Zora°19

142 10 0
                                    


Zero berulang kali menghela nafasnya kasar. "Gue kenapa sih?!" desisnya jengkel.

"Boy.. Nape lu?" Raynand datang dengan tangan yang seenaknya ditenggerkan di pundak Zero.

Zero hanya mendengus kasar tidak berniat untuk menjawab pertanyaan sahabatnya.

Mood-nya semakin down ketika melihat Orion memasuki kelas dengan cengiran yang terpampang di wajah tampannya.

Ia berdiri dari duduknya dan keluar dari kelas, tidak memperdulikan pertanyaan Orion maupun Raynand yang menanyakan kemanakah ia akan pergi.

---

Setelah menimbang nimbang, akhirnya ia memilih untuk mendinginkan pikirannya di UKS.

Ia mengerutkan alisnya melihat sepasang sepatu yang diletakkan dengan rapi di rak sepatu. Dia mengendikkan bahunya acuh, palingan juga anggota PMR yang bertugas menjaga UKS.

Cklekkk

Dinginnya Air Conditioner dan suasana yang tenang menyambutnya ketika ia masuk kedalam ruangan berdominan warna putih itu.

Untuk kedua kalinya, Zero mngerutkan alisnya ketika ia tidak menemukan satupun penjaga UKS di dalamnya. Ah sudahlah, bukannya itu sangat menguntungkan baginya karena tidak akan ditanyai macam macam karena ia pergi ke UKS dengan keadaan yang bisa dibilang sehat? Yah, kecuali hatinya.

Omong omong, kalau tidak ada penjaga di UKS, jadi, sepatu milik siapa yang berada di depan?

Dengan penasaran ia mencari siapa pemilik sepatu itu. Satu tirai yang tertutup membuatnya semakin penasaran. Ia membuka tirai itu perlahan. Hanya berniat mengintip, sebenarnya.

Ia terkejut ketika mengetahui bahwa pemilik sepatu itu adalah Zora. Dan kenapa bisa Zora disini? Apa gadis itu sakit.

"Lo..sakit?" tanpa sadar pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Ia membodohi dirinya sendiri ketika kalimat itu terlontar.

Zora mendongak. Menatapnya dengan ekspresi sama seperti dirinya tadi. "Ah..eng--enggak kak. Cuma agak pusing,"

Zero hanya mengangguk paham. "Udah minum obat?" Zero mendelik ketika kata kata itu meluncur indah dari mulutnya.

Astaga Ro. Goblok banget sih lo! Sejak kapan lo care sama orang!, batinnya berteriak.

"Em, belum kak."

Zero duduk di kasur kosong samping kasur yang di tempati Zora saat ini.

"Kak Zero ngapain ke sini?" tanyanya dengan ragu ragu. Sedangkan Zero hanya menoleh sekilas tidak berniat menjawab pertanyaan Zora. Ia menidurkan tubuhnya dan menutup matanya perlahan.

Setelah itu, hanya keheningan yang menyelimuti ruang UKS.

Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..

Zora memperhatikan laki laki yang berada di sampingnya kini mengeluarkan Hp dari saku celananya dan menempelkan di samping telinganya.

"Halo, ada apa?"

"....."

"Iya, ntar langsung pulang"

"....."

"Astaga, iya.."

"...."

Zora menautkan kedua alisnya heran. Siapa yang menelpon Zero, sehingga nada Zero sangatlah lembut didengar?

Ah, mungkin juga mamanya, pikirnya.

"Hahaha, iya sayang. Segitu kangennya lo sama gue? Hahaha,"

Deghh

Sayang?

Mata Zora melotot kaget. Namun sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi datar. Seakan akan ia baik baik saja.

"Obatnya udah diminum?" tanya Zero datar, seraya memasukkan Hp-nya ke saku celananya.

Zora enggan menjawab, ia membalikkan badan membelakangi Zero, ia memejamkan matanya berpura pura untuk tidur.

Zero terkekeh geli. "Lo pura pura tidur?"

Hening..

Zero menghembuskan nafasnya pelan. "Gue mau tanya,"

"Tanya apa." Zora menjawabnya dengan ketus.

Zero mengerjapkan matanya perlahan. Tidak biasanya Zora ketus padanya.

"Lo.. Marah?"

Zora mengganti posisinya menjadi duduk. "Marah kenapa?"

Skakmat. Iya juga ya, kenapa Zora marah? Zero merutuki dirinya sendiri. "Eng--enggak tau."

Zora menatapnya aneh.

"Yaudah, gue balik kekelas ya." Zero bangun dan berjalan perlahan menuju pintu UKS. Ketika ia akan menutup pintunya, suara Zora di dalam membuat ia mengurungkan niatnya.

"Kak, jangan tinggalin gue."

ZoralineWhere stories live. Discover now