9. Target lain

7.1K 610 4
                                    

"Udah sana pulang" Ken mengernyitkan dahi menatap perempuan yang sudah keluar dari mobilnya.

"Yakin ini rumah lo" Karena yang dilihat Ken adalah sepetak rumah yang kecil dan sangat sederhana. Oh siapa yang dia bohongi, rumah itu benar benar buruk, halamannya sangat kecil dan tidak terawat. Cat putihnya banyak yang mengelupas, satu lagi, atapnya. Ken yakin jika musim hujan Clara harus menyiapkan banyak baskom untuk menghalau air yang masuk ke rumahnya.

"Iya, buat apa gue bohong? Yah emang sih tadinya gue mau kabur tapi gue malu sendiri, lo udah gue copet eh ternyata masih mau bantuin gue tadi"

"Tapi dompet orang yang lo curi tadi beneran hilang kan?"

"Emang ya kalo udah copet ya pasti dibilang copet. Enggak ada yang percaya. Yaudah gue mau masuk" Ken tetap melihat saat Clara berjalan menuju rumah yang sangat gelap itu. Sekali lagi dirinya dibuat terkejut ketika tahu bahwa Clara tidak membohonginya saat perempuan itu mengeluarkan kunci dari tasnya dan segera membuka pintu lalu menutupnya lagi.

Bukankah kata Theo, Clara sering mencopet dompet orang orang di club? Lalu mengapa hidupnya masih jauh diatas kata layak seperti ini?

Ken manjalankan mobilnya, membelah jalanan malam sambil terus teringat akan Clara sampai konsentrasinya terganggu ketika ponselnya bergetar disaku celananya.

Dona is calling

Sedikit menghela nafas dan akhirnya Ken mengangkatnya "Ya sayang?"

"Kok kamu ninggalin aku sih. Kamu dimana? Kata temenmu kamu pulang. Kenapa enggak bilang? Kalau tau gitu tadi aku juga ikut. Pokoknya sekarang kamu harus balik dan jemput aku"

"Arnold sama Harry kan juga bisa nganterin kamu pulang"

"Enggak mau, maunya kamu" Ken menahan diri untuk tidak menghela nafasnya lagi.

"Aku enggak bisa"

"Jemput aku atau kita putus?" Senyuman miring tiba tiba terbit diwajah Ken, membuatnya seperti iblis ditengah tengah kegelapan.Dona salah berkata seperti itu, karena bagi Ken banyak perempuan diluar sana yang mengantre untuk menjadi kekasihnya. Jadi ada ataupun tiadanya Dona, itu tidak berpengaruh pada hidupnya.

"Oke kita putus. Gue harap lo jangan ganggu hidup gue" Ken mematikan sepihak panggilannya.

Bahkan saat ponselnya terus berbubyi pun, dia tetap tidak mau mengangkatnya ataupun merubah keputusannya. Dona mungkin menganggap ancamannya berhasil, tapi sepertinya dia tidak mengenal Ken sepenuhnya.

Ken tidak akan menjilat ludahnya sendiri, jadi jangan harap lelaki itu akan berpikir bahwa keputusannya tadi hanyalah sebuah kesalahpahaman yang tidak disengaja.

***

"Lo gila. Sumpah lo bener bener gila"

"Ini Dona bro? Dan lo mutusin dia gitu aja?"

"Yaudah, berarti gue ngasih kesempatan buat lo berdua" Kepulan asap memenuhi ruangan dan sama sekali tidak mengganggu tiga orang yang berada disana.

Ken sudah menhabiskan 3 batang rokok untuk menunggu Harry dan Arnold. Memang tadi dirinya langsung menuju rumah Harry setelah mengatakan kepada mereka untuk segera menyusulnya.

"Dia nangis"

"Terus?"

"Ya dia nangis, habis itu minta gue sama Harry nganterin pulang. Dia bilang ke kita suruh kasih tau elo kalau dia enggak serius bilang putus"

Ken tidak menanggapi, dan Harry mulai menyahut
"Gue heran sama lo. Udah dikasih yang kaya Dona malah tetep dibuat mainan. Emang lo tadi dari mana?"

"Gue?," Ken menghisap rokoknya dalam kemudian mengeluarkannya dengan kasar "Gue lagi deketin target selanjutnya"

Vote & Comment

Stole My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang