Debaran di Jantung

4K 705 96
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jimin pulang terlambat dari sekolah hari ini. Diluar sudah bersemburat merah, tapi yang Jimin lihat selama ini hanyalah gelap.

Jimin melangkah tertatih. Pelan-pelan meraba jalanan dengan tongkatnya. Menghitung langkah demi langkah hati-hati.

Berhenti sejenak setelah langkahnya ke yang lima puluh. Kemudian membelokkan kaki. Seingatnya dilangkah ke lima puluh dari terhitung dari gerbang sekolahnya ada minimarket yang bertempat dipinggiran jalan.

Tangannya meraba mencari-cari pegangan pintu. Lantas mendorongnya diiringi dengan ucapan 'selamat datang'.

Jimin rasa ia familiar dengan pemilik suara. "Jungkook hyung?"

Pria dibalik kasir menoleh. "Jimin?"


————


Mereka berjalan beriringan. Tongkat Jimin sudah terlipat dan bersemayam nyaman didalam kantong.

Hening. Sibuk berputar dengan pikiran masing-masing—sibuk mencari bahan pembicaraan.

Lidah Jimin terus merasai susu pisang digenggaman, santai—padahal jantung berteriak kegirangan. Sedang wajahnya menunduk, tangan yang bebas memegangi lengan kemeja Jungkook. Jungkook bersedia menawarkan diri untuk mengantar pulang.

"Kau tahu kan ini malam Jumat?"

Si pemuda Park hanya mengangguk, masih sibuk menyesap susu perisa pisangnya. "Aku tahu."

"Lalu, kenapa kau pulang disaat matahari sudah hampir diufuk barat? Tidak takut bertemu dengan psikopat itu?" Yang lebih tua memasang wajah datar. Karena ia tidak pandang bulu dalam membunuh, Jim—lanjutnya didalam hati.

"Aku harus menyelesaikan tugas, hyung," jelasnya. Genggaman makin mengerat digulungan kemeja. "Toh, hidupku sudah rusak. Kenapa tidak sekalian aku dibunuh saja? Itu lebih baik. Jadi, untuk apa aku takut bertemu dengannya?"

Jeon Jungkook hanya bisa terdiam sepanjang perjalanan.


————


Hari ini malam Jumat—Jeon Jungkook tahu itu. Sekarang pukul delapan, dan ia masih belum bersiap sama sekali. Kau tahu? Kamis malam artinya malam beraksi.

Tapi, entahlah. Jungkook sendiri merasakan malas—jelas jauh berbeda dari biasanya.

Wajah ditengadahkan. Menatap lampu neon lima belas watt malas.

Otak Jeon Jungkook penuh. Tidak, kali ini tidak penuh dengan adegan pembunuhan sadis dengan darah merah yang muncrat-muncrat. Kali ini tidak sama sekali. Istimewa, yang melintas penuh perhatian diotaknya kali ini adalah Park Jimin. Si pemuda buta itu.

"Hidupnya sudah rusak," Jungkook mengulang ucapan Jimin dengan versinya sendiri. "Apa maksudnya?"





Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, Jungkook memikirkan orang lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




sekali lagi terima kasih buat yang udah nyariin. pendek dari kemaren karena sedang diambang wb lol.

Mr. Psychopath + kmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang