Puas melihat anaknya yang cantik, Push menoleh ke sampingnya. Adiknya yang tampan dan culun masih saja membaca buku dengan kacamata tebal padahal sudah memakai kemeja rapi.

"Lihat, Puen sudah sangat cantik. Kenapa kau malah berpenampilan seperti ini?" dengus Push.

Singto tak tertarik menanggapi pertanyaan kakaknya. Dia membuka lembar selanjutnya dari buku yang dia baca.

"Hey Sing..." Push menyikut adiknya hingga Singto meliriknya.

"Ini sudah jam 8, kalian tidak pergi?"

"P'.." Singto menarik nafas lelah, "kenapa P' harus muncul di rumahku dan menyuruhku ke pesta ulang tahun orang di kampusku— dengan membawa Puen??"

Puen juga mendecak kesal menatap Push, "Pa benar-benar mengesalkan! Aku kan tidak mau ke pesta mahasiswa apalagi menggandeng P'Singto!"

Puen dan Singto saling menatap dengan mata berkilat tajam.

Push tersenyum jenaka, memamerkan ketampanan wajahnya yang sudah sangat bosan dilihat Puen dan Singto.

"Salah sendiri kau simpan undangan ulang tahun temanmu sembarangan, aku kan membacanya"

"Dia bukan temanku" tandas Singto.

"Dia temanmu makanya kau di undang!"

Singto memutar bola mata bosan. Tak ingin membalas.

"Ai'Sing, P' hanya berpikir kau juga butuh pesta seperti ini. Kapan terakhir kau mengunjungi keramaian?"

"Sebulan lalu aku bahkan ke bioskop dengan Puen" jawab Singto.

"Bukan itu, idiot! Maksud P' seperti pesta dan lainnya"

Singto tak menjawab. Dia tak pernah menghadiri pesta apapun selain pesta rancangan kantor ayahnya, itupun hanya sekali dan bertahan 10 menit pertama. Pesta ulang tahun New ke 20 saja tidak dia hadiri waktu itu, karena New juga dengan bodohnya tidak ada di pestanya sendiri— lebih memilih kabur dari pesta untuk bermain game di kamar Singto.

Yah, Singto nyaris tak punya interaksi sosial di hadapan banyak orang. Pria itu menyukai ketenangan sehingga sebisa mungkin menghindari tempat-tempat ramai.

"Puen menemanimu agar kau tidak sendirian" lanjut Push lagi.

Kali ini Singto memandangi keponakannya yang cantik. Gadis itu sepertinya setuju dengan keinginan Pa-nya, buktinya dia tidak protes lagi.

"Kenapa P' New tidak di undang dan malah si culun yang di undang??" tanya Puen polos.

"Puen!!" seru Singto dan Push bersamaan menatap gadis itu. Puen cepat-cepat mengatupkan bibir seraya duduk di sebelah Singto.

"Kalian pergilah sekarang, acaranya pasti sudah di mulai" ujar Push.

"Tapi P', lepas dulu kacamatamu"

Singto menggeleng, "aku tidak bisa melihat jika tidak pakai kacamata"

"Dimana lensa matamu?"

"Sudah ku buang.. Ayoo!" Singto langsung mengamit tangan keponakannya, menariknya keluar rumah karena tidak ingin mendengar ocehan Push lebih lama lagi.

Singto merasa dirinya amat sial hari itu karena saat pulang ke rumah sudah menemukan Push dan Puen dalam rumahnya, Puen sedang nonton TV dan Push memasak. Mereka memang sering mengunjungi Singto jika Puen libur sekolah beberapa hari.

Namun hari itu pengecualian! Singto dalam mood tidak ingin diganggu tapi Push memaksanya pergi ke pesta ulang tahun Jan. Hebatnya lagi, Push tahu siapa Jan.

Im Not Popular [COMPLETE]Kde žijí příběhy. Začni objevovat