3.Cassandra Laura Refardo

11.1K 827 17
                                    

"Jadi mobil lo beneran dicuri?" Harry dan Arnold seketika tertawa lebar setelah mendengar cerita miris dari temannya yang telah ditipu oleh jalang yang katanya cantik.

Ken mendecih dan menenggak minuman berwarna kuning keruh yang tertuang digelasnya. Setelah mendapati dompet dan mobilnya yang telah hilang tidak berbekas, Ken terpaksa menurunkan harga dirinya dan meminta Harry dan Arnold untuk membayar terlebih dahulu minuman yang telah Ken sepakati dengan Theo sebagai taruhan.

Ken langsung mengajak kedua temannya untuk kembali dengan alasan muak dengan suasana club yang masih membuatnya emosi. Dan disinilah mereka sekarang, dirumah besar Harry yang kebetulan orang tuanya sedang mengadakan perjalanan bisnis keluar negeri.

"Diem lo" gelak tawa terdengar lagi dan sukses membuat Ken bertambah geram.

"Anjir udah gue bilang diem ya diem" Sepertinya gendang telinga Harry dan Arnold telah terputus mengingat mereka yang tidak mendengarkan perkataan Ken dan terus melanjutkan tawanya.

"Oke terserah." Ken bergumam kecil sambil menyambar asal sebatang rokok dan segera menghidupkannya.

"Gila lo. Masa sama cewek aja gampang banget ditipu. Dasar goblok" Beberapa menit kemudian tawa mereka mulai mereda dan ganti Ken yang tidak mendengarkan perkataan Arnold yang menyindirnya. Lelaki itu sibuk dengan rokok dan kepulan asap yang dia ciptakan disekitarnya.

"Berarti lo harus traktir kita lagi Ken. Masa hari ini harus gue sama Harry yang bayar ini semua"

"Iya gue tau. Lo tungguin aja, ntar juga pasti gue traktir"

Percakapan mereka terhenti saat suara dering yang nyaring memenuhi ruangan. Ponsel Ken. Lelaki itu awalnya hanya sekedar melirik, kemudian matanya menyipit saat ponselnya menampilkan sebuah nama yang sangat dibencinya.

"Angkat tuh"

"Males, ntar juga mati sendiri" Ken cukup bersyukur saat ponselnya memang tidak bersuara lagi, tapi kemudian rasa syukurnya berubah menjadi umpatan saat ponselnya berdering lagi dan lagi, seakan tidak membiarkan Ken untuk tenang sebelum dia mengangkat telepon dari orang sebrang.

"Apa?" Kata Ken kemudian saat dia sudah tidak tahan dengan suara bising ponselnya. Lelaki itu memindahkan rokok ketangan kirinya dan menempelkan ponselnya ketelinga kanan.

"Dimana?" Suara berat yang sangat tegas menyambutnya.

"Bukan urusan anda"

"Pulang, sekarang juga"

"Udah saya bilang itu bukan urusan anda. Udah saya lagi sibuk" Ken memutuskan panggilan dan segera mencabut batrai ponselnya yang langsung membuat benda itu mati dengan tragis.

"Bokap lo?"

"Hmmm" Melihat raut wajah temannya yang tidak bersahabat setelah meletakkan ponselnya yang mati keatas meja, membuat Harry dan Arnold langsung diam tanpa ingin melempar cemohan lagi.

Jika sudah berhubungan dengan bokap, itu berarti selalu hal buruk bagi Ken. Dan akan menjadi lebih buruk jika Harry dan Arnold tidak bisa membaca situasi itu untuk diam dan tidak berbicara.

"Gue cabut dulu. Oh ya mobil lo gue pinjem"

"Asal jangan sampai dibawa kabur lagi" Harry langsung menutup mulutnya rapat saat Ken menatapnya dengan dingin. Bahkan leluconnya menjadi sangat garing sekarang. Bukankah sangat hebat pengaruh panggilan singkat yang berhasil merusak total mood Ken itu?

"Oh oke, lo bisa bawa mobil gue" Tanpa basa basi Ken menyambar kunci diatas meja dan segera keluar dari rumah Harry.

Dikeluarkannya mobil berwarna merah menyala dari garasi temannya dan membelah jalanan malam.

Dia akan bersenang senang lagi, tapi kali ini dia ingin Dona yang menemaninya. Apa gunanya mempunyai kekasih cantik jika tidak bisa dimanfaatkan disaat genting seperti ini?

***

"Lo duluan aja, gue mau ke perpus"

"Kesambet apaan lo? Gak biasanya mau ke perpus, biasanya juga paling numpang Wifi"

"Bukan urusan lo, oh ya mobil lo masih di gue ya" Ken melihat Harry mengangkat jempolnya dan segera pergi bergabung dengan kumpulan mahasiswa lainnya yang juga ingin menuju gerbang untuk pulang.

Ken melihat jam ditangan kirinya yang menunjukkan pukul 5 sore, kemudian kakinya diarahkan untuk melangkah ke area perpus.

Dia hanya ingin memastikan sesuatu.

Perpus bukan termasuk tempat yang akan dikunjungi Ken jika tidak terpaksa. Lelaki itu cukup tidak menyukai kutu buku yang hanya menghabiskan waktu untuk membuat mata mereka panas karena harus memeloti lembaran demi lembaran. Daripada membuat bokong panas sepanjang waktu kenapa tidak dihabiskan saja untuk menghibur diri? Pelajaran dari dosen menurutnya sudah cukup, tidak perlu lagi menambah nambahi dengan alasan agar lebih pintar.

Ken mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru perpus, matanya dengan teliti menelusuri wajah demi wajah yang berpapasan dengannya.

Lelaki itu bersorak saat menemukan seseorang yang sedang dicarinya. Seorang perempuan yang menunduk dan terlalu serius dengan buku yang bisa digunakan untuk mengganjal lemari. Matanya yang bergerak dari arah kekanan dan kekiri masih tertutup dengan bingkai kacanya.

Ken mendekat, berdiri tepat disampingnya dan juga ikut melihat tulisan yang berjejer yang sedang dibaca perempuan itu dan menyerah untuk memahami maksudnya. Bahkan saat Ken mengambil duduk didepannya tidak ada reaksi yang dikeluarkan.

Ken menyambar buku yang cukup tebal itu dan sukses membuat perempuan didepannya tersentak dan melihat kearahnya.

Dengan sekali ayunan, tangan Ken yang bebas sudah mengambil kaca mata tebal si cupu dan mengantonginya di saku bajunya.

"Sangat mirip"

"Kembalikan kacamata saya."

"Jangan-jangan jalang yang nyuri dompet gue kemaren itu emang elo"

Si cupu mengernyitkan dahi, memandang Ken dengan bingung. Dengan lancang lagi, Ken menyambar tas si cupu dan mengeluarkan dompet biru khas perempuan dari sana.

Cassandra Laura Refardo.

Nama yang sangat jelas terpampang di kartu pengenalnya yang tidak ada sisipan nama Clara disana.

"Puas? Anda mengganggu ketenangan saya. Kembalikan kacamata dan dompet saya jika anda tidak ingin saya laporkan pada penjaga perpus"

Ken memang cukup bodoh, mengira perempuan didepannya adalah orang yang bernama Clara. Dan Ken merasa sangat bodoh lagi saat tahu bahwa mungkin kemarin Clara bisa saja memberikan nama samarannya.

"Lo punya kembaran? atau lo cuma berlagak bego dihadapan gue?"

Tidak ada jawaban, malah si cupu bergerak untuk berdiri, membersihkan barang barangnya diatas meja dan memasukkan ke tas yang sudah dikembalikan Ken. Tetapi lelaki itu masih tidak mau memberikan kacamata dan dompetnya.

"Saya tidak tahu maksud anda. Dan jika anda memang suka dengan kacamata dan dompet saya, ambil saja. Permisi" Ken masih belum bergerak saat langkah kaki kecil terdengar menjauh darinya. Sebenarnya apa yang dia inginkan? Memang bisa saja Ken menganggap semua hanya kejadian tidak sengaja, lagipula orang tuanya yang sangat kaya juga tidak akan menolak jika Ken ingin dibelikan mobil baru.

Tapi bukan itu fokusnya. Bukan barang yang hilang yang dicarinya. Tapi sosok yang terus menancap dipikirannya.

***

Sorry agak telat update nya. Kemarin part ini belum sepenuhnya selesai.

Vote & Comment.

Stole My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang