2. Side to Side

Mulai dari awal
                                    

Ruang kamarnya memang dibuat kedap suara dan itu tak dipermasalahkan, hingga dirasa wajahnya memerah hingga memutuskan untuk menatap langit - langit kamar.

Junhoe menatap lurus ke depan dan berpikir jika sebenarnya ia telah bodoh melakukan hal yang sangat dipantang seorang dokter tadi. Apalagi jika bukan berkunjung ke club. Ia memang bodoh, namun ya sudahlah lagi pula itu juga tak pernah diduga sebelumnya, dan ia tak kan mengulangi karena mungkin pikirannya tadi sedang tidak baik dan terjadilah seperti tadi dan itu juga tanpa sengaja. Jika saja Jinhwan tak berada di sana mungkin ia tak akan datang ke tempat itu.

Deru napas berat terdengar, membuat Junhoe menatap miris dirinya yang belum bisa melupakan Jinhwan sepenuhnya. Dirinya pikir lima tahun berpisah dengan namja cantik itu ia bisa secepatnya untuk melupakan semua kenangan yang sialnya masih tersimpan pada memory.

Jinhwan cinta pertama juga mantan terindahnya hingga sekarang. Junhoe merasa sangat lemah hanya karena seorang namja cantik bernama Jinhwan tersebut. Ia meruntuki dirinya yang berusaha mati - matian menahan gejolak aneh saat Hanbin dan Jinhwan sedang bersama. Ia sangat cemburu, jelas dan ia tak tahu harus berbuat apa. Hingga ponselnnya berdering tanda ada pesan masuk yang diacuhkannya beberapa saat.

Dering ponselnya berbunyi beberapa kali lalu dan ia putuskan untuk mengambil benda itu pada saku jeans, mencoba mengecek pesan yang masuk. Junhoe mendengus sebal, membuang sembarang benda pipih itu dan kembali tergeletak di kasurnya hingga matanya perlahan terpejam bersama dengan dering ponsel yang kembali berbunyi.

From : Namja Cerewet

"Dokter aku ingin bertemu, apakah kau sibuk sekarang?"

From : Namja Cerewet

"Kenapa kau tak membalas pesanku?. Ayo kita bertemu, ku mohon"

From : Namja Cerewet

"Ya sudah aku akan menunggu dokter di taman rumah sakit. Jangan terlambat"

From : Namja Cerewet

"INGAT JANGAN TERLAMBAT"

.

.

.

.

_Depressed_

Jinhwan terbangun tengah malam, perutnya terasa sangat sakit dan ia bingung harus melakukan apa. Erangan sedikit keluar dari bibir tersebut, menciptakan nada kesakitan yang terdengar oleh seseorang yang tengah berbaring di sofa ruang tengah.

Tangan ramping itu memegangi perutnya, nyaris meringguk bagai janin di dalam kandungan. Entah kenapa di tengah malam seperti ini Jinhwan mengalami sakit pada perutnya, hingga berikutnya ia baru menyadari perutnya belum diisi makanan sejak pagi dan langsung meminum banyak alkohol.

Jinhwan menatap pintu itu yang baru saja dibuka oleh seseorang. Hanbin membuka pintu ruangan, lalu dengan cepat ia menghampiri Jinhwan yang nampak mengerang kesakitan dengan peluh yang membanjiri pelipisnya. Namja tampan tersebut mengecek kondisi Jinhwan dengan peralatan medis yang untungnya ia simpan di laci sebelah.

"Hanbin~, perutku sakit" Jinhwan berujar membuat Hanbin menatap kasihan sang namja cantik. Meskipun mengidap sedikit gangguan mental Jinhwan tetaplah seorang namja polos, dan Hanbin baru meyakini jika ucapan hyungnya waktu itu memang benar adanya.

Tangan itu membongkar isi tas kedokteran. Memcoba mencari obat pereda rasa nyeri yang mungkin masih tersedia. Hanbin mencoba memasukkan cairan tersebut pada suntikan yang berada di tangannya. Jinhwan yang menahan sakit sekilas menatap jarum suntik tersebut takut, membuatnya merasa ingin kabur sebelum tangan lain menahan lengannya.

[END] DEPRESSED | BINHWAN | JUNHWAN | BOBHWAN | YAOITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang