pengungsian berharga

2.6K 357 617
                                    

"LUKE! GUE SUMPAHIN LO NGGAK BISA BERHENTI KENTUT SELAMA 24 JAM!!!"

Nafas gue memburu, mata gue menyipit dan menatap sosok laki-laki itu dengan tampang garang. Sedangkan yang gue tatap sedari tadi hanya memasang wajah sok cool di depan gue, tanpa mempedulikan ancaman gue.

"Bodo amat deh, Haiz. Kentut mulu mah sehat." Balasnya acuh lalu kembali ke tempat duduknya karena Pak Rusman, guru fisika gue, udah masuk ke kelas.

Luke Hemmings. Nggak usah terlalu panjang jelasinnya, intinya dia musuh gue sejak masuk kelas 10 sampai sekarang kita kelas 11. Parahnya, gue tetep aja sekelas sama dia, sekalipun ada pembagian kelas baru setelah kenaikan kelas tahun lalu. 

Buang jauh jauh pikiran tentang Luke, sekarang gue harus konsentrasi sama Fisika. Pelajaran laknat yang satu ini memang nggak pernah ngertiin gue.

Kaya doi, nggak pernah ada pengertiannya sama gue.

Apa-apaan ini?

"Haiz." Gue dapat mendengar seseorang memanggil nama gue dari belakang.

Sontak gue menoleh dan memberinya tatapan "ada apaan?" sambil menaikkan alis gue. Ternyata Lova yang manggil gue dari belakang.

"Dipanggil tuh." Lova melirik malas ke arah Luke.

Gue langsung mengedarkan pandangan ke arah Luke, yang ternyata, lagi ngeliatin gue dengan tatapan pedo. Sesekali ia menyeringai dan menaik turunkan alisnya. Sialan.

"Apaan sih." Desis gue dengan risih lalu kembali memperhatikan Pak Rusman.

Luke tuh emang aneh. Cakep juga enggak, tapi sok ganteng setengah hidup. Denger denger sih mantannya berbaris rapi di sekolah, dari adek kelas yang masih cupu sampe kakak kelas yang body-nya kaya Nikita Mirzani udah pernah dia cocol.

Chochol manja.

Jadi inget Mimi Peri.

"Anak-anak, besok Sabtu kita ulangan bab fluida statis." 

Refleks satu kelas bergemuruh menyuarakan ke-tidak setuju-an mereka tentang ulangan tersebut. Hari Sabtu? Berarti lusa dong!

Jangan kaget, hari Sabtu sekolah di Jogja tetep masuk. 

#baladaanakjogja #sabtutetapmasuk

"Seperti biasa, peraturannya kalau tidak dijawab nilainya 0, dijawab dan benar nilainya 1," ucap Pak Rusman. "Dan terakhir, kalau dijawab tapi salah, nilainya -1."

Kebiasaan. Gue benci banget sama peraturan itu. Bisa-bisanya ngasih nilai minus. Dikata fisika semudah mencintai doi? Nyatanya, fisika itu sama susahnya seperti menggapai doi.

Halah.

"Haiz, ajarin gue fisika!" Eno, teman satu bangku gue, menggoyang-goyangkan lengan gue dengan cepat. Wajahnya setengah memelas. 

Gue menelan ludah kemudian berkata, "Gue nggak bisa fisika elah." Wajah gue nggak kalah melas sekarang. 

Dengan segala tenaga dan doa, seluruh murid kelas mencoba merusak benteng pertahanan Pak Rusman yang tetap teguh pendirian melaksanakan ulangan sialan di hari Sabtu itu. Tapi nyatanya, semua usaha kami gagal.

TEEEEEEETTT!!!!!!!!!

"Sebelum kita pulang, mari kita tutup dengan doa terlebih dahulu." Kata Pak Rusman mengakhiri pelajaran dan mempersilakan kami pulang.

Gue melenggang keluar dari kelas dan pengin cepet cepet pulang. Saat gue hendak melalui daun pintu kelas, ada seseorang yang menghadang jalan gue. 

Pengungsian Berharga | Luke [one shot]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora