Mengajarkan mereka berhitung, menulis, mewarnai bahkan menghibur mereka dengan suaranya yang indah. Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Milea. Anak-anak panti juga sangat menyukainya. Milea selalu menutupi kegiatan pribadinya dari wartawan. Dia tidak ingin orang berfikiran kalau dia sengaja pamer ini itu dan sebagainya. Dia juga tidak ingin bakti sosialnya di ketahui orang lain.

Ujian semesternya sudah selesai. Besok dia akan menerima hasil rapotnya tersebut. Dia sangat khawatir takut kecewa dengan hasilnya. Namun dia tetap berpikir positif ia akan menerima apapun hasilnya nanti.

"Milea besok kan kita bakal nerima rapot tuh. Terus kita libur semesteran seminggu kan. Gimana kalau kita liburan ke pantai?"

"Ide lo boleh jugak tuh,"

"Lo bisa kan? Jangan bilang lo gak bisa. Gue bakal kesepian." ucap Fahira dengan memonyongkan bibir mungilnya.

"Oke gue gak bakal terima job apapun deh. Demi lo. Lagi pula gue emang butuh liburan sih."

"Ya ampun Milea. Lo emang sahabat terbaik gue." Sambil meluk Milea kenceng banget.

"Lepasin ra. Lo mau bunuh gue ya!"

"Hehehe. Ya maaf,"

"Gak papa Fahira santai aja lagi," ucap Milea sambil mencubit pipi Fahira yang sedikit chubby itu.

"Mile lo kan udah terkenal. Cantik, langsing, putih, tinggi udah gitu baik lagi. Lo udah punya pacar belum?"

"Eh apansih lo tumben banget nanyain gue pacar." jawab Milea cengo.

"Ya gak ada sih gue penasaran aja. Gak mungkin kan cewek cakep kayak lo gak ada yang mau."

"Gue bukan gak ada yang mau. Tapi gue nungguin lo. Kalau gue punya pacar ntar lo jomblonya sendirian dong," ucapnya sambil tertawa kecil.

"Ih apaan sih lo. Jahat deh,"sambil cemberut.

"Hahahaha."

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Udah saatnya Milea pamitan sama Fahira. Karna nanti malam dia ada acara penting. Kalau dia gak istirahat bisa-bisa ketiduran di atas panggung lagi.

"Ra gue pulang ya. Udah sore soalnya."

"Iya hati-hati Mile jangan kebut-kebutan di jalan loh ya. Kalau udah sampai kabarin gue."

"Iya ih bawel banget ngalah-ngalahin Mama gue deh."

"Hahaha biarin aja."

"Nanti malam jangan lupa jam sembilan malam lo lihat tv lo."

"Ah gue gak akan lupa kok. Gak nyangka ya sahabat gue seorang penyanyi terkenal." Ucapnya menggoda Milea.

"Udah ah gue pulang. Byeee,"


**

Sejam kemudian, mobil yang di kendarai Milea. Telah terparkir rapih di garasi. Dia melangkahkan kakinya menuju rumah. Saat hendak menaiki tangga Milea di kaget melihat lelaki berpakaian jas berwarna silver yang duduk di sofa ruang tamunya.

"Lo? Ngapain lo kesini tumben banget," ucapnya dengan nada sinis.

"Papa kangen sama kamu. Ternyata putri kecil Papa udah besar sekarang. Udah punya masa depan yang cerah,"

"Udah deh gak usah basa-basi kayak gitu. Aku tau lo buka tipe orang yang seperti ini,"

"Papa cuma mau nunjukin sesuatu sama kamu. Papa berharap kamu bisa hadir." Sambil memberikan undangan.

"Apa ini? Undangan? Lo mau nikah lagi?" Tanyanya ketus.

"Kamu baca saja. Papa harap kamu bisa mengerti dan bisa menerima. Papa pulang dulu."

Milea menaiki tangga dengan sedikit kesal. Ia membaca undangan yang di berikan Papa nya dengan air mata yang berjatuhan. Ia hempaskan badannya ke kasur dan di buangnya undangan yang di berikan Papa nya tadi.

Milea tidak menyangka dalam waktu tiga tahun Papa nya sudah bisa melupakan Mamanya. Milea tidak menyangka kalau Papa nya secepat itu mencari pengganti Mamanya. Milea sama sekali tidak ingin Papa atau Mamanya menikah lagi. Namun dia sadar. Kalau mereka berdua membutuhkan orang yang menemani masa tua mereka. Terlebih lagi Papa nya seorang lelaki yang butuh pendamping.

Hanya saja Milea tidak menyangka bisa secepat ini. Minggu ini Papa nya akan menikah. Milea memang tau kalau Papa nya memang sedang dekat dengan peremuan, yang Milea tau perempuan itu suka gonta-ganti pasangan, menjadi simpanan om-om, dan sangat matre, Milea hanya bisa berharap semoga bukan perempuan itu yang akan menjadi Ibu tirinya.

Milea kembali menangis. Ia mengingat kenangannya saat bersama kedua orang tuanya. Saat keduanya masih bersama. Saat keduanya masih rukun. Mereka begitu bahagia. Mereka tertawa dan selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Papanya selalu mengajaknya pergi berlibur setiap kali ada cuti kerja.

Mamanya akan memasakkannya makanan yang sangat lezat untuk di jadikan bekal perjalanan. Saat Papa nya mengajarkannya bermain sepeda dan ia terjatuh Mama sangat marah pada Papa. Sampai akhirnya Papa meminta maaf dan membelikan Mama sebuket bunga.

Dulu kebahagian mereka sangat nyata. Tidak ada jarak diantara mereka. Tapi sekarang jarak antar keduanya sangat jauh bahkan terbentang lebar. Kini hanya kenangan yang dia miliki. Lagi-lagi air matanya terjatuh menginggat perpisahan kedua orang tuanya.

Sampai sekarang Milea tidak tahu pasti kenapa orang tuanya tersebut bisa bercerai. Dulu saat orang tuanya memutuskan untuk bercerai ia masih duduk di kelas tiga sekolah menengah pertama. Milea belum terlalu mengerti. Saat dia bertanya pada Mama pun Mama enggan untuk menceritakannya.

Milea juga gak mau Mama sedih kalau harus menginggat penyebab perpisahan itu. Karena itu, dia berusaha buat tidak menanyakan soal apapun kepada orang tuanya.

Saat ini yang ia fikirkan hanya Mama nya. Sudah lama dia tidak komunikasi dengan Mamanya. Bahkan gimana keadaan Mamanya sekarangpun dia juga tidak tau. Akhirnya dia memutuskan untuk menelpon Mamanya.

"Hallo Ma. Mama apa kabar disana? Mama sehatkan?"

"Alhamdulillah sayang. Mama baik-baik aja kok. Kamu sendiri gimana nak?"

"Mile baik kok Ma. Besok mile ambil rapot,"

"Wah maafin Mama ya nak Mama gak bisa nemanin kamu. Restoran lagi ramai soalnya,"

"Iya Ma aku gak papa kok. Kan bisa ambil rapor sendiri, lagi pula biasanya juga ambil sendirikan,"

"Mile ada yang mau Mama tanyakan sama kamu."

"Mama mau tanya apa. Tanya aja Ma. Mile pasti jawab kok."

"Kamu sudah terima undangan dari Papa mu nak?"

"Hmmm sudah Ma. Barusan dia dari rumah Mile."

"Mile kamu harus hadir di pernikahan Papa kamu. Kamu gak boleh kecewain Papa ya. Mama gak papa. Kamu gak usah fikirin Mama."

"Tapi kan Ma," belum sempat ia menjelaskan. Mamanya memotong pembicaraannya.

"Mama gak papa sayang. Mama sudah lupain Papa kok. Kamu harus janji bakal datang ya."

"Iya Ma. Mile akan datang. Udah dulu ya Ma Mile mau kerja lagi,"

Mile langsung memutus sambungan telpon dengan Mamanya. Mile tau perempuan tua itu pasti sedih. Mama udah nemanin Papa dua puluh tahun sekarang harus nerima kenyataan kalau Papa akan menikah lagi. Mile hanya bisa berharap kelak Mama juga mendapatkan pasangan seperti Papa.










Jangan lupa vote dan koment yaaa
Terimakasih💞💞

WHATEVERWhere stories live. Discover now