Sehun segera memakai mantelnya dan mengambil kunci mobil setelah Eun Ji menutup telepon.
"Ada apa? Kau mau kemana?" tanya Tae Hyung.
"Ku rasa Eun Ji sedang diincar orang jahat," jawab Sehun sambil memakai sepatunya.
"Sungguh? Aku ikut." sahut Tae Hyung dan segera beranjak dari duduknya.
"Tunggu, kenapa wajahmu cemas begitu?"
"Apa? Memangnya kenapa?" sahut Tae Hyung setelah memakai jaket tebalnya.
"Kau suka padanya?"
"Kenapa bertanya seperti itu?"
"Aku tidak salah kan?"
"Ya, kau tidak salah. Tapi kau tenang saja, aku tidak akan merebutnya darimu." tutur Tae Hyung, kemudian membuka pintu.
"Tunggu, kau..."
"Bisakah kita bahas ini nanti saja? Kita membicarakan hal seperti ini sementara orang yang kita bicarakan sedang dalam bahaya."
"Baiklah."
Keduanya segera meninggalkan gedung apartemen yang ditempati Sehun. Sehun mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Dia ada di mana?" tanya Tae Hyung.
"Sepertinya di sekitar halte bus dekat apartemennya."
"Dia memberitahumu?"
"Tidak. Tapi aku yakin."
"Apa-apaan kau ini? Bagaimana kalau ternyata dia tidak di sekitar sana?"
"Tenanglah. Aku yakin pasti dia masih di sekitar sana."
"Ya terserah kau saja."
"Kau lihat di mana ponselku? Kenapa dia tidak menghubungiku tadi?"
Tae Hyung menoleh pada Sehun, kemudian membuka dashbor mobilnya.
"Kau menaruh ponselmu ke dalam mangkuk kari. Dan ku rasa itu sudah tidak berfungsi." tutur Tae Hyung.
Sehun menggaruk kepala belakangnya yang sebenarnya tidak gatal. Ia terlihat berpikir beberapa saat sebelum akhirnya berdecak dan menambah kecepatan mobilnya.
"Ya! Ya! Pelan-pelan saja! Tuhan, aku masih ingin hidup," ujar Tae Hyung sambil menautkan kedua tangannya dan berdoa.
Sehun tak peduli dengan keluhan sahabatnya itu. Dengan perasaan yang sangat cemas, ia terus mempercepat laju mobilnya, mendahului kendaraan lain di sepanjang jalan raya, bahkan ia hampir menabrak sebuah mobil. Bunyi klakson mobil terdengar bersahutan karena ulahnya.
"Sehun, hentikan mobil ini!" bentak Tae Hyung.
"Duduk dengan tenang dan diam."
"Tenang kau bilang? Aku akan menghantuimu kalau sampai Ibuku menangis jika aku mati!"
Sehun tak menghiraukan ucapan Tae Hyung. Ia memfokuskan pandangannya ke jalanan di depannya. Mereka sudah sampai di daerah tempat tinggal Eun Ji.
"Oh Tuhan, aku..." ucapan Tae Hyung terpotong saat tiba-tiba Sehun menginjak rem secara mendadak.
"Hey, apa kau gila?! Kau benar-benar mau membunuhku?!"
"Berisik!" sahut Sehun singkat dan langsung turun dari mobilnya. Ia berlari ke arah Eun Ji yang tak jauh di depannya.
Sepertinya dua pria berjas hitam itu menyadari kalau ia ingin menghampiri Eun Ji. Mereka langsung berlari dan bersiap menangkap Eun Ji. Dengan secepat kilat, Sehun berlari mendahului mereka dan menarik tangan Eun Ji.
Ia menggenggam tangan Eun Ji dan menyembunyikan wanita itu di belakang tubuhnya.
Seorang pria berjalan cepat ke arah Sehun. Ketika pria itu mengangkat tangannya, siap meninju wajah Sehun, Sehun segera menghindar dan menangkap tangan pria itu.
Memahami akan terjadi perkelahian lebih lanjut, Tae Hyung menarik Eun Ji dari Sehun dan membawa wanita itu menjauh. Beberapa saat Tae Hyung menjaga Eun Ji sambil memerhatikan Sehun yang masih berkelahi dengan satu dari dua pria itu.
Untuk sementara, ia tak bisa meninggalkan Eun Ji sendiri. Karena bisa saja pria yang satu lagi akan mengambil kesempatan untuk membawa Eun Ji pergi.
Ternyata tak sesuai perkiraannya, kini dua pria itu langsung mengeroyok Sehun sekaligus. Mau seahli apapun Sehun dalam berkelahi, ia akan kalah jika diserang mendadak. Sehun terjatuh ketika seorang pria menendang perutnya saat ia sedang melawan pria satunya lagi. Darah segar mengalir keluar dari mulutnya beberapa saat setelah ia mendapat tendangan keras itu.
"Bodoh," gumam Tae Hyung.
"Eun Ji, pergilah ke mobil. Diam dan tunggu di sana." lanjut Tae Hyung.
"Ta-tapi bagaimana Sehun?" jawab Eun Ji gemetar.
"Tenanglah. Aku akan membantunya. Tunggu di sana dan jangan keluar kalau aku dan Sehun tak menyuruhmu keluar. Mengerti?"
Eun Ji mengangguk dan berlari menuju mobil Sehun. Tae Hyung memerhatikan Eun Ji untuk memastikan wanita itu benar-benar masuk ke dalam mobil. Lalu, ia beralih pada Sehun. Seorang pria memegang kedua tangan Sehun, sedangkan pria lainnya bersiap memukul Sehun yang masih terduduk.
Segera Tae Hyung menghampiri mereka, dan menendang pria yang memegang tangan Sehun. Sayangnya Sehun tak memiliki cukup waktu untuk menghindar, sehingga kepalan tangan dengan tenaga yang besar itu mendarat di wajahnya. Menimbulkan nyeri di sekitar pipinya dan perih di sudut bibir dan gusinya. Ia yakin, gusinya pasti robek.
Tak terima melihat keadaan Sehun, Tae Hyung langsung menyerbu dua pria itu, ia menghabisi mereka secara bergantian. sampai akhirnya mereka jatuh.
"Ayo, cepatlah!" ucap Tae Hyung sambil memegang lengan Sehun, berniat membantu sahabatnya itu untuk berdiri.
"Kau duluan saja." jawab Sehun, suaranya terengah.
"Kau gila? Tak mungkin aku meninggalkanmu saat sedang seperti ini."
"Cepat pergilah," Sehun menunduk memegangi perutnya yang rasanya tak karuan. Ia menyeka darah yang masih mengalir dari mulutnya.
"Ada apa denganmu? Ayo pergi bersama."
"Aku tidak kuat berdiri, sungguh. Jika kau membantuku berjalan ke mobil, mereka akan lebih dulu mengambil Eun Ji sebelum kita sampai ke sana," tutur Sehun.
"Tapi Sehun, kau..."
"Cepat! Bawa Eun Ji pergi dari sini. Sekarang!" ujar Sehun berteriak ketika melihat salah satu pria kembali berdiri, dan berjalan ke arah mobil. Tae Hyung segera lari secepat mungkin menuju mobil dan melaju meninggalkan tempat itu.
***
YOU ARE READING
Memory
FanfictionEun Ji tak pernah menyangka, Sehun pergi meninggalkannya tanpa sebab yang jelas. Pria yang ia cintai itu pergi dan menghilang begitu saja tanpa jejak. Namun, setelah sekian lama menghilang, entah dari mana pria itu kembali memunculkan wajahnya...
