Prolog

61.1K 4.4K 38
                                    

Baca dulu siapa tahu suka 😁😂

Jangan lupa Vote and Comment 😘

🎍

"Kita ditugaskan untuk megawasi kawasan Delimun. Semalam, terjadi konflik antar suku yang membuat pulau itu sangat kacau."

"Siapkan semuanya dengan baik! Siang ini kita akan pergi ke sana. Apa ada yang ingin ditanyakan?"

"Siap, Tidak ada Kepten...!" seru mereka.

Pria yang dipanggil Kapten itu adalah Alan Syaidan. Pemuda berumur 33 tahun yang sudah mengabdi pada negara sedari usianya masih muda.
Tumbuh dalam keluarga militer membuat hatinya juga terpanggil untuk mengikuti jejak sang Ayah, mengabdi pada negara. Menyerahkan seluruh jiwa dan raga untuk negara.

Hari ini langit cukup gelap. Matahari tidak menampakan wajahnya sedikitpun. Sepertinya hari ini akan turun hujan. Dengan sigap, tiga orang berpakaian ala pasukan Chaga berlari kelapangan. Ketiganya bertugas untuk menurunkan bendera pusaka yang berkibar pada tiang yang menjulang tinggi.

Kini gerimis sudah mulai berjatuhan menjamah bumi.

Tanpa diminta, seluruh pasukan yang berada di sekeliling lapangan, menaruh telapak tangan mereka di pelipis. Memberi tanda hormat pada benda pusaka itu. Termasuk Kapten Alan. Dengan khikmad, dia memberi hormat.

Tanpa sengaja, pandangan Alan jatuh pada sosok gadis berambut hitam legam dengan model rambut kucir kuda yang juga ikut memberi hormat di ujung sebrang sana. Dia hormat di tengah guyuran hujan. Tanpa terasa, senyumnya mengembang. Entah karena gadis itu cantik atau karena dia bangga melihat gadis itu menghargai negaranya.

"Maaf Kapten, benderanya sudah turun," ucap Sersan Hedy. Ia terkekeh geli melihat tingkah Kaptennya yang konyol. Tidak seperti biasanya.

Alan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hah?— A-ah... Ya, saya tahu." ucapnya gugup

"Kau kenapa huh? Tidak seperti biasanya." Hedy masih menahan agar tawanya tidak pecah saat ini juga.

Mereka berdua bersahabat sejak SMP. Saat diluar kerjaan atau hanya sedang berdua seperti ini, mereka sangat akrab dan melupakan tentang pangkat mereka.

"Tidak." balas Alan ketus. Lalu kembali memasang wajah datar andalannya. Ia malu sekali. Untung tadi hanya Hedy yang melihat. Ah, tapi tetap saja memalukan.

©®

Cerita ini hanya fiktif belaka. Nama tokoh, tempat, ataupun nama pasukan militer yang ada di sini hanyalah karangan saya. Ini murni imajinasi. Bukan mengangkat kisah nyata tentang seseorang.

Maaf kalau ada beberapa hal yang tidak sesuai karena saya juga nggak tahu gimana kegiatan anggota militer yang asli hehe...

Semoga kalian suka guys...

Greatness senja

For You, Kapten. [END]Where stories live. Discover now