Chapter 4

157 19 2
                                    

Vote.

****

Cahaya pagi dan suara alarm membuat aku terbangun, aku menguap untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih ada di dalam diriku. Aku melihat jam dinding yang menunjukkan angka setengah 6 pagi. Aku segera mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Sekitar 20 menit menghabiskan waktu di kamar mandi aku segera memakai seragam batik karena hari ini hari Jumat yang mewajibkan semua siswa harus memakai batik tanpa ada alasan apapun. Aku menyisir rambut, mengambil tas, dan yang terakhir ialah memakai sepatu. Aku turun ke bawah dan menuju meja makan untuk sarapan pagi bersama keluargaku. Aku anak satu - satunya disini yang menyebabkan aku kesepian. Sehingga, aku sering mengajak Viana untuk menginap di rumahku. Aku hanya mempunyai Viana.

"Morning." aku berteriak dan menyapa mereka berdua orang yang paling aku sayang.

"Morning." Ayah menjawab dengan mengecup pipi kananku. Itu seakan menjadi kebiasaan dari kecil hingga sekarang.

"Sie, nanti jangan lupa les piano ya." Mama berucap sambil mengambil makanan yang akan disajikan untuk ayah.

"Siap, ma." aku berucap dengan sangat agar membuat keinginan mamaku tercapai.

Aku les piano sejak kelas 1 SMP karena Mama yang menginginkan aku menjadi seorang pianis terkenal. Aku berusaha menurutnya agar Mama mendapat sebuah kebahagiaan lain yang tersendiri di dalam diriku. Sejak itulah aku belajar bersungguh-sungguh agar keinginan Mama tercapai.

Namun, ada salah satu pengakuan yang harus aku ucapkan.

Bahwa, aku tidak pernah menunjukkan kemampuannya didepan sekolah sehingga mereka menggangapku sebagai nerd yang tak mempunyai tujuan tertentu. Aku berjanji akan menunjukkan kepada mereka suatu saat nanti dengan bersamanya ungkapan perasaanku.

*******

Kringggg.....kringggg

Jam istirahat telah tiba aku dan Viana akan menuju kantin. Aku mencari tempat duduk yang berada disebrang jendela yang mana membuat kita bisa melihat pemandangan sekolah. Viana memutuskan untuk memesan makanan.

"Sie, Lo mau makan apa?" Viana bertanya sambil menaruh tempat minumnya dimeja. "Samain sama lo aja deh, terserah." aku berucap balik kepada Viana sambil memandangi seluruh penjuru kantin yang ramai akan anak-anak yang membutuhkan makanan ataupun tenaga setelah diberikan guru beberapa mata pelajaran.

Hari ini kantin sangat ramai dan sesak dengan penduduk sekolah yang berburu ke  kantin. Namun, semua itu begitu cepat sunyi saat beberapa gumbulan king bad bejalan dengan acuhnya menuju tempat yang biasanya ditempati. Itu seperti sebuah tempat khusus seperti halnya raja yang mempunyai kedudukan tinggi. Tidak boleh ada yang menempati bukan ada yang melanggar maka mereka akan memberi sanksi.

"Sie, prince lo udah dateng tuh." ucap Viana dengan santainya dengan suara melengking yang dia katakan membuat beberapa anak menoleh kearah kami dengan tatapan 'membenci'. "Gila Lo kalau ngomong gausah nancepin toak lagi di mulut, biasa aja jangan sampai ada yang tau kalau gue suka sama most wanted sekolah."aku berusaha menetralkan suaraku agar mereka tidak memandangi kami lagi dengan tatapan lapar seperti itu.

Aku melihat mereka hingga masing-masing diantaranya duduk dengan tenang. Sekarang aku melihat Aska dengan serius memegang hpnya sedari tadi tanpa mempedulikan temannya. Aku melihat Aska selama beberapa saat. Tanpa sengaja tatapan kami bertemu selama beberapa detik sebelum Aska yang memutuskan kontak mata kami. Aku seakan memerah dengan hal yang dia lakukan. Tatapan tajam dengan segurat kebencian terlukis di dalam mata coklatnya. Namun, semua berubah dengan kedatangan Sabrina yang langsung mengambil ahli duduk disebelah Aska dengan bergelayutan manja seperti jalang yang meminta hasrat terhadap pelanggannya. Ew.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang