"Ayah menyuruhku menemaninya makan malam di rumah koleganya besok malam, jadi aku datang kesini"

Singto mengernyit, "Ayah?"

Puen berdecak sebal, "Oh ayolah P'.. siapa lagi yang ku panggil ayah selain pak tua kita di rumah"

Kini giliran Singto yang berdecak, " Demi apapun Puen. Kau itu anak si sialan Push, siapa sih yang jadi ayahmu sebenarnya?"

"Kecuali kau P' yang bukan ayahku.. Pria yang P' katai sialan itu ku panggil Pa, dan pria lain yang jadi pasangan Pa ku panggil daddy. Lalu ayahmu dan Push sialan itu, ku panggil ayah"

Singto memijit keningnya, mendadak pening mendengar penjelasan Puen. Anak angkat kakaknya-yang gay-dan kakak ipar-yang juga pria gay, tentu saja-umurnya 3 tahun dibawah Singto.

Bagaimana dengan kondisi keluarganya? Tentu saja Singto pusing dengan keluarganya sendiri.

Saat itu, 10 tahun lalu. Kakaknya kembali dari Jerman dan langsung memperkenalkan seorang pria kepada Singto dan ayahnya sebagai pasangan hidup sang kakak. Hal itu sudah pasti membuat mereka shock berat meskipun Singto masih 12 tahun kala itu.

Ayahnya mendadak sakit, sedangkan dirinya juga menolak bicara dengan kakaknya untuk waktu yang lama. Ayah sampai mengusir kakaknya keluar dari rumah.

Mungkin karena sang ayah telah menjadi orangtua tunggal sejak Singto lahir, perasaannya menjadi lebih halus memikirkan nasib anak kandungnya sendiri. Dua bulan kemudian ayahnya semakin tak tega melihat Push hidup jauh dari rumah. Pria itu memanggil Push untuk bicara secara pribadi dengannya, dan Push mengiyakannya.

Push tidak datang sendiri saat itu, ia membawa serta 'pasangan hidup'nya dan Puaen yang diperkenalkan sebagai anak angkat mereka. Saat itu Puen masih berusia 8 tahun.

Singto sangat yakin, Puen menjadi salah satu alasan ayahnya lunak dan menerima keputusan kakaknya. Entah bagaimana kisahnya, saat Singto memilih tinggal sendirian sejak kuliah, Puen-lah menggantikan Singto menemani ayahnya di rumah.

Adakah keluarga yang lebih aneh dari keluarganya sendiri?

Bahkan New masih setia menobatkan keluarganya di urutan pertama keluarga paling aneh di dunia.

"Bagus sekali Push, bahkan anakmu memanggilmu sialan" Singto tergelak mendengar celotehan keponakannya.

Oh ya, Singto memang menyuruh Puen memanggilnya kakak bukan paman. Tapi Puen juga sering memanggilnya sayang jika mereka berdua pergi jalan-jalan.

"Jadi aku akan tinggal disini sampai lusa" putus Puen tanpa memperdulikan gelak tawa Singto.

"Ayah akan menggangguku dengan sering menelpon, menyuruhku mengusirmu dari sini, Puen. Apa salahnya sih kau temani dia makan malam?"

"Masalahnya P', besok itu ulang tahunku. Apa aku harus menghabiskan hari ulang tahunku dengan makan malam bersama para orangtua sambil membicarakan bisnis?"

Singto mengangguk paham. Siapa juga yang mau menghabiskan hari ulang tahun dengan kegiatan seperti itu?

"Dan ku tebak P' juga lupa kalau besok ulang tahunku" Puen menunjuk wajah Singto.

Singto mengangguk polos. "Setidaknya tidak terlambat kan untuk mengingatnya"

Puen mengangguk-angguk, "Aku akan memilih restorannya"

Alis Singto bertautan tanda tak mengerti.

"P'!! " Puen memukul bahu Singto kesal, "Ulang tahunku, P'.. P' harus traktir aku makan malam!"

"For God sake, Puen! aku harus membuang uang makan sebulanku hanya untuk mentraktirmu makan malam??"

"Kalau begitu kita suruh saja P'New yang traktir. Aku yakin dia mau"

Im Not Popular [COMPLETE]Where stories live. Discover now