Momen 1. Nila Setitik Yang Tak Mampu Merusak

6 0 0
                                    

Waktu di telefon genggamku sudah menunjukan pukul 10:00. Cahaya bintang-bintang malam ini seakan bersaing dengan lampu-lampu pada pesta di gedung berkawasan di segitiga emas ini. Alunan musik terdengar bergaung diantara semilir angin yang berhembus. Kudengar berbagai macam ocehan dari berbagai macam sumber.



Beberapa tawa terdengar dari bagian dalam ruang pesta. suara dengan distorsi walkie-talkie para penjaga keamanan, suara dentingan piring hasil dari para pelayan merapikan piring-piring, semuanya bisa ku dengar jelas di tempat ku berdiri saat ini.




Saat ini diriku sedang berdiri di persis disamping sebuah tembok marmer berwarna coklat dengan garis marmer jade hijau kehitaman yang membagi rata untaian marmer coklat kekuningan itu secara horizontal. Punggungku beradu merasakan dinginya marmer yang sudah berjam-jam dikenai pendingin ruangan gedung pertemuan ini.




Ya, bersandar memang mungkin satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk mengurangi rasa sakit yang kurasakan di ujung kaki ku sekarang. Rasa seperti tersayat yang dihasilkan sepatu heels tujuh centimeter ini, memang cukup dahsyat untuk membuat diriku merasakan pedih yang membuat diriku tidak bisa terlalu banyak bergerak. Sepatu yang ku beli minggu lalu ini memang sengaja ku beli untuk mendatangi pesta pernikahan yang hari ini ku datangi.



Modelnya seperti sepatu pesta pada umumnya. Di ujung-ujung sol nya terdapat 6 tali yang entah kulit asli atau sintetik. Namun, yang ku tau adalah lebarnya kira2 1-2 cm. Lalu tali-tali tersebut disimpul ditengah menjadi seperti sebuah kupu-kupu dan ditengahnya diberikan ornamen kupu-kupu yang terbuat dari bahan yang sama, namun diberikan semacam potongan mutiara di tengahnya, dan berikan semacam lapisan gliter di sekitarnya.




Sepatu pearl white ini menarik perhatian ku ketika masuk ke dalam toko sepatu pesta tersebut. Alasanya, karena aku merasa sepatu ini cocok jika dikenakan bersama long dress putih dengan pundak sedikit terbuka dan tas pesta mungil yang telah kusiapkan untuk mendatangi pesta ini, dengan pikiran "besok aku akan tampil serba putih" di dalam benak ku.




Tadinya pada saat ku mencoba mengenakanya di toko, diriku tidak merasakan apa-apa. Merasa nyaman-nyaman saja. Namun, aku tidak menduga, bahwa ketika di saat-saat pentingnya malah sepatu ini menimbulkan rasa sakit yang luar biasa seperti sekarang.



Sambil gelisah menggenggam tas pesta mungil yang warnanya sama dengan warna yang sama dengan sepatu ku, diriku tidak melihat adanya satu pun kursi kosong yang bisa ku duduki. Mengalihkan rasa gelisah ku, datang sesosok laki-laki dengan menggunakan kemeja putih dan dasi merah yang dibalut dengan jas hitam. Ditangannya terlihat dua buah mangkuk berisikan puding coklat yang telah diberikan fla vanila diatasnya. Ia memandangku seakan memberikan kode "ini buat kamu" dengan kedua bola matanya.




Lelaki ini memang seseorang yang kuajak untuk mendampingiku di acara pernikahan kolega ku ini. Rambutnya ikal berantakan layaknya tidak menyisir. Bertabrakan dengan cara berpakaianya rapih, layaknya seorang diplomat yang akan menghadiri sebuah pertemuan dengan seorang delegasi asing.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: May 01, 2017 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

M(e)ment(o)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon