Part 2

34.5K 1.8K 342
                                    

Chanyeol mencium bibir cerinya lapar, membuatnya sesak namun di sisi lain semakin menyulut nafsunya. Rengekan keluar dari mulutnya saat ciuman Chanyeol turun menuju rahang lalu sampai ke lehernya yang sensitif. Bibir Chanyeol mencumbui lehernya, menghisap tepat di titik manisnya tanpa berniat meninggalkan bekas. Mulut Baekhyun terbuka, merintih menyenandungkan nama Chanyeol dengan embel-embel kakak yang semakin membuat Chanyeol bergairah. Hidung mereka bertemu tepat ketika mulut Chanyeol kembali memagut mulutnya, dan tatapan mata Chanyeol yang tajam membakarnya membuatnya ketakutan oleh sesuatu yang merangsang.

"Kakak jangan." Baekhyun memohon, dan terisak-isak, menahan jari-jari besar Chanyeol yang ingin menaikan kausnya. Tubuhnya masih berada di atas pangkuan Chanyeol, gemetar karena gairah. "Jangan dilepas... jangan kak Chanyeol!"

"Sshh... kakak akan membuatmu hangat," bujuk Chanyeol. Dia meraih tubuh mungil itu dalam dekapannya membuat yang lebih muda merasa nyaman berada di antara lengannya. Sisi kepala Baekhyun terkulai di pundaknya, terengah akibat ciuman dahsyat Chanyeol yang membuatnya kacau balau. "Baekhyun menyukai sentuhan kakak, kan? Itu nikmat, kan? Kakak akan menunjukkan sesuatu yang lebih nikmat." Chanyeol dikuasai nafsu. Kesadarannya hampir habis, menguap dari pikirannya.

Baekhyun tidak bodoh untuk tahu apa yang Chanyeol maksud. Meskipun dia ragu apakah pria itu akan menunjukan kenikmatan yang itu kepadanya, namun tetap saja. Dengan tangan gemetar dia memeluk leher Chanyeol dan menyembunyikan wajahnya di sana. "Jangan, aku t-tidak mau, aku takut, aku mau pulang," rengeknya.

"Kenapa? Bukankah Baekhyun senang bersama kakak?" tanya Chanyeol sabar. Dia menciumi telinganya yang memerah hingga sampai ke pipi tembamnya yang basah bekas air matanya.

"Aku takut," cicitnya. Dia menoleh, menatap Chanyeol lewat bulu matanya yang panjang dan mendapati pria itu juga tengah menatapnya. Mata bulat itu berkabut oleh sesuatu yang gelap dan berbahaya, dan Baekhyun merasa aneh kepada dirinya sendiri karena dirinya secara sadar menyukai tatapan tersebut.

"Apa yang kau takutkan, hm?" tanya Chanyeol. "Apa kau takut padaku?" Dia menaikan kedua alis tebalnya dan mendengus geli sesaat setelah Baekhyun menjawabnya dengan sebuah anggukan polos. "Apa kau benar-benar ingin pulang?" tanya Chanyeol lagi.

"Iya, aku ingin pulang," kata Baekhyun setengah terisak. Dia menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya dan menatap Chanyeol yang sekarang telah kembali menegakkan duduknya.

"Ada syaratnya." Chanyeol tiba-tiba berucap.

Matanya berkedip beberapa kali. "Syarat? Apa itu?" Tubuhnya menggelenyar nyeri saat mendapai seringaian Chanyeol yang serupa iblis.

Chanyeol mencengkram lembut dagunya dan berbicara lamat-lamat di mulutnya. "Buat kakak bangun," bisik Chanyeol.

Si mungil berkedip beberapa kali dengan cepat dan menatap Chanyeol bingung. "Apa maksudnya itu? Aku harus membuat kakak berdiri?"

"Hm, buat aku berdiri—dengan pantat gemukmu itu. Kau harus melakukan sesuatu agar Chanyeol junior bangun dari tidurnya."

"A-apa?" Bola matanya membelalak. Sekarang Baekhyun sadar siapa yang harus dirinya buat berdiri. "T-tidak mau! Aku tidak mau melakukannya." Dia menggeleng brutal, menolak syarat yang menurutnya gila tersebut.

"Kalau begitu keluar dari mobilku," putus Chanyeol. Suaranya dingin dan datar.

"Ta-tapi di luar hujan," ucap Baekhyun, hampir menyerupai rengekan. Matanya menatap Chanyeol dengan seluruh kepolosan dan keluguan yang hanya membuatnya nampak lebih menggairahkan di mata Chanyeol.

"Tidak." Chanyeol menggeram. "Jika kau tidak mau melakukan syarat yang kuajukan, itu artinya kau harus keluar dari mobil ini, dan segera cari taksi."

BIOSKOP [END]Where stories live. Discover now