"Aku baik, hanya sedang banyak pekerjaan saja. Ah iya oppa, ming tadi bilang ada seseorang yang mengirimkan surat ke Cafe dan untuk oppa"

"Surat?" Tanya Jeonghan sambil melihat surat yang baru saja Hanna berikan.

"Di jaman semodern ini, masih ada orang yang mengirimkan surat. Hanya ada 2 tipe orang yang melakukannya, pertama adalah orang yang tidak memiliki teknologi dan kedua adalah orang yang romantis"

"Aku akan membacanya nanti. Sekarang kau ikut denganku dan bantu aku mengurus para model"

"Ah oppa, bisakah aku yang membacanya. Aku penasaran"

Jeonghan lalu menyerahkan surat itu pada Hanna, membuat yeoja itu tersenyum lebar dan melihat surat itu.

"Mwoya? Kartu pos Paris dan foto punggung seseorang. Aku fikir dia gila oppa" ucap Hanna sambil mengembalikan surat itu pada Jeonghan.

Jeonghan melihat kartu pos itu dan sebuah tulisan yang berada di belakangnya.

"Ini bahkan sudah kartu ke sekian kalinya tapi sampai sekarang aku tidak tahu siapa yang mengirimnya" ucap Jeonghan.

'Saat aku mulai kehilangan kekuatanku, kau selalu menjadi sumber kekuatan baruku. I just Miss you So badly'

Jeonghan sedikit mengernyitkan dahinya ketika melihat tulisan itu. Dia sempat berfikir jika itu adalah Seungcheol atau Coups tapi ia tidak ingin terlalu berharap banyak dan hanya akan menyakitinya lagi.

"Ah iya oppa. Bagaimana dengan kencan yang aku jadwalkan dengan Sehun oppa?"

"Kau tahu jika Sehun hyung sudah punya kekasih kan? Aku sudah membantunya kembali dengan Luhan hyung"

"Padahal akan sangat menyenangkan jika kalian bersama"

"Hanna ya, tidak bisakah kalian merubah keputusan untuk menikah setelah aku menikah? Karena aku sendiri tidak tahu kapan akan menikah"

"Tidak akan. Aku dan mingyu juga tidak terburu-buru. Kau sudah sangat menderita oppa, kau juga selalu mendahulukan kebahagiaan kami dibandingkan dirimu sendiri dan kami ingin kau bahagia sekarang. Karena itu aku mohon, kau harus setuju untuk pergi kencan dengan namja yang aku pilih" ucap Hanna.

"Kau tahu jika itu adalah hal yang percuma bukan? Aku masih menunggunya Hanna, hanya dia"

"Sampai kapan? Kita tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Kita tidak tahu apakah Seungcheol oppa atau Coups oppa bertahan, bisa saja keduanya memutuskan untuk lenyap" ucap Hanna.

"Dia akan kembali Hanna, karena Coups sudah berjanji jika ia tidak akan pergi dan akan kembali padaku"

"Arasseo, aku tidak akan bisa mengubah fikiranmu itu"

Jeonghan hanya tertawa kecil dan mengacak rambut Hanna pelan, sudah 3 tahun tapi ia belum bisa melupakan namja menyebalkannya itu.

Pergelaran busana malam itu dimulai dan banyak publik figur yang datang untuk melihat koleksi terbaru kakak beradik itu. Hanna berdiri di depan panggung untuk mengambil foto suasana acara malam itu, ia mengambil beberapa foto secara acak. Ketika ia melihat kembali foto-fotonya, sesuatu membuatnya tertarik.

Tepat di pintu masuk, ia melihat seseorang berdiri jauh dari keramaian dan ia sangat hafal postur tubuh itu. Ketika ia melihat lagi kearah pintu, namja berpakaian serba hitam dengan topi serta masker berwarna hitam itu pergi. Hanna segera berlari mengikutinya dan berhasil mengambil beberapa foto namja itu.

"Apa ini benar-benar kalian oppa? Atau aku harus membuat harapan palsu lagi untuk Jeonghan oppa" gumamnya pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa ini benar-benar kalian oppa? Atau aku harus membuat harapan palsu lagi untuk Jeonghan oppa" gumamnya pelan.

"Ada apa Hanna ya?" Tanya mingyu yang tadi langsung mengejar Hanna ketika melihat kekasihnya itu berlari keluar.

"Aniya, aku seperti melihat seseorang tapi sepertinya aku salah lihat"

"Ayo masuk. Acara sudah selesai, setelah semua pulang kita akan makan malam bersama di Cafe. Ming sudah menyiapkannya"

"Ne. Kau masuklah dulu, aku akan menunggu di dalam mobil. Kepalaku pusing mendengar musik dan melihat begitu banyak orang"

"Baiklah, kami akan segera kembali"

Hanna masuk kedalam mobilnya dan melihat kembali foto-foto yang ia ambil, ia yakin jika itu adalah Coups meski ia hanya melihatnya dari kejauhan. Tapi yang membuatnya sedikit ragu adalah rambut berwarna hitam pekat itu, rambut seperti yang Seungcheol miliki.

"Kapan kau akan kembali oppa? Sampai kapan aku harus melihat Jeonghan oppa seperti ini"

.
.
.

Jeonghan duduk di balkon yang ada di lantai 2, memandang langsung ke belakang rumahnya yang kini sudah di penuhi oleh berbagai macam pohon serta kebun strawberry juga danau buatan permintaan mingyu, termasuk pohon besar yang menjadi tempat ia menyimpan abu kedua orangtuanya.

"Hyung, aku akan pergi ke Cafe. Kau yakin tidak ingin keluar"

"Entahlah, nanti aku akan kesana. Tubuhku benar-benar lelah saat ini"

"Aku akan segera pulang. Istirahatlah, karena aku tidak mau kau sakit lagi"

"Arasseo. Hati-hati dan bisakah kau menyuruh Hanna kesini? Ada yang ingin aku bicarakan dengannya"

"Aku akan menghubunginya. Aku pergi"

Jeonghan sangat menikmati suasana yang ada, dia selalu membayangkan jika saja Umma serta appanya masih ada, mereka pasti akan sangat menyukai tempat ini dan ia yakin ummanya akan sangat senang menanam bunga disana.

Jeonghan duduk disana dari langit yang sangat cerah berubah menjadi gelap gulita dan hujan akan turun sebentar lagi.

"Oppa!!!" Jeonghan terkadang begitu bingung bagaimana bisa yeoja itu berteriak dari lantai bawah hingga terdengar di lantai 2.

"Oppa disini ternyata" ucap Hanna yang datang membawa beberapa makanan untuk Jeonghan.

"Wah kau membawakan makanan untukku"

"Aniy, mingyu yang menyuruhku membawanya. Apa yang sebenarnya oppa lakukan disini? Oppa sakit?"

"Aku sedang merasa tidak enak saja. Duduklah temani aku"

"Tapi tadi mingyu oppa bilang jika ada yang ingin oppa bicarakan denganku. Ada apa?" Tanya Hanna.

"Hansol. Apa kau sudah menanyakan Coups pada Hansol?"

"Sudah, tapi dia juga tidak tahu apa-apa. Hari dimana dia menghilang, ternyata dia di suruh oleh orangtuanya kembali ke New York dan mengurus perusahaan disana. Oppa, bukankah ini waktunya untuk melupakannya?"

"Belum...."



~other place

Hansol memasuki pent House miliknya dan hanya bisa menghela nafasnya ketika melihat namja yang berada di hadapannya itu tidak melakukan apapun.

"Hyung, sampai kapan kau akan seperti ini? Pergi dan temui Jeonghan hyung, dia masih menunggumu"

"Aku belum bisa Hansol ah. Aku tidak tahu harus melakukan apa ketika bertemu dengannya nanti"

"Bukankah itu akan semakin menyakitinya hyung? Pergilah, dia menunggu kekasihnya kembali"

"Beri aku waktu Hansol ah"

Alter EgoWhere stories live. Discover now