Prolog

1K 231 116
                                    

"Tertawalah hari ini, maka tangismu akan tumpah di hari esok."

Rambut ikal yang terkucir dua itu menari-nari mengikuti langkah ceria dari anak perempuan berumur 5 tahun itu. Senyumnya merekah setiap kali melihat beberapa orang menyapa dengan nada hangat. Hanya seorang saja yang membuat senyumnya sedikit memudar, tetapi tidak menyurutkan semangat anak itu. Ia membawa boneka Barbie-nya ke arah anak laki-laki yang sibuk menyendok pasir ke atas mobil mainan. Dengan semangat, anak perempuan itu menghampiri.

"Bonekaku juga mau ikutan main, boleh?" tanyanya.

"Gak," jawabnya sembari membalikkan badan, berlawan dari arah anak perempuan itu. "Pulang sana!" perintahnya.

Anak perempuan itu menggeleng kuat walau tak terlihat oleh anak laki-laki tersebut. Ia memilih untuk duduk di belakang. Matanya fokus pada pasir yang menurutnya sangat menjijikkan. Sesekali ia berpikir, mengapa anak laki-laki mainnya jorok?

"Aku mau pulang," ucapnya.

Anak laki-laki itu mendengkus kesal sembari berdiri dari jongkoknya, "Ayo pulang!" ajaknya lalu menarik pergelangan tangan anak perempuan itu.

"Losari gak mau dipegang sama Novel!" teriak anak perempuan itu sembari menghempaskan tangan Novel, anak laki-laki itu.

"Kenapa?"

"Tangan Novel kotor! Udah main pasir tadi," ucap Losari.

"Pasir di taman itu gak kotor!"

"Kotor!"

"Nggak!"

Untuk hari ini saja, perdebatan mereka berakhir dengan cepat. Mami Novel menghampiri mereka dengan tatapan tajam. Mata itu jatuh ke Novel, membuat anak bungsunya menunduk lesuh.

"Mami ... Novel gak salah," ucap Novel, lirih dengan menundukkan kepalanya.

Embusan napas kasar keluar dari perempuan berusia 30 tahun itu. Dengan cepat ia menggendong Losari dan membawanya pulang. Langkah panjangnya membuat Novel berlari kecil untuk menyamai langkah mereka. Losari yang melihat Novel berlari ngos-ngosan dari belakang hanya dapat tertawa bahagia. Sedangkan Novel hanya dapat memicingkan mata tajam sembari menepuk dadanya, ia takut napasnya berhenti dengan bodoh hari ini.

"Mami! Novel kan anak Mami! Kok gendongnya Losari?" sahut Novel yang kini menghentikan langkah.

"Siapa suruh nakal sama Losari?"

"Mami udah," ucap Novel, lirih. Ia sudah tak sanggup lagi. Seketika semua terlihat buram sampai pada akhirnya tubuh mungil itu ambruk ke tanah.

'Aku benci dia'









NOVELOSARI Where stories live. Discover now