CHAPTER 2: ROBOT KUCING

Start from the beginning
                                        

Mereka berdua pergi menuju SMA Cendekia. Acaranya sudah di mulai. Ada banyak stand bertemakan kucing dimana-mana. Ada stand yang menjual makanan kucing, fashion show kucing, menjual aksesoris kucing, dan lainnya.

"bagaimana acaranya? Banyak sekali kucing disini. Aku sangat menyukai kucing! Oh bulu halus mereka.. badan gembul mereka.. mereka seperti buntalan bulu saja!"

Isthika yang mendengar Citra mengatakan kucing seperti buntalan bulu langsung tertawa. Isthika juga berpikir kucing itu seperti buntalan bulu yang hidup.

"hey mengapa kau tertawa? Hmmm... O iya, kau mau coba lihat stand aksesoris kucing? Disana banyak aksesoris untuk kucing."

"iya... tapi.. aku kan tidak punya kucing."

"oh, kamu tak punya kucing? Ku kira kamu memiliki kucing karena gantunganmu bentuknya kucing. Tapi kamu suka kucing kan? hmmm.. kalau begitu, bagaimana kalau kita lihat fashion show kucing? Banyak kucing yang imut-imut berlenggak-lenggok disana."

"oke."

Mereka berjalan menuju stand fashion show kucing. Banyak kucing yang di dandani dengan gaya yang berbeda-beda. Masing-masing kucing yang di dampingi pemiliknya sangat lucu dan menggemaskan. Ada yang keluar jalur, ada yang menuruti pemiliknya, bahkan ada yang tidak ingin berjalan sama sekali.

"hahaha.. kucing itu malah tiduran. Tali pegangannya sampai lepas. Dan pemiliknya tidak menyadarinya. Hahaha... imutnya mereka." tawa Citra. Isthika hanya bisa tersenyum melihat tingkah kucing tersebut.

"oke, sudah cukup kita lihat mereka. Hmm... seminarnya di mulai jam 10 sampai jam 12. Kalau begitu kita jalan-jalan dulu ya."Citra menyarankan.

"baiklah. Emm.. aku ingin ke stand itu."

Mereka berdua berbincang-bincang sambil berkeliling ke stand-stand yang ada. Isthika sangat menyukai teman barunya. Ternyata Citra adalah orang yang humoris. Bahkan, menurut Isthika, melihat mukanya saja sudah bisa mebuat Isthika tertawa. Lalu mereka memutuskan untuk duduk dibangku yang telah disediakan.

"hey Isthika, kau dari sekolah apa?"tanya Citra pada Isthika.

"eh.. kok tiba-tiba menanyakan hal itu?"Isthika bingung bagaimana menjelaskannya pada Citra.

"hmmm... aku soalnya tidak tahu kau sekolah dimana. Mungkin saja kau satu sekolah denganku tapi aku tidak mengetahuinya, ya kan?"

Isthika akhirnya memutuskan untuk memberitahukan semuanya. Dirinya tidak akan terkejut jika Citra tidak mempercayainya. Menurutnya lebih baik berkata jujur daripada harus menanggung beban kebohongan.

"sebernarnya aku sudah lulus SMA. Aku tidak mengikuti sekolah pada umumnya, tetapi aku ikut home-schooling. Dan aku pun sekarang ikut Persatuan Peneliti Indonesia. Sehingga aku tinggal mencari universitas." jawab Isthika menjelaskan.

"apa? Benarkah itu? Eh.. berarti, benarkah kau Isthika yang membuat teknologi hologram itu?" tanya Citra dengan antusias.

"iya. Apakah kau tidak percaya padaku? Kalau begitu tidak apa. Memang seharusnya seperti itu."

"tidak, tidak. Aku tahu hal ini sejak kau membawa mobilmu itu. Tetapi ku pikir aku berlebihan. Ternyata memang kau. Wah, beruntungnya aku." jawab Citra meyakinkan.

"tidak, jangan seperti itu. Aku hanya ingin berteman dengan orang yang seumuran denganku. Merasakan seperti apa menjadi remaja yang normal. Aku ingin merasakan labilnya emosi, rasa senang yang mengebu-gebu, tidak hanya dikamar bermain dengan rangkaian besi-besi yang memiliki 'otak buatan'." Isthika menjelaskan sambil air matanya menetes.

PROGRAM YANG HIDUPWhere stories live. Discover now