14. Aku-Kamu ?

6.8K 529 14
                                    

"Hai tuan putri." Laura berkacak pinggang sambil melihat sosok laki-laki yang bersandar pada mobil lengkap dengan kaca mata hitamnya.

"Lo ngapain disini ...," Laura melirik pergelangan tangan kirinya, "Jam enam pagi?"

"Apalagi? Ya mau berangkat bareng sama kamu." Ken berjalan ke arah Laura yang mengerutkan dahinya. Lelaki itu menggiring -sedikit memaksa- Laura untuk berjalan ke sisi mobil sebelah kiri. Tidak lupa, Ken juga membukan pintu mobil dan bertindak seperti prajurit yang hormat pada sang ratu.

"Apa yang lo bilang? Kamu?" Ken hanya melirik sekilas, tidak menanggapi. Mobil melaju dan membelah jalanan.

"Ken hari ini lo-"

"Kamu."

"Ha?"

"Coba biasain pake aku-kamu. Atau minimal aku-kau. Jangan pake gue-elo. Oke?"

"Kenapa?" Menurut Laura itu memang bukan masalah yang terlalu penting. Entah itu aku-kamu, aku-kau, gue-elo, atau saya-anda semuanya sama saja. Tapi akan aneh rasanya saat lawan bicaranya adalah Ken.

"Karena aku pengen," kata Ken tanpa ingin menjelaskan lebih.

"Lo aneh ... eh maksud gue ... maksud aku kamu aneh." Jika saja Ken tidak melotot padanya pasti Laura akan berbicara semaunya sendiri. "Tapi ini aneh banget Ken ... , gue udah terbiasa kaya gini. Dan gue nyaman. Kenapa lo tiba-tiba jadi aneh gini sih?" Laura mengangkat tangannya, berbicara tanpa suara agar Ken tidak menyela, "Lo tiba-tiba udah di rumah gue pagi-pagi, baik banget sampe mau ngasih gue tumpangan, trus nyuruh gue pake aku-kamu. Lo lagi sakit ya?" Laura menyentuh dahi Ken tapi tidak merasakan suhu yang tinggi.

Ken berdecak tapi tidak mencoba menyingkirkan tangan perempuan di sampingnya. "Pokoknya belajar pake aku-kamu, titik. Sekarang kita ke salon. Aku mau ngerubah penampilanmu. Dan kita lihat bagaimana posisi primadona akan tergeser dengan hadirnya sosok baru yang tidak terduga."

"Kamu mau bales dendam sama Dona?" sejujurnya Laura cukup risih, tapi daripada berdebat lebih jauh mending dia menuruti kemauan aneh Ken.

"Kenapa nggak? Dia udah jelek-jelekin kamu di hadapanku dan of course aku enggak terima."

"Kenapa? Gue biasa aja tuh," Laura menghendikkan bahunya acuh, sedetik kemudian saat tidak ada balasan dari Ken dia baru sadar, "Astaga, lo bisa ngerajuk juga ternyata. Oke Ken sayang ..., Kenapa? Aku biasa aja tuh." Laura menampilkan raut muka yang dihiasi senyum lebar sambil membuat merdu suaranya, dan memang itu hanya dibuat-buat.

"Sayang?" Ken bergumam sambil tersenyum kemudian menjawab, "Seorang Laura udah jalan sama Ken, laki-laki yang jadi sorotan utama di kampus. So, aku pengen ngebuat kamu supaya enggak jadi bahan ejekan mereka kaya yang Dona lakuin." Ken melihat Laura dari ujung kepala sampai ujung kaki dan itu membuat yang dilihat terlecehkan. "Sebenarnya enggak ada yang salah sama dandan dan bajumu. Over all semuanya biasa. Enggak jelek juga enggak bagus. Tapi karena yang akan disandingkan denganmu adalah aku, jadi kamu harus terlihat lebih dari bagus."

"Terserah, yang penting itu enggak nguras dompetku." Laura sangat mengerti maksud Ken dan dia terlalu malas mendebat laki-laki itu. Tujuannya memang menjadi mahasiswi biasa tapi sepertinya berada di dekat Ken akan merubah semuanya. Percuma saja menjauh, Laura sangat yakin pasti Ken akan mengejarnya lagi seperti sebelumnya.

Sebenarnya apa yang Ken rencanakan? Berkali-kali Laura terpikirkan akan hal itu. Apakah Ken akan menjadikan dia salah satu korbannya? Apakah Ken hanya ingin bermain-main dengannya? Tidak ada yang tahu jawabannya kecuali lelaki itu sendiri. Dari cerita yang dibaca Laura, sosok seperti Ken mungkin saja sudah bosan dengan tipe cewek yang menjadi sorotan seperti Dona, karena itu mereka akan tertantang untuk mendapatkan cewek kutu buku yang sulit ditaklukan. Pertanyaannya, apakah Ken juga seperti karakter tokoh yang Laura baca itu? Yang pasti, Laura hanya akan mencoba menanggapi Ken sebagai teman, hanya sekedar teman. Hubungan yang lebih dari itu, tidak bisa dia berikan, mungkin tidak juga bisa dia bayangkan.

***

Ken membuka pintu mobilnya, tasnya diambil sembarangan dan diletakkan dibahu sebelah kanan. Dari arah yang berlawanan terlihat Harry dan Arnold yang berjalan ke arahnya.

"Ini dia nih orangnya. Lo tau, dari pagi jam 5 dia udah cabut aja. Waktu ditanya eh bilangnya mau jemput tuan putri," sindiran Harry membuat Ken terkekeh tapi tidak ditanggapi.

"Enggak usah heran, Dona melayang, yang lain datang." Kedua temannya tertawa lebar. Mereka sudah sangat tau tabiat Ken yang cepat mencari pengganti mantan-mantannya. Bahkan jika Ken mau dia bisa langsung menunjuk asal.

"Jadi lo beneran udah dapet yang baru?" Sepertinya Harry memang sangat penasaran. Ken melirik mobilnya sebentar kemudian sedikit memajukan kepalanya sambil berkata lirih kepada temannya. "Ada tapi yang satu ini susah didapetin." Perkataan Ken sontak memicu kekehan menghina dari Harry dan Arnold. Wajar saja, mereka tidak pernah melihat Ken berusaha mendapatkan atau mengejar seorang perempuan dengan tenaga penuh.

"Laura kenapa enggak keluar?"

"Wo wo wo ... dia ada di mobil lo?" Ken mengangguk menanggapi Arnold. Laura memang sedari tadi mengoceh bahwa dia tidak percaya diri dengan dandanan salon yang memakan waktu hampir satu jam. Lihat saja sekarang, perempuan itu bahkan tidak mau keluar dari mobil.

Ken berjalan ke sisi kiri mobil dan membuka pintu, kemudian terlihat Laura yang sedang menutupi wajahnya dengan tas pink yang juga pemberian dari Ken.

"Apa kau gila? Ada teman-temanmu. Aku tidak mau keluar." Ken hanya mengangkat alis, kemudian kepalanya beralih kepada teman-temannya yang sedang menunggu.

"Hey bro, katanya dia malu ada lo berdua. Mau kenalan nggak?" Langsung saja Harry dan Arnold bergegas ke arah Ken, sedangkan Laura sangat ingin menimpuk kepala lelaki di depannya menggunakan batu.

Pertama kali yang Laura lihat adalah wajah bodoh teman-teman Ken saat melihatnya. Mata mereka membesar, mulut yang tidak sadar terbuka juga menambah suasana yang terlalu dramatis. Setelah tersadar, mereka langsung menampilkan senyum yang paling manis.

"Hai gue Harry, dan ini Arnold. Sumpah lo cantik ..., cantik banget, tau Justin Bieber? Dia aja kalah sama lo-"

"Eh monyet, Justin cowok." Ken mengintrupsi.

"Ya serah lah, pokoknya kalo udah putus sama Ken jangan lupa hubungi gue ya? Oh ya lo anak kuliahan? Apa udah kerja? Kuliah di mana? Trus nama- "

"Woi satu-satu kali. Lagian kenapa lo yang jadi ngomong terus, gue juga mau." Laura terkekeh dan memutuskan untuk keluar, sangat tidak nyaman melihat kedua teman Ken bertengkar hanya masalah sepele.

"Aku dari universitas yang sama kok sama kalian." Jawaban Laura membuat adu mulut antara Harry dan Arnold terhenti. Kemudian mereka bergantian menjulurkan tangan bersalaman sambil menyebutkan nama masing-masing.

" Hmm Laura? Kenapa gue enggak pernah denger ya? Apalagi lo cantik banget, seharusnya lo udah terkenal." Laura hanya tersenyum simpul, sudah lama rasanya ada orang yang memujinya cantik dengan sepasang bola mata hijau emeraldnya. Sering kali orang-orang hanya akan mengatakan bahwa dia cantik saat dirinya menjadi Clara dan pastinya menggunakan dandanan berlebihan dan baju sexy. Sebenarnya aksi Ken membawanya ke salon juga tidak perlu. Laura bahkan handal bermain make up. Dia sangat tahu memadu padankan benda-benda rias di wajahnya. Tapi hanya karena tidak ingin berdebat dengan Ken, akhirnya dia mau pergi untuk mempermak penampilannya.

Rambutnya hanya di blow dengan warna yang dirubah menjadi coklat gelap. Baju yang melekat ditubuhnya dari rumah sudah berganti dengan dress selutut dengan lengan terbuka. Dan sedikit riasan pada wajahnya. Kini tidak ada lagi Laura dengan rambut kucel yang menutupi sebagian wajahnya ataupun Laura dengan kaca mata minus tebalnya -Ken memaksanya untuk memakai kontak lensa- yang ada adalah sosok Clara tetapi tetap dengan kilauan hijau di matanya.

"Udah jangan diliatin terus-terusan. Gue tau kalian naksir tapi inget temen." Ken menggandeng tangan Laura kemudian segera meninggalkan teman-temannya. Dia ingin segera memamerkan kecantikan Laura yang selama ini tertutupi kepada semua orang.

Vote & Comment

Btw di wattpadku kok part ini diatasnya part 13? Iya nggak sih? Udah tak atur 3 kali tetep aja kaya gitu

Stole My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang