Konoha Hiden : Chapter 1 Bagian 5

2.2K 45 4
                                    

Akan tetapi.....

"Gu-Guy sensei..."

Lee kehilangan kata-kata, alasannya karena Guy. Guy sekarang hidupnya terbatas pada kursi rodanya. Entah bagaimana.. Dia dan kursi rodanya sudah berada di atas atap gudang senjata terdekat.

Selama perang besar dunia Ninja ke-empat, Guy mempertaruhkan hidupnya saat bertarung melawan Uchiha Madara. Membuka kedelapan gerbang Hachimon.

Hidupnya kemudian diselamatkan oleh Naruto. Tetapi kaki kanannya telah kehilangan fungsinya, lumpuh.

Sejak saat itu, Guy hidup di kursi roda. Akan tetapi dia tidak pernah merubah semangat mudanya yang membara, mengukir kata 'masa muda' dan membuang kaki kanannya. Masih membawa harapan dan membimbing Lee seperti yang biasa dilakukannya.

Lee terpesona, membisu. Dia tak bisa memahami bagaimana gurunya bisa sampai di atas atap gudang senjata dengan kursi rodanya.

Tiba-tiba --

"TOU.!!"

Guy memberikan tangisannya, meluncurkan dirinya dan kursi rodanya dari atas atap gudang senjata.

Entah bagaimana caranya dia mengatur derajat kursi rodanya untuk sebuah pendaratan yang mulus. Dengan suara letupan yang keras.

Lee bergegas menghampiri gurunya, kebingungan bercampur dengan khawatir.

"Sensei, itu tadi sangat berbahaya! Kenapa kau melakukan hal yang seperti itu?"

"Ada sejumlah orang di dunia yang berpikir jika kau tidak bisa terbang dengan kursi roda. Jadi aku putuskan jika aku akan membuktikan kalau mereka salah dengan diriku sebagai percobaannya." Guy membicarakan gagasan mengerikan itu dengan menggampangkan hal tak masuk akal itu dengan tenang.

Prestasi semacam ini memang tidak mungkin dilakukan oleh orang lain. Seseorang yang tak mempunyai keistimewaan kontrol tubuh dan kemampuan fisik yang sesuai.

"Semua orang di desa, Kakashi, Ebisu dan juga Genma.. mereka masih memperlakukan aku seperti seorang shinobi. Itu membuatku senang. Walaupun aku sudah lama pensiun. Jadi karena itu, aku putuskan untuk membuktikan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin dan menunjukkan diriku yang seperti biasanya pada kalian semua!" Guy berkata sambil memberikan pose 'Nice Guy' khasnya. "Ini adalah masa mudaku, setelah semua yang telah berlalu."

Kata-kata itu menyentuh dalam hati Lee. Mereka selalu terlihat seperti itu. Ketika Lee menderita, ketika dia dalam kesakitan, dan hatinya seolah akan hancur berkeping-keping. Setiap perkataan Guy selalu menyelamatkannya. Lagi dan lagi.Bahkan sekarang, Lee merasa teguh hati setelah mendengarkan perkataan Guy.

Dia ingin suatu hari nanti bisa menjadi seorang pria yang memukau seperti Guy.

Dia ingin menjadi laki-laki yang bisa memberikan harapan dengan hangat kepada jiwa-jiwa yang kebingungan dan hilang seperti dirinya saat ini.

Itu adalah impian yang akan dipegang oleh Lee, Impian ketika dia sudah terbangun dari tidurnya.

"Ngomong-ngomong Guy-sensei. Apa yang sedang kau lakukan disini?" Kata-kata itu terlontar dari Lee, ditanggapi oleh Guy dengan obrolan ringan.

"Latihan pagi tentunya, aku pikir bahwa aku akan menghabiskan hariku dengan mengelilingi desa kembali, selanjutnya memutari desa. Bagaimana dengan itu Lee? Apakah kau mau bergabung denganku?"

"Terima kasih, tapi aku telah melakukan latihan semacam itu."

"Hebat! Akan tetapi, masalah yang mengganggu adalah.. Kau terlihat belum menyelesaikan sesuatu. Iya kan?"

Mata Lee terbuka lebar-lebar, terkejut dengan pengamatan Guy yang tajam.

"Ba-bagaimana kau bisa tahu?"

"Hanya dengan melihatmu sekilas saja sudah cukup untuk menyadari bahwa kau menghabiskan sepanjang malam untuk latihan dan kau juga sedang mencemaskan sesuatu. Kau pikir berapa lama aku menghabiskan masa mudaku bersama denganmu? Itulah kenapa dari awal aku katakan padamu 'semangat muda' di awal pagi."

Hal yang dikatakan Guy membuat Lee menyadari betapa kacaunya penampilannya. Dia diselimuti lumpur dan memang penampilannya tidak sedap dipandang mata. Dia beberapa kali tersandung karena kelelahan, jatuh dan tergulung di tanah. Banyak kotoran yang ditinggalkan dari semua yang telah dijalaninya.

"Kau sepertinya juga risau masalah hadiah pernikahan kan? Itu benar?"

Lee menjadi panik dengan pertanyaan Guy yang tajam.

"Guy-sensei. Kau bisa membaca pikiranku ya?"

"Tidak! Itu karena aku juga diundang ke pernikahan."

Guy juga risau soal hadiah pernikahan. Sama seperti Lee.

Semuanya akan baik-baik saja selama hadiah pernikahannya tidak biasa.

Tetapi masalahnya terletak pada.. Memastikan apakah kadonya tidak terlalu aneh juga.

Tidakkah ada kado penikahan yang mengkombinasikan perasaan yang ingin disampaikan? Suatu hal seperti perasaan kemenangan yang bersinar-sinar, persahabatan dan kerja keras?

Lee dan Guy memeras otaknya untuk berpikir soal itu. Menemukan jawabannya.

Kado macam apa yang akan mewujudkan semangat masa muda?

Benarkah ada kado semacam itu di dunia ini?

Sesuatu yang mewakili semangat muda. Ini seperti bagaimana keduanya terlihat pintar dengan memakai pakaian ketat berwarna hijau.

Ketika kau berkata soal 'Masa muda yang membara' Hal pertama yang akan muncul dalam pikiranmu tak jauh dari keringat dan air mata bukan?

Bisakah keringat dan air mata entah bagaimana berubah menjadi suatu kado? Tidak?

Untuk memulainya dengan orang yang hidup tanpa apapun tetapi memiliki kemauan kuat. Bukankah begitu?

Akankah 'kari' menjadi pilihan yang tepat?

Yang biasa ataukah ekstra pedas?

Percakapan mereka telah sampai pada puncaknya.

---Next Konoha Hiden : Chapter 1 Bagian 6

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Konoha HidenWhere stories live. Discover now