Melesat Dalam Hujan Yang Gelap

3.8K 376 27
                                    

Aku membuka mataku seketika saat pintu kamarku di ketuk. Aku terdiam sejenak sambil menatap pintu. Kulirik jam dinding yang masih menunjukan pukul setengah enam dengan bingung. Apa yang mengetuk pintu Elis? Tidak mungkin, aku tahu sekali tabiatnya. Mana mungkin ia masuk kekamarku dengan mengetuk pintu.

Aku mengikat rambutku sambil menjuntaikan kaki kelantai. Aku berjalan dengan lemas dan mata yang masih setengah terpejam. Tak berapa lama ponselku berdering saat aku hampir meraih pintu dan membuatku terpaksa berbalik ketempat tidur untuk meraih ponselku. Aku mengerutkan kening saat menatap layar. Nomor tidak dikenal.

Aku menekan tombol call. "Halo."

"Raynelle, aku menunggumu di ruang Study dan juga sudah membawakanmu sarapan."

Butuh waktu untuk menyadari bahwa suara diseberang sana adalah—Lee. Aku melirik jam sekali lagi untuk meyakinkan diriku bahwa jam di dinding benar-benar berjalan normal.

"Kau menungguku sepagi ini?"

"Aku ingat pernah mengajakmu kesuatu tempat bukan? Inilah waktunya."

"Baiklah aku akan bersiap-siap."

"Okey."

Aku melempar ponselku dengan gusar. Tamatlah aku! Aku segera menyambar handuk dan mandi. Selesai mandi, aku meraih kemeja berwarna merah muda dan Cardigan hitam kesayanganku. Aku membuka tirai jendela dan pagi ini langit begitu gelap disertai angin kencang. Sepertinya akan turun hujan. Aku mengikat rambutku lalu segera membereskan kamarku. Aku keluar kamar setelah aku mengecek kembali kamarku dengan tergesa-gesa.

Aku mengetuk pintu ruang Studyku dan pintu itu terbuka otomatis. Kulihat Lee sudah duduk dikursinya dengan kotak hitamnya. Ia tersenyum melihat kedatanganku.

"Maaf sudah membuatmu menunggu Lee. Aku tidak tahu kalau kau akan datang sepagi ini."

"Tidak perlu khawatir soal itu, yang terpenting adalah habiskan sarapanmu."

"Terimakasih tapi—"

"Aku tidak suka ditolak. Makanlah!"

Aku menghela nafas dengan resah. "Kau tidak perlu repot-repot membawa dua sarapan hanya untukku Lee. Aku bisa menyiapkan sarapanku sendiri."

"Apa kau sedang berusaha mengaturku?"

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja—sebagai Vampire kau terlalu baik pada Manusia sepertiku."

Awalnya Lee mendengus sambil menyeringai lalu kemudian tertawa. "Lalu kenapa jika aku terlalu baik padamu? Apa itu menganggumu?"

"Tentu saja. Aku merasa telah merepotkanmu dan itu sangat mengangguku. Aku hanya--"

"Merasa takut jika aku meminta darahmu untuk membalas kebaikanku suatu hari nanti?" ucapnya melanjutkan perkataanku sambil menyeringai. "Aku bisa membaca pikiranmu." Lee mulai memotong steaknya.

Aku terpaku sambil memaki diri sendiri. Seandainya saja ada cara utuk memblokir pikiranku darinya. "Hmm yahh—mungkin kau tahu maksudku."

"Kau masih takut padaku?" Lee memasukan steak kedalam mulutnya. "Kalau kau masih takut padaku seperti itu, latihanmu tidak akan bisa berkembang dengan sempurna."

Aku menghela nafas lalu menunduk lesu. Apa yang dikatakannya memang benar, kalau aku terus ketakutan seperti ini mungkin kemampuanku tidak akan berkembang dan aku akan mengecewakan Ayah yang sudah percaya padaku. "Maafkan aku Lee. Aku memang sedikit takut, tapi seperti katamu, jika aku terus ketakutan mungkin latihanku tidak akan berkembang dengan baik." Aku mengangkat kepalaku dan memberanikan diri untuk menatapnya lekat sambil meyakinkan diri bahwa ia tidak menyeramkan. "Aku akan berusaha untuk tidak takut padamu. Setidaknya aku butuh waktu agar aku tidak takut padamu."

ArcherWhere stories live. Discover now