"Duh neng, lama bener sih dijalan. Ngapain aja lu?" Sindir Ryan yang sebelumnya bertemu denganku diparkiran.

"Biasalah. Lu kan tau sendiri kalo pagi pagi dikoridor gue jadi artis dulu." Ujar ku yang kemudian duduk diantara mereka semua.

"Berasa bintang film ya lu fy." Dengus Ryan.

"Serah lu aja dah. Eh iya ini kita mau ngomingin apaan sampe pada kumpul gini?" Tanyaku yang memang tidak tahu.

Biasanya jika ada perkumpulan anak anak trouble seperti ini artinya memang ada yang mengganggu ketentraman sekolah dari sekolah lain.

"Salah satu siswa disini dikasih tau sama sekolah sebelah untuk tawuran lusa. Pake digebukin segala lagi tuh anak, hari ini dia gak sekolah. Semalem gue baru dikasih tau sama temen sekelasnya yang kebetulan kenal sama gue." Jelas Gilang.

"Tunggu tunggu maksud lo sekolah sebelah mana nih lang? Sebelah kanan, kiri atau belakang?" Tanyaku bingung dengan penjelasan ambigunya. Pasalnya sekolah ku ini memang diapit oleh sekolah lain.

"Nah itu dia masalahnya." Ujar Gilang tambah gak jelas.

"Masalahnya apa sih lang lang si bolang? Lo gak jelas banget deh kasih info nya elah." Dengus Angga yang udah gereget.

"Masalahnya si siswa ini gak tau sekolah mana yang ngajakin tawuran." Ujar Gilang yang berhasil mendapat seruan dari teman temannya yang lain. Sedangkan Gilang hanya bisa memberi cengirannya saja.

"Gak jelas sih lang. Lu jadi informan itu yang bener dulu atuh, kalo begini mah kumaha yehhh." Ujar Vico mengeluarkan bahasa daerahnya.

"Terus ini gimana? Intinya kita mau tawuran dengan sekolah mana?" Tanya Irsyad anak yang selalu to the point.

"Atau kita lakuin penyelidikan dulu?" Tanya Dennis memberi usul.

"Siapa yang setuju sama idenya Dennis?" Tanya Ryan pada yang lainnya. Semuanya serempak mengangkat tangan.

"Oke gue putuskan dari 78 siswa dan 1 siswi yang setuju, kita pake idenya Dennis. Dan rencana awal kita bakal ngebentuk tim penyelidik yang terdiri dari 9 orang dimana 3 orang untuk satu sekolah." Jelas Ryan yang disetujui oleh semuanya.

"Siapa disini yang pinya waktu senggang selama 3 hari kedepan?" Tanya Ryan. Dan semua yang mengangkat tangan sudah mendapat tugasnya masing masing.

"Lo gak bisa ikut Encik?" Tanya Evan padaku tentunya.

"Kagak Koh, ada latihan dance dan embel embelnya gue. Gak mungkin gue ngebelah diri buat ikutan penyelidikan kalian itu." Ujarku yang disambut kekehan oleh Evan.

"Dikira amoeba kali lu teh." Celetuk Dhyo.

"Ya maka itu Aa. Gue kagak ikutan." Ujarku.

"Gue duluan deh. Entar gue dihukum lagi sama bu Janur kuning." Pamitku.

"Tumben lu takut dihukum mbak." Ujar Ferry.

"Bukan takut mas, gue gak mood aja. Gue duluan yaww."

"Oke oke."

"Ati ati lu Aunty."

"Bye bye Bunda."

Oke bakalan aku jelaskan, sebenarnya setiap anggota The Trouble sekolah ku ini memilki panggilan khusus untukku. Entah itu Teteh, Mbak, Eneng, Encik, Aunty, Bunda, Mama dan lain lain. Dan semuanya tidak menggangguku dan itu cukup menyenangkan dan membuatku sedikit istimewa diantara mereka semua diantara 79 siswa trouble.

Di perkumpulan The Trouble ini terdiri dari anak pencari masalah, anak famous dan jago berantem. Seperti ketua karate, ketua silat, tapak suci dan lainnya tergabung diperkumpulan ini. Jadi disekolah ini kami saling merangkul dan tidak saling menjatuhkan.

Begitupun dengan para anggota The Trouble yang memang saling bersahabat sebenarnya perkumpulan ini diadakan setelah aku berada disekolah ini selama 2 bulan.

Jadi sudah sekitar 1 tahun lebih kami bersama. Anggotanya terdiri dari anak kelas X sampai kelas XII, tetapi disini kami tak ada acara junior dan senior. Semuanya sama, sama sama anggota The Trouble.

Dan dalam pemilihan anggota, kami melakukan penyeleksian baik kemampuan bertarung dan juga sikap dan sifat. Karena satu saja salah pilih semuanya akan rusak.

Aku berjalan menuju kekelasku yang berada agak jauh dari gedung olahraga.

"Ify." Aku pun menolehkan wajah kesamping, dimana seseorang menyerukan namaku.

"Iya ada apa Lin?"

"Pulang nanti basket putri latihan gak?" Tanya Meilin.

"Kayaknya iya deh. Emang kenapa?"

"Huuuftt maksud gue kalo lo gak latihan. Lo ikut latihan cheers sama grup gue." Ujarnya.

"Oh.. gitu yaudah kalo mau latihan gue ikut ikut aja."

"Lo seriusan gakpapa?" Aku menggeleng. "Gak papa. Yaudah Lin gue kekelas dulu." Pamitku.

Yah beginilah acaraku disekolah. Tak pernah ada waktu senggang untuk berada dirumah. Dan itu sudah berjalan sejak aku menginjakkan kaki disekolah ini. Aku tak ingin ada waktu sedikitpun untuk berlarut dalam kesedihan akan kedua orangtuaku.

Tak ada yang peduli atau perhatian kecuali teman teman dan sahabat sahabatku. Inilah hidupku.

QUEEN_ALPHA
VOTE AND COMMENT GUYS!!

Queen Alpha (MOVE TO DREAME)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt