Meskipun gue bukan Mama kandungnya, bahkan umur gue masih belum pantes menjadi ibu. Gue masih umur 17 tahun yang masih duduk di bangku SMA kelas dua. Tapi gue sayang baget sama Dafa dan dia udah gue anggep anak kandung gue sendiri, begitupun juga Dafa

Gue ketemu Dafa waktu dia ber umur satu setengah tahun, kira-kira segitu.

Dafa adalah salah satu dari sekian banyak anak yang di buang kedua orang tuanya.

Akhirnya gue mutusin buat ngangkat dia sebagai anak gue, aneh menurut kalian.

Gue bisa aja ngangkat Dafa sebagai adik gue, tapi gue ga mau.

Alasan gue ngangkat Dafa sebagai anak gue karena, gue pengen tau rasanya menjadi ibu, dan gue juga ga akan biarin orang tua kandung Dafa dengan mudah ngambil dafa dari gue setelah mereka udah ngebuang Dafa gitu aja.

Meskipun surat hak asuh Dafa belum keluar, tapi tetap gue usahain secepatnya akan di selesaikan, berapapun biayanya gue ga perduli.

Karena uang bukan hidup gue.

***

"Woi, Jalan pakai mata dong!" maki gue kepada seorang Pria yang entah sengaja atau tidak udah nubruk badan gue dan numpahin kopi di baju gue.

Orang Aneh, minun kopi sambil jalan.

Pria itu mendongakkan kepalanya natap gue.

"Saya jalan pakai kaki bukan pakai mata" jawabnya santai. "Maaf saya buru-buru." Dia pergi gitu aja tanpa ngucapin minta maaf.

Argh. Masih ada ya manusia kayak gitu? Kenapa ga di musnahin aja sih.

Gue juga pergi dari situ karena mau teriak juga malu. Gue orangnya Jaim banget soalnya.

Mau marah yang di marahin siapa?

Ngedumel sendiri juga ga ada gunanya.

Gue tancap gas menuju rumah, dengan baju kotor gue bekas Kopi orang gila tadi. Untung saja kopinya ga panas, kalau panas udah tamat pria itu.

"Udah pulang lo?" Tanya Clara saat gue udah di dalam rumah.

Gue, Clara, Yona dan Fita. Kita tinggal sama-sama di rumah gue, rumah peninggalan Almarhum nyokap gue.

Rumah gue sendiri, bukan milik bokap gue. Karena bokap gue sama sekali ga tau tentang rumah ini. Bahkan dia ga tau gue ada dimana.

Clara punya keluarga tapi dia lebih milih tinggal sama gue, sahabat yang baik.

Yona, dia ga punya orang tua. Gue kenal sama dia pas dompet gue kecopetan, dan Yona lah pelakunya. Dulu dia adalah gadis berandalan, mencopet untuk makan karena dia udah ga punya siapa-siapa lagi.

Gue berhasil nangkap Yona, tentunya dia babak belur karena gue. Setelah itu, gue ajak dia buat pergi makan karena di ngeluh sakit perut akibat belum makan.

Gue bukan type orang yang gampang percaya sama orang asing. Gue udah nyuruh anak buah gue untuk menyelidiki latar belakang hidup Yona. Setelah gue tau kalau hidupnya sebelas dua belas sama gue, jadi gue coba untuk sahabatan sama dia, walaupun pertamanya susah karena emang gue ga mudah akrab sama orang.

Fita. Dia juga sama, ga punya orag tua. Beda dengan Yona,gue ketemu Fita di Club malam. Saat itu dia lagi sama Om-om, dugaan gue dia itu Cewek malam, dan ternyata benar. Waktu itu dia berontak dan mencoba lari dari Om-om itu, setelah berhasil kabur dia di kejar sama orang-orang berpakaian hitam yang pastinya adalah anak buah dari Om-om tadi. Gue masih Acuh disitu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RAIN ▶Friend & Love✔Where stories live. Discover now