PROLOG

39 11 15
                                    

Siang ini hujan turun dengan lebat. Seorang wanita paruh baya yang akrab dipanggil bunda sedang berdiri diteras menikmati hujan sambil menggandeng satu anak laki laki, dan satu anak perempuan.

"Dek, ayo kita main kejar kejaran!" Seru seorang anak laki laki itu. Kemudian langsung berlari keujung gerbang, sambil menjulurkan tangannya agar terkena air hujan. Dengan ceria, gadis kecil itu menampakkan gigi tidak ratanya.

"Ga boleh bang. Hujan" seru bunda dengan lembut dan senyuman manis diwajahnya. Membuat gadis kecil itu terdiam. Dan anak laki laki itu mengerucutkan bibirnya.

"Sekali aja ya bunda" anak laki laki itu memasang wajah memohonnya dengan mata berbinar. Namun tetap dihadiahi gelengan dari sang bunda. "adek sama abang jarang main ujan ujanan" ujar anak laki laki itu kembali memohon.

Bunda pun tersenyum "tapi pakai jas hujan ya?" Mendengar perkataan itu, anak laki laki dan perempuan itupun langsung tersenyum menampakkan jajaran giginya. Lalu mereka bergegas masuk kedalam rumah untuk mengambil jas hujan. Bunda pun hanya tersenyum seraya menggeleng gelengkan kepalanya.

***

Kedua anak itu bermain dengan derasnya hujan didepan rumah yang memang berhadapan langsung dengan jalan besar.

"Adek nanti diomelin mama ga kalo main ujan ujanan sama abang?" Ucap anak laki laki itu sambil menatap gadis kecil dihadapannya.

Anak perempuan itu pun langsung menoleh keanak laki laki itu, ia tersenyum "engga kali bang" jawabnya, lalu kembali fokus dengan hujannya.

"Dek, liat deh! Ada bunga cantik" tangan anak laki laki itu menunjuk ke seberang jalan. Dimana ada bunga mawar yang tumbuh dengan cantiknya.

"Adek mau ga? Ambil gih" Anak perempuan itu mengangguk. Lalu berjalan sampai tepi jalan besar itu. Sebelum kakinya mulai melangkah, terdengar suara bunda dari dalam rumah

"adek, abang. Hujan hujanannya udah ya. Nanti masuk angin" kedua anak itu menoleh, lalu saling bertatapan. Anak perempuan itu menatap anak laki laki dengan murung karena tidak bisa mengambil bunga mawar cantik diseberang jalan.

"Adek ambil aja, gapapa" mendengar itu pun anak perempuan langsung kembali ceria dan menampakkan senyumnya.

Saat mulai melangkah, teriakkan bunda kembali terdengar, tetapi kini lebih keras. "ADEK MAU KEMANA?" Namun kedua anak itu tidak menghiraukannya. Bunda pun langsung berlari saat melihat si anak perempuan tengah menyebrangi jalan besar.

Saat anak perempuan itu ditengah jalan, ada mobil sedan dengan kecepatan tinggi dari sampingnya. "ADEK AWAS!" teriak anak laki laki itu saat melihat mobil semakin mendekat.

Bunda pun langsung berlari ketengah jalan dan mendorong si anak perempuan. Anak laki laki yang melihat semuanya langsung terdiam. Menatap bundanya yang terseret mobil hingga jauh.

***

['Anak perempuan' POV]

Aku membuka mataku secara perlahan. Aku melihat sekelilingku, semua serba warna putih. Dengan bau tak sedap yang sangat menyengat dihidungku.

Aku menolehkan kepalaku, aku melihat mama disana, sedang tersenyum kearahku. Aku juga lihat papa, dan ayah. Tapi seseorang yang sedang kucari tidak ada disini, Abang.

"Abang mana?" Ucapku dengan penuh usaha. Membuat mereka saling bertatapan. "Sebentar ya, Ayah panggilin dulu" jawab ayah masih dengan senyuman.

Ayah pun keluar dari ruangan serba putih ini, dan kembali dengan membawa abang yang wajahnya seperti sedang menahan amarah. Aku tersenyum melihat abang. Namun sepertinya, abang menatapku tidak suka.

"Adek sama abang dulu ya?" Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan mama. Mereka pun keluar. Tinggal aku dan abang diruangan ini.

"Bang, adek dimana?" Tanyaku. Tapi tidak ada jawaban dari abang. "Bang?" Panggilku. Namun abang hanya menatapku dengan tatapan sinisnya.

"Abang benci adek! Adek buat bunda celaka! Adek buat bunda meninggal! ADEK JAHAT! ABANG GA AKAN PERNAH MAU LAGI KETEMU SAMA ADEK!" seketika abang teriak. Membuat jantung tiba tiba berdegub kencang.

Tidak lama, mama datang. Mama langsung memelukku yang menangis karena ketakutan. Disusul Ayah yang langsung membawa abang keluar.

Aku tidak mengerti dengan perkataan abang. Aku membuat bunda celaka? Aku jahat? Aku tidak ingat apa yang terjadi. Aku tidak mengerti kenapa abang bisa berbicara seperti itu. Satu hal yang baru aku sadari, Bunda tidak ada.

"Bunda mana ma?" Tanyaku di sela sela tangis. Mama hanya tersenyum menatapku. "Besok kita ketemu bunda ya?" Jawab mama dengan kalimat yang membuatku tenang.

***

Aku menatap jalanan dari dalam mobil, hujan turun rintik-rintik. Membuat kaca mobil ini berembun, namun aku tetap melihat pemandangan jalanan luar, walau tak begitu kelihatan.

Setelah beberapa lama dimobil, akhirnya aku pun turun. Aku tidak mengerti kenapa mama dan papa membawaku ketempat seperti ini. Aku baru pertama kali datang ketempat ini. Dan sepertinya tidak mungkin juga bunda ada disini.

"Mama kenapa kita ke kuburan?" Tanyaku. Namun mama hanya diam sambil tersenyum. Membuatku semakin penasaran.

Kami berjalan menyusuri beberapa makam. Lalu berhenti disalah satu makam yang sangat bersih. Aku tidak mengerti apa yang dimaksud mama.

"Ini bunda. Bunda udah tenang didalam" ucap mama. Membuatku tambah bingung. "Bunda udah ga ada sayang" kini air mata mama menetes.

Aku mulai mengerti. Bunda sudah meninggal. Tetapi mengapa kemarin abang berbicara seperti itu kepadaku? Apa salahku? Aku tidak ingat apa apa.

Seketika kepalaku sangat pusing. Semakin aku mengingat ngingat semua yang terjadi, kepalaku tambah pusing.

Aku berlutut disamping nisan mama, aku tak kuat menahan tangisku. "Mama yang tenang disana ya ma.."

***

Hai semua!! Maaf banget pendek, karena emang masih prolog. Dan maaf banget kalo terlalu baku, karenaa.. yaaaa adadehhhh :v. Oiya maaf juga kalo jelek, ganyambung, gaseru, karena aku baru pertama kali bikin ceritaaa..

Makasih yang udah baca ^^

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang