Tiga

331 172 191
                                    

Suara alarm membangunkan Milea. Jam sudah menunjukkan  pukul 06:00 pagi. Dia pun segera bangkit dari  tempat tidur dan bergegas mandi, soal tempat tidur yang berantakan layaknya kapal pecah ya bodoh amat pikir ya. Setelah mandi dan rapih dia langsung menuju garasi mengambil mobil jazz berwarna soft pink miliknya. Mobil yang dihadiahkan orang tuanya waktu dia ulang tahun ke-16.

"Selamat pagi mbak Milea. Berangkatnya buru-buru banget ya." sapa satpam rumahnya.

"Selamat pagi juga Pak Ujang. Iya hari ini gue ujian jadi harus buru-buru takut telat soalnya." jawab Milea dengan hangat.

"Hati-hati ya mbak. Jangan kebut-kebutan di jalan. Semoga ujiannya lancar." Jawab sang satpam dengan senyum khas.

"Baik pak. Jangan lupa kunci pintu dan pagar ya pak. Gue berangkat dulu." Pesannya pada sang satpam.

**
Jalanan kali ini sangat lengang. Mungkin karena dia berangkat lebih cepat dari biasanya jadi dia beruntung jalanan tidak terlalu padat. Biasanya kalau dia berangkat jam 07:00 jalanan akan seperti kayu yang di kerumunin rayap sangking padatnya. Kalau tidak terlalu padat seperti ini sekolahnya bisa ditempuh dengan perjalanan kurang dari 20 menit.

Setelah sampai di sekolah dia langsung menuju ruang kelasnya. Kursi dan meja sudah terususun rapih dilengkapi dengan nomor ujian ditiap sudut meja. Milea duduk di bangku nomor 2 dari belakang. Posisi itu sangat menyenangkan karena dia tidak bertatapan langsung dengan pengawas ujian.

Seorang gadis menyapanya. Gadis itu tidak terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu pendek. Kulitnya kuning langsat. Hidungnya kecil dan bibirnya sangat mungil. Baju seragamnya sedikit ketat. Biasa trend anak sekolah sekarang. Baju dikecilin, rok digantung-gantungin. Udah berasa kayak jemuran yaa. Hehehe.

"Milea lo udah sarapan belum? Gue laper banget ini, temenin gue makan di kantin yuk?" Keluhnya dengan manja.

"Gue udah makan roti tadi di rumah. Yaudah gue temenin ke kantin deh. Tapi jangan lama ya." Ucapnya pada Fahira.

"Oke." Jawab gadis itu sambil merangkul Milea.

Namanya Fahira. Dia satu-satunya teman yang dianggap sahabat oleh Milea. Karena kalau Milea susah cuma Fahira lah yang ada di dekatnya. Cuma Fahira yang selalu ngehibur Milea. Fahira itu bisa dibilang anak orang kaya. Papanya pemilik perusahaan "Z" yang terkenal sangat berpengaruh di Asean. Tapi gaya Fahira hanya sederhana. Bahkan mobilnya sama dengan Milea, hanya saja mobilnya berwarna kuning keemasan.

Fahira termasuk anak yang polos dan pandai bergaul. Mudah dekat dengan orang lain. Temannya juga banyak. Tapi Fahira hanya menganggap mereka semua itu parasit. Mereka hanya mendekatinya kalau butuh saja. Kalau gak butuh mereka bakal nyuekin dia. Bahkan Fahira pernah cerita kalau dia punya teman yang selalu meminta uang, dan barang-barang mahal lainnya. Fahira tidak mempermasalahkan itu semua, karena dia juga nolongnya ikhlas. Tapi lama kelamaan temannya itu bertingkah sesukanya bahkan suka ngatur. Yang Fahira paling gak suka temannya itu suka jelek-jelekin dia ke orang lain. Ya namanya juga temen ya di depan malaikat eh di belakang drakula.

"Aduh Fahira lo cepetan dong makannya, gue gak betah lama-lama di kantin." Ucap Milea.

"Iya-iya ini juga tinggal dikit lagi. Mubazir kalau gak diabisin," Jawabnya santai sambil mengunyah nasi goreng pesanannya.

"Yaudah cepet habisin." Titah Milea.

Bel masukpun berbunyi bersamaan dengan bunyi sendawa Fahira. Mereka berdua bergegas menuju kelas. Jam ujian pertama langsung disuguhkan dengan mata pelajaran fisika.

"Milea ntar lo kasih tau gue ya. Lo kan pinter." ucap Fahira sambil senyum-senyum.

Memang Milea termasuk siswa yang cerdas. Walaupun tidak peringkat 1 tapi dia selalu meraih peringkat 3. Nilai rata-rata raportnya juga gak beda jauh dengan anak peringkat 1 dan 2. Tapi selama ini Milea hanya malas saja. Mungkin kalau dia lebih serius belajar dia bisa jadi peringkat 1. Milea sendiri bingung kenapa ia bisa mendapat rangking padahal ia tidak pernah belajar dan selalu tidur tiap kali jam pelajaran berlangsung.

Memang sih hampir seluruh mata pelajaran dikuasainya, dan otaknya juga termasuk encer, jadi walaupun dia gak belajar ya tetep aja pikirannya jalan. Hanya saja dia tidak begitu suka pelajaran matematika dan kimia. Itu karena gurunya sangat kejam dan membosankan. Bayangin aja kalau gak buat pr harus membuat soal dan jawaban sebanyak seratus dan di kerjakan dalam waktu satu hari. Wajar ajakan kalau Milea tidak menyukai pelajaran itu.

Milea mengikuti ujian dengan sangat santai. Walaupun ia tak belajar tapi jawaban sudah menari-nari indah di kepalanya. Satu setengah jam Milea berkutat dengan soal fisika. Dia pun mengacungkan tangan dan segera keluar ruangan karena sudah selesai dan bosan melihat guru pengawas.

Tapi Fahira masih di dalam kelas. Karena tadi saat ditanya. Fahira bilang dia belum siap mengerjakan soalnya. Milea memilih duduk di perpustakaan sambil membaca buku Bahasa Indonesia. Karena jam kedua nanti yang diuji adalah mata pelajaran tersebut. Pelajaran yang memerlukan pemahaman dan konsentrasi sangat tinggi.

Saat sedang asik memainkan ponselnya. Milea dikagetkan dengan seorang laki-laki yang tiba-tiba duduk di hadapannya. Dia sama sekali belum pernah melihat sosok lelaki di depannya saat ini.

"Hai boleh kenalan gak?" Ucap sang cowok sambil mengulurkan tangannya.

"Nama gue Milea Agatha P. Lo bisa manggil gue Milea." Jawab Milea sambil menyambut tangan si cowok.

"Nama gue Damar Okta Riano. Lo bisa panggil gue Damar." Ucap cowok santai.

"Gue belum pernah lihat lo. Lo anak baru ya?" Tanya Milea penasaran.

"Oh iya, gue pindahan dari Bandung. Gue pindah ke sini karena bokap gue pindah tugas." Jawabnya panjang lebar.

"Oh gitu." Jawab Milea acuh.

Obrolan mereka berdua pun hening. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Namun keheningan itu dipecahkan oleh Fahira.

"Woi gue nyariin lo dari tadi dan lo malah asik-asikan mojok di sini." Celoteh Fahira sambil menepuk bahu Milea.

"Mojok palalu. Gue nungguin lo. Habis lo lamat amat sih." Ucap Milea.

"Soalnya susah woi. Gila itu guru gak punya hati banget." Jawabnya kesal.

"Bukan soalnya yang susah. Tapi emang otak lo nya aja yang gak nyampe."

"Ah bawel ih." Jawabnya cemberut.

"Udah mending lo baca buku sana. Nanti gak bisa jawab lagi." Ucap Milea sambil tertawa kecil.

"Gue gak bodoh-bodoh amat kali Mil. Lagian Bahasa Indonesia kan bahasa sehari-hari." Jawabnya enteng.

Bel masukpun berbunyi. Mereka disadarkan dan segera masuk ke kelas. Milea dan Fahira meninggalkan perpustakaan tanpa mempedulikan Damar.








Jangan lupa vote dan koment
Terimakasih😊😊

WHATEVERWhere stories live. Discover now