Haechan as your Admirer

Começar do início
                                    

"Biarkan saja! Gara-gara dia selalu mendekatiku, aku jadi tidak bisa mendekati Jeno." Jawabmu.

"Hah? Kau suka dengan Jeno? Atlit sepakbola sekolah kita?"

"Memangnya kenapa?"

"Jeno kan teman dekat Haechan. Anak itu pasti akan sakit hati kalau kau dekat dengan sahabatnya sendiri."

"Aku tidak peduli!"

***

Siang itu, kamu sedang menjalani latihan memanah di lapangan sekolah. Kamu memang aktif sebagai anggota eskul memanah. Kamu juga aktif di eskul catur dan renang. Kesukaanmulah pada olahraga membuatmu agak buta dengan hal-hal berbau wanita. Kamu terkesan lebih tomboy daripada teman-temanmu.

Saat kamu sedang asyik membidik sasaranmu didepan, kamu melihat sosok Jeno dengan jersey Real Madrid melewati lorong gedung eskul yang tak jauh dari sana. Matamu seakan tidak mau teralihkan saat anak itu tersenyum lebar kepada teman satu timnya.

"(Nama kamu)! Semangat!"

Kamu mendengar seseorang memanggilmu. Panggilan itu membuat beberapa anggota eskul memanah terkikik geli. Kamu segera menolehkan kepalamu ke samping dan melihat Haechan sudah duduk bersila dengan beralaskan aspal lapangan.

Hal yang teman-temanmu tertawai dari Haechan adalah, wajahnya tampak berantakan dengan tepung. Celemek merah marun kesayangannya juga sangat berantakan seakan-akan anak itu membuat reaksi kimia. Di tangannya tersedia sebuah roti dengan taburan kismis diatasnya. Dia menatapmu dengan kagum, senyumnya semakin mengembang saat kau menangkap tatapannya itu.

Kamu meletakkan alat panahmu, kemudian berjalan mendekati Haechan. Anak itu segera bangkit dan membersihkan celananya dari aspal.

"Aku sudah membuatkanmu roti isi kacang merah! Lihatlah, aku pertama kali membuat roti ini. tampak enak ya." Dia terkekeh malu.

Namun tidak disangka, kamu memukul roti itu hingga terjatuh ke aspal. Roti itu menggelinding tidak berdaya. Haechan terkesiap dan segera menangkap roti itu.

"Yah, kotor." Ucapnya seraya memungut roti buatannya sendiri.

"Bisa kah kau tidak muncul di hadapanku?" Tanyamu pada Haechan. Dia menatapmu sementara tangannya menepuk-nepuk roti itu agar bersih seperti sedia kala.

"A-aku tidak bisa. Aku sudah sangat mencintaimu."

"Psikopat gila! Aku membencimu!" Kau tak malu untuk menghardik Haechan di hadapan teman-teman satu eskulmu yang kini sedang mengamati kalian berdua.

"K-kenapa?" Tanya Haechan. Kedua matanya terus menatapmu dan mulai berkaca-kaca.

"Kau seperti banci!" Serumu kasar.

Hening. Beberapa teman memanahmu terlihat mulai berbisik-bisik. Haechan tertunduk lalu menatap roti buatannya sendiri.

Dia segera melahap roti kotor itu dan mengunyahnya. Kedua matanya kini tak berani untuk membalas tatapan penuh kebencian darimu.

"Kau menjijikkan!"

"Berjanjilah untuk tidak mendekatiku sampai kapanpun!" Serumu pada Haechan sebelum kamu mengambil panahmu dan meninggalkan Haechan.

Anak itu menelan kunyahan roti dan mengangguk pelan.

***

Pada malam hari kemudian, kamu baru saja pulang sekolah. Waktu itu jam 11 malam dan sekolah sudah tampak sepi. Kamu berjalan keluar dari sekolah dengan langkah cepat. Suasana di luar sekolah sudah sangat sepi, sementara kau harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dan akhirnya menaiki bus untuk ke sampai ke rumah.

Orang jahat banyak berkeliaran di malam hari adalah sebuah fakta yang paling kamu takuti. Secuek apapun dirimu, setomboy apa penampilanmu, kamu tetap takut dengan orang jahat seperti pembunuh atau berandalan. Ditambah lagi dengan berita yang baru-baru ini menceritakan tentang seorang siswi yang terbunuh karena pencopet. Berita itulah yang menambah rasa paranoid di dalam hatimu.

Matamu terus melihat ke sekitar, dengan posisi siap untuk berlari kencang ketika ada orang yang tidak dikenal berusaha menghampirimu. Hal yang kau takutkan pun akhirnya benar-benar terjadi saat sekelompok pemuda tunawisma dengan beberapa botol minuman keras menghalangi jalan pulangmu.

Kamu menghentikan langkahmu. jantungmu berdegup sangat kencang saat mereka melihat kearahmu dengan tatapan seperti haus akan darah.

"Lihatlah, ada seorang gadis!" Seru salah seorang diantara mereka. Teman-temannya berseru semangat. Dengan dibawah pengaruh alkohol, mereka berjalan menghampirimu.

Kamu segera mengambil ancang-ancang untuk berlari mundur, namun mereka berlari dengan cepat untuk menghadangmu dari sisi yang lain. Kini kamu sudah berada di tengah segerombolan binatang haus akan nafsu. Mereka menatapmu seakan kau adalah mangsa yang enak.

"TOLONG!!" Jeritmu tak berdaya saat seorang pemuda meraih lenganmu dan menarik kasar.

Tak beberapa lama, kamu mendengar suara deruan motor besar dari belakang pemuda-pemuda itu.
Apalagi ini? Temannya? Atau ketua gengnya? Batinmu mulai bergidik. Kamu benar-benar pasrah dengan keadaanmu sekarang.

"JAUHI DIA!" seorang laki-laki tiba-tiba menendang punggung salah satu tunawisma itu hingga tersungkur ke jalan.

"Jeno?" Serumu kepada laki-laki itu, namun mulutmu hanya menganga saat melihat Haechan mulai memberikan bogem mentah pada perut musuhnya.

Kamu terduduk lemas di jalanan saat melihat pertempuran yang dilakukan Haechan melawan 5 orang pemuda yang lebih besar darinya. Anak itu tidak gentar untuk memberikan pukulan dan tendangan kepada lawannya, bahkan Haechan dengan cekatan menghindari serangan demi serangan yang dilontarkan lawannya sampai dia memberikan jab keras ke wajah lawannya.

Beberapa pemuda tumbang akibat serangan Haechan, dan sisanya melarikan diri karena menyerah dengan kekuatan tak terduga yang dimiliki seorang anak sekolahan.

"Ah, ada gunanya juga selama ini aku ikut Martial art. Kamu tidak apa-apa?" Tanya Haechan saat melihatmu terduduk di aspal.

Kamu berusaha bangkit, walau kedua kakimu gemetar. Kamu berjalan menghampiri Haechan dan menggenggam tangannya.

"Terima kaㅡ"

Haechan segera melepaskan genggaman tanganmu dan mundur beberapa langkah.

"Aku tidak boleh mendekatimu. Ah, hati-hati di jalan ya." Dia bergegas kembali pada motornya dan memakai helm. Dia membenarkan sarung tangan kulitnya yang penuh noda darah korbannya. Akhirnya dia mengendarai motornya dan menghilang dari hadapanmu dalam sekejap.

Kamu ingin menangis. Haechan bukanlah orang yang kamu kira selama ini.

Imagine With HaechanOnde histórias criam vida. Descubra agora