekik, lain dengan Michelle perkataan itu seakan berhasil membuatnya memberhentikan gerakan tangannya yang tengah memukul, segitu pengaruhnya efek ucapan Dev dan itu berhasil membuatnya terteguh.

"Heii... Melamun lagi ck" decak Dev membuat Michelle tersadar dari lamunannya entah kenapa akhir-akhir ini dirinya sering melamun.

"Yaudah yukk.. Kita keluar " ajak Dev yang di angguki Michelle.

Mereka pun berjalan beriringan, Michelle tidak berhenti menatap restaurant itu dari luar.

Sesampainya di meja yang sama seperti dulu dan juga suasana yang sama.

Michelle tidak habis pikir jika kakaknya ini akan mengajaknya datang di tempat yang waktu itu lagi.

Michelle menatap lilin yang tengah menyala, entah kenapa rasa takut itu kembali muncul. Dari sekian banyaknya tempat kenapa Dev mengajaknya kemari, apa ia mau mengulangi masa lalu Indah sekaligus suram tersebut?

"Apa kau memikirkan itu lagi? " tanya Dev sedikit ada rasa ragu saat mengucapkannya. Michelle menatap kakaknya penuh keraguan.

"Nggak. Aku hanya lapar" bohong Michelle dan ia mengulurkan tangannya kesalah satu bunga yang di sediakan di atas meja.

Ia memberikannya ke Dev dan dengan senang hati Dev menerimanya.

"Apa kakak menyanyangi ku? " tanya Michelle

"Tentu sebagai kakak yang menyangi adiknya" jawab Dev yakin,

"Tapi apa kau mencintaiku? " tentu pertanyaan terkahir itu hanya di dalam hatinya saja. Tidak mungkin ia memberitahukan hal perasaanya itu. Michelle melirik ke arah danau buatan yang di kelilingi dengan berbagai bunga dan juga berbatu yang kecil. Di tengah kolam itu memiliki dua patung angsa putih yang Indah. Michelle masih ingat pada saat-saat itu.

Ia sedang berada di kolam itu sedang bermain air dengan beberapa anak-anak kecil yang juga bermain di sana, dan saat itu juga ia melihat Dev dengan sosok wanita yang sangat ia kenal wanita itu terlihat sangat mudah dengan usia yang mulai menginjak kepala tiga dan saat dirinya menghampiri dua orang yang amat sangat ia sayangi itu ternyata mereka tidak sadar dengan kehadirannya saat dimana ia mengatahui sebuah fakta, Fakta yang akan membawa hubungan mereka kehancuran dan sejak itu ia mulai mengubur perasaannya dengan kakaknya sendiri. Dan kejadian mengerihkan itu kembali terputar di otaknya, saat dimana api itu berkobar.

Michelle merasa ada yang menepuk punggung tangannya.

"Apa kamu kembali mengingatnya? Itu sudah sangat lama lupakan saja, lagian kita sudah di kehidupan sekarang bukan? Untuk apa kita membawa masa lalu saat dimana kita sudah melangkah? Biarkan saja itu menjadi sebuah pelajaran untuk kita" jelas Dev.

"Aku tau kak, aku sudah melupakannya" bohong Michelle lagi dan kebohongannya itu diketahui oleh Dev cowok itu menatap Michelle.

"Aku tau kamu berbohong, tapi yasudah kita nikmati ini saja. Apa kamu tidak mau memberikan hadia untuk ku? " canda Dev

"Hahah.. Kadonya sudah kusiapkan jadi tenang saja" Michelle mengeluarkan kado yang sudah ia siapkan di dalam tasnya, kotak berukuran kecil ia keluarkan dan memberikannya ke Dev.

Dengan senang hati Dev membukanya dan ternyata sebuah bolpoin yang dilengkapi dengan rekeman suara Michelle yang menyemangatinya.

"Gimana?"

"Bagus, makasih ya sayang."

Malam itu Michelle merasakan kupu-kupu berterbangan di pinggangnya, sungguh malam yang indah.

Ku harap ini tidak ada akhirnya.



#####

Haii guyss... Ini part 1 ihiii..

Vote dan komen makasih

Love my brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang