Part 2 - What the Bitch!

4.4K 198 13
                                    

Sivia berjalan tergesa-gesa ke ruang auditorium. Di sanalah tempat penyambutan mahasiswa akan dilaksanakan. Kampusnya memang selalu mengadakan acara sambutan selamat datang kembali ke Kampus setelah memberikan libur panjang kepada murid-muridnya. Ini merupakan agenda tahunan dan semua mahasiswa harus hadir di sana jika tidak ingin dipanggil oleh Wakil Rektor yang berakibat pada penundaan tugas skripsi pada akhir semester.

Gadis itu masuk ke ruang auditorium setelah membubuhkan tanda tangan kehadiran. Ia mengedarkan pandangannya ke semua penjuru ruangan yang telah penuh terisi dengan mahawiswa-mahasiswa baru sepertinya. Ada yang sudah mengobrol ringan dengan teman di sebelahnya, ada yang tertawa dengan teman-temannya, dan ada juga Lea yang sedang bermesraan dengan Luke yang membuatnya mendadak ingin muntah seketika saat melihat Lea yang tiba-tiba mencium Luke dengan agresif. Pasangan baru itu benar-benar tidak tau waktu dan tempat di mana harus bercumbu.

Sivia kembali fokus mencari kursi yang masih kosong dan menemukan beberapa di barisan nomor lima sebelah kanan. Tanpa pikir panjang dia pun segera melangkahkan kakinya menuju tempat tersebut dan langsung duduk di salah satu kursi.

"Hai, cantik!" sapa seorang pria. Ia menepuk bahu Sivia pelan dari belakang yang membuat gadis itu sedikit terkejut dan langsung menolehkan kepala ke belakang.

Sivia mengernyitkan dahi saat melihat sesosok pria yang menurutnya sedikit familiar. Pria itu mempunyai bola mata berwarna coklat terang sama persis seperti warna rambut coklat berombak dan tampak sedikit berantakan. Hidung pria itu mancung, berkulit putih dan memiliki wajah yang tampan.

Merasa diperhatikan se intens itu oleh Sivia, membut pria itu tersenyum geli sehingga menampakkan dua lesung pipi di kanan dan kiri wajahnya.

Semakin menyipitkan pandangan, otak Sivia berputar cepat, mencoba mengingat kembali kapan dan di mana ia pernah bertemu dengannya. Sivia merasa ia mengenal pria itu.

"Kau tak mengingatku?" tanya pria itu sambil menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum miring pada Sivia.

Sivia mengernyitkan dahinya semakin dalam dan menatap pria itu dengan tatapan aneh. "Maaf, tanpa bermaksud menyinggung Anda, Tuan, tapi saya memiliki ingatan yang sedikit buruk. Apakah kita pernah bertemu atau barangkali saling menyapa sebelumnya?" tanya Sivia sopan. Benar-benar tidak ada maksud untuk menyinggung pria itu.

Pria itu membulatkan matanya tak percaya bahwa gadis di depannya itu benar-benar tidak mengenalinya. Apakah libur selama dua bulan lebih membuat Sivia lupa akan segala-galanya?

"Oh Gosh, Eve! Kau benar-benar tidak mengingatku? Ini aku, Peter. Peter Owen!" seru pria itu dengan nada sedikit keras karena kesal. Ia mengabaikan tatapan heran beberapa mahasiswa yang menoleh sebab suaranya.

Mengetahui siapakah pria familiar itu, kedua mata Sivia terbelalak tidak percaya. Dia memekik. "Benarkah kau adalah Peter? Si pria cupu itu?" Sivia menatap Peter dengan tatapan tak percaya. Ia mengamati penampilan pria itu dari atas ke bawah lalu menggeleng pelan.

"Mustahil jika kau adalah Peter!" serunya, namun dengan nada geli. Dia menunjuk Peter lalu melanjutkan. "Wahai, manusia! Jika kau sungguh-sungguh adalah sahabatku Peter Owen, di manakah kita bersekolah saat masih SMA?" tanyanya dramatis.

Peter tak mau kalah. Ia membentangkan tangan lebar-lebar seperti seorang superhero yang baru saja menyelamatkan dunia lalu menekuknya ke pinggang. "Hei, Putri Cantik! Nama sekolah kita dulu adalah Elizabeth High School! Kau lulus dengan nilai terbaik dan aku berada di peringkat dua tepat di bawahmu! Kita adalah duo manusia berotak jenius pada masanya!" jawab Peter.

Mereka bertatapan lama, lalu tawa mereka meledak bersama-sama.

"Oh, Peter! Aku merindukanmu!" Sivia tiba-tiba memeluk Peter, mengabaikan ringisan Peter karena tubuhnya tertarik dan terantuk kursi yang ada di antara mereka. Pria itu terkekeh lalu balik memeluk Sivia lembut.

My Arrogant CEO (Published on Dreame) - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang