Part 2 - What the Bitch!

Start from the beginning
                                    

"Oh My God, Pete! Kau benar-benar berubah," kata Sivia dengan tatapan takjub setelah melepaskan pelukannya dari Peter. Sekali lagi ia mengamati penampilan Peter dari atas ke bawah. Pria itu memakai kaus Vneck putih dan jaket kulit warna merah maroon. Celana jeans pensil hitam dan sepatu nike berwarna biru putih. Dia terlihat sangat gentle dan tampan.

"Berhenti menatapku seperti itu, Eve!" Peter menyentil kening Sivia. Sivia mengelus bekas sentilan Peter di dahinya dengan cemberut. Pria itu pun tak segan-segan untuk pindah tempat duduk di sebelah Sivia.

"Jadi, apa yang kau lakukan selama liburan musim panas, hm? Kau tidak menghubungiku sama sekali," tanya Peter kemudian.

"Oh, aku hanya pergi ke penjara," jawab Sivia sekenanya. Sebenarnya bukan karena itu alasan sebenarnya, tetapi karena ia tidak sengaja menjatuhkan poselnya dari lantai dua kamarnya saat mencoba memotret sebuah burung camar kecil yang hinggap di dahan pohon dekat jendela, hingga mengakibatkan benda pipih itu hancur berkeping-keping. Gadis itu bisa saja membeli yang baru, tapi ia malas.

"Kau sangat kereeen, Tuan Owen!!" puji gadis itu yang ternyata masih saja mengamati penampilan baru dari sahabatnya. Sivia mengacungkan dua jari jempol pada Peter dengan semangat.

Peter tertawa dengan keras melihat kelakuan Sivia yang sedikit kekanak-kanakan menurutnya. Sifat perempuan itu sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti 3 tahun yang lalu saat mereka pertama kali bertemu dan menjadi sahabat dekat selama di Elizabeth High School.

"Ngomong-ngomong, sejak kapan kau tidak memakai kacamata lagi?" Sivia kembali bertanya pada Peter. "Wow, aku benar-benar masih tidak percaya jika kau sungguh-sungguh adalah Peter sahabat terbaikku di dunia. Kau berbeda dari yang dulu, hingga dua bulan yang lalu terakhir kita bertemu. Kau benar-benar telah berubah!"

"Jika maksudmua aku berubah menjadi lebih keren dan tampan, maka terimakasih atas pujiannya Nona Russel."

Sivia memutar bola mata karena jawaban narsis dari Peter tetapi sama sekali tidak menyangkalnya. Apa yang dikatakan Peter memang benar.

"Jadi, wanita mana yang harus kuberikan penghargaan?" Lagi-lagi Sivia bertanya.

"Apa maksudmu?"

"Hey... ayolah... Hanya ada satu hal yang membuat pria culun berubah menjadi keren." Sivia tersenyum menggoda pada Peter. "Kau sedang jatuh cinta bukan?"

Peter sedikit terkejut dengan tebakan dari Sivia tetapi dengan cepat ia tekekeh pelan. Dengan gemas ia mencubit kedua pipi Sivia. "Kenapa kau sama sekali tidak berubah, hm? Masih saja cerewet!"

Sivia menepis kedua tangan Peter dari dua pipinya, lalu mengelus kedua pipinya dengan kedua tangannya pelan. "Ah, sial! Wajah cantikku bisa cepat keriput jika kau mencubitnya seperti itu!" gerutu Sivia.

Peter tertawa renyah sambil menggelengkan kepala melihat tingkah laku Sivia. "Eve, bukankah sudah kuberi tahu berkali-kali, meskipun kau keriput kau tetap akan terlihat sangat cantik," tukas Peter sembari menaik turunkan alisnya.

Sivia pun menunju bahu Peter. "Kau ini bisa saja!" Sivia tertawa. "Dan jangan mengalihkan pembicaraan! Kau belum menjawab pertanyaanku!"

Peter baru membuka mulut tetapi suara bariton dari speaker membatalkan niatnya. Sivia dan Peter melihat ke arah podium dan benar saja acara penyambutan tahunan untuk mahasiswa telah dimulai.

*****

Sivia menuju kafetaria dengan sedikit tergesa-gesa karena cacing-cacing di perutnya telah memberontak meminta makan sedari tadi. Sudah dua minggu lamanya Sivia kuliah dan kegiatan kuliah ternyata membuat ia sangat sibuk. Banyak sekali tugas-tugas dan riset yang harus dikerjakan dan itu membuat otaknya ingin meledak. Untung saja, sebagian tugasnya sudah selesai. Kalau tidak mungkin otaknya benar-benar akan meledak.

My Arrogant CEO (Published on Dreame) - CompleteWhere stories live. Discover now