15.

2.3K 118 2
                                    

Suara isak tangis terdengar dari balik pintu kamar di sebuah rumah mewah. Di luar pintu berdiri seorang pria berbadan tinggi tegap tengah memandang tak berdaya ke arah kamar tersebut. Tatapannya penuh penyesalan, bibirnya selalu bergetar tampak ingin mengucapkan sesuatu namun ia bendung.

" kenapa?! Kenapa kau melakukan itu padaku?! " suara tangis itu berpadu dengan nada penuh amarah ketika mengucapkannya. Seolah dia tahu ada pria itu di balik pintu sedang menunggunya.

" Maafkan aku sungguh aku minta maaf, biarkan aku masuk dan menjelaskannya."

Pintu,'pun terbuka menampilkan sesosok wanita berparas cantik dengan mata coklat. Wajahnya merah penuh keringat, air mata berlinang di pipinya, rambut yang terlihat sangat kusut. Tatapannya terlihat tajam ketika menatap sosok lelaki di hadapannya.

" Gwen aku mohon dengarkan aku," ujar si laki-laki dengan wajah memelas.
Tak ada respon berlebih dari si wanita, dia hanya berusaha menahan tangisannya.

" Maafkan aku, aku tahu aku menyakitimu. Tapi dengarlah apa kau tidak ingat motif pernikahan kita pada awalnya? Kau tidak ingat jika kita menikah hanya karena kedua orang tua kita yang menjodohkan? Bukankah kita punya perjanjian? Kelak kita akan berpisah dan kembali kepada orang yang kita cintai? Dan bukankah kau yang membuat perjanjian itu sendiri? "

" Tapi kita punya Primrose sekarang, dulu ketika aku membuat perjanjian itu aku tidak tahu bahwa aku akan mencintaimu dan fakta bahwa kita akan memiliki Primrose. Apa kau tega meninggalkan dia? Primrose masih sangat kecil, dia membutuhkan keluarga yang lengkap."

" Elizabeth akan tetap memiliki keluarga yang utuh Gwen, aku tidak akan pernah pergi darinya. Aku adalah ayahnya, hanya saja aku tak bisa membohongi diriku sendiri lagi, aku masih mencintai Narin."

" Narin! Narin! Dan lagi-lagi Narin! Lupakan dia, ada aku dan putrimu Primrose sekarang!,"

" Aku tidak bisa. Maafkan aku,"

Bell rumah berbunyi. Seorang pelayan datang menghampiri kedua orang yang tengah bertengkar itu.

" Tuan, pengacara anda sudah tiba." Ujarnya.

Wajah Gwen semakin memerah ketika mendengar kata pengacara sudah tiba. Dia tahu untuk apa pengacara suaminya itu datang kemari.

Gwen kemudian berlari menuruni anak tangga dan menghampiri si pengacara yang tengah berdiri sambil membawa map berwarna coklat.

" Nyonya Gwen," ujarnya tersenyum ragu.

" Berikan padaku! Apa itu berkas-berkas perceraian yang James inginkan?!," sergahnya seraya mengambil map tersebut.

" Gwen, hentikan. Apa yang kau lakukan?! Berusaha merobeknya?! Sudahlah Gwen kau terima saja semuanya. Kita bercerai,"
Tukas James.

" Aku bilang aku tidak mau bercerai tidak kah kau mengerti?!,"

Gwen melempar sebuah hiasan kaca yang berada di atas meja ke arah James. Tapi untungnya James berhasil menghindar.

" Apa kau sudah gila?! Apa kau berusaha membunuhku?!,". James menampar Gwen dengan keras.

Seorang gadis kecil berambut pirang berjalan ke arah Gwen dan James yang tengah bertengkar. Dia mengenakan seragam sekolah berwarna biru, rambutnya ia biarkan tergerai yang hanya di hiasi sebuah jepitan berwarna senada dengan bajunya.
Ia terus berjalan tanpa menghiraukan kedua orangtua nya yang tengah terdiam kaget mendapati kehadirannya.

" Primrose sayang," ujar James.

" Halo ayah, ibu. A-aku pulang." Sahut Prim dengan seulas senyuman di bibir.

Mr.Black [Kai EXO FanFic]Där berättelser lever. Upptäck nu