(Y/n) bersender pada pintu itu dan menggedornya lemah. pandangannya berkunang-kunang karena magh akut yang dideritanya. Kenapa hari ini ia benar-benar sial? Apa ia akan mati disini sekarang? Hanya itu pikiran yang terlintas olehnya. Ia hanya berharap seseorang dapat menemukannya disini.

Awan hitam berkumpul diatas kampus saat ini, Jungkook melihat keluar jendela dengan malas, berharap kelasnya akan usai lebih cepat. Harapannya pun terkabul, mungkin Tuhan sedang berpihak padanya. Jungkook merapikan buku-bukunya, dan tidak sengaja ia mendengar teman yeojanya berbisik-bisik.

"Bagaimana ini? Dia tidak bersuara sama sekali. Apa kita keluarkan saja dia dari sana?" ucap yeoja berambut pendek sebahu, gemetar.

"Shh, jangan keras-keras, nanti kedengaran Jungkook." ucap yeoja berambut lurus, sedikit berbisik.

"Biar saja dia disana, siapa suruh mendekati adiknya dengan mudah, sedangkan kita mendekati adiknya saja tidak bisa apalagi mendekati Jungkook." ucap yeoja berambut ikal itu, panjang lebar.

Jungkook yang merasa tidak tahan mendengar namanya yang disebut-sebut, menghampiri mereka dan menggebrak meja didepan mereka.

"Siapa yang kalian maksud tadi!?" tanya Jungkook dingin. Ketiga yeoja itu bungkam seketika.

~
~
~

Gelap, dingin dan takut. Itulah yang dialami (y/n) saat ini. diluar sedang hujan deras, disertakan petir yang memekikkan telinga. Ia takut sekali mendengar petir. Ingin sekali rasanya ia berteriak tapi kerongkongan dan perutnya tidak mendukungnya untuk bersuara. 'Seokjin oppa... Dowajuseyo...' Batin (y/n).

Ia hanya sanggup menggedor pintu tersebut. Terdengar suara langkah kaki mendekati gudang, kemudian pintu itu terbuka. Seorang namja berjongkok dihadapan (y/n) dengan terengah-engah.

"(Y/n), gwaenchana!?" tanya namja, yang sangat ia kenali suaranya. Kilatan petir menyambar, membuat (y/n) memeluk namja didepannya, dan menangis sesenggukan didadanya. Jungkook mengelus kepalanya halus, dan berbisik. "Sudah aman sekarang, jadi jangan menangis lagi." hibur Jungkook menenangkan (y/n) yang tiada hentinya sesenggukan. Jungkook mengantar (y/n) sampai kerumahnya, Seokjin membukakan pintu, dan membantu Jungkook memapah (y/n) kekamarnya.

"Seokjin hyung, aku pulang dulu nee, Jeongun sendirian dirumah." ucap Jungkook.

"Gamsahamnida nee, Jungkook-ah. Aku akan memberitaumu kalau (y/n) sudah sadar nanti." ucap Seokjin mengantarkan Jungkook sampai kedepan rumah.

Seokjin masuk kekamar (y/n), terlihat ia menggigil ketakutan dan keringat dingin membasahi wajahnya. Seokjin mengusap puncak kepala (y/n) lembut. Itulah yang selalu dilakukan Seokjin saat (y/n) ketakutan, sampai ia tenang.

Sudah tiga hari berlalu, tapi (y/n) tidak ingin kuliah. Biasanya dia akan semangat kalau kuliah, tapi karena kejadian kemarin membuatnya tertekan. Seokjin pun tidak ingin memaksa (y/n) untuk ke kampus. Ia mengerti keadaan (y/n), jadi ia menurut saja keinginan yeodongsaengnya itu.

Sebenarnya ada hal lain yang membuatnya tidak ingin ke kampus. Ya, siapa lagi kalau bukan Jungkook. (y/n) tidak tau harus bersikap bagaimana didepannya nanti, ia sangat malu mengingat kejadian kemarin digudang, (y/n) memeluknya dan menangis didadanya, karena selama ini selain Seokjin tidak ada yang pernah melihatnya menangis seperti itu.

"Oppa pergi dulu ne, jangan buat rumah ini berantakan, araseo?" perintah Seokjin pada (y/n) yang menonton tv di ruang tamu.

"Araseeoo, jja pergilah, hati hati dijalan Jin oppa." ucap (y/n) melambaikan tangannya, dan kembali lagi pada acara yang ditontonnya.

Hidden Love (Jungkook x You)Onde histórias criam vida. Descubra agora