10. Ketahuan

24.8K 1.1K 219
                                    

Felisio berdiri bersidekap seraya menatap dingin pada mata tua yang tetap lurus menentang tatapannya. Wajah tampannya terlihat kaku namun ia masih terlalu tenang untuk tesulut kemarahan. “Lalu?” meski ia berusaha keras untuk mengubur ketakutannya, bahkan suara tak mampu menyembunyikan emosi apa yang sedang berkecamuk dalam hati Felisio. “Kau ingin jadi pahlawan dengan mengatakan ini pada Andromeda?”

            “Aku tidak sedang mengancammu tuan muda,” lembut Kartinah bersuara. “Mungkin tuan besar, tidak bisa mempercayaimu tapi aku—seperti halnya nyonya Utari—mempercayaimu.”

            “Baguslah,” Felisio mendenguskan nafas kasar penuh kelegaan. “Aku tidak ingin bermusuhan dengan nenek tua yang sebentar lagi mau mati,” Felis mencemooh pengasuhnya dengan lagak tak peduli. “Jadi apa yang akan kau lakukan jika kau sebenarnya sudah tahu rencanaku?”

            “Saya tidak minta apapun tuan, hanya ...” kartinah terlihat ragu sejenak.

            “Kau mau apa? Katakan padaku.”

            “Jika tuan bermaksud menikahi nona Nikita, maka lakukan dengan benar.”

            “Apa maksudmu dengan ‘benar’?”

            Bersusah payah Kartinah berusaha menegakkan tubuhnya sekuat yang masih bisa ia lakukan. “Menikahlah karena cinta, dan setelahnya ... jangan pernah ceraikan dia.”

            Selama beberapa saat lamanya Felisio terdiam memandangi ibu asuhnya dengan mata terbelalak, setelahnya gelak cemoohnya pecah.

            “Jangan tertawakan aku.”

            “Kalau begitu berhenti mengatakan lelucon, nenek tua.”

            “Cinta bukanlah lelucon, anak muda.”

            “Oh ya? tapi bagiku iya, kau tahukan apa yang selalu dikatakan Papa tentangku? Kau tidak pernah melupakan itu kan, nenek?”

            ‘seorang Archiebalt tak layak untuk dicintai’ Mata Kartinah meredup dalam kesedihan juga belas kasih mendalam yang tulus tiap kali ia mengingat bagaimana Tanto Danindra mendoktrin isi pikiran Felisio tiap kali ia ingin kembali memakai nama ayah kandungnya sendiri. Apa yang tak bisa dilihat oleh Felisio dari sikap yang sama sekali tak berlandaskan kasih sayang, murni karena kecemburuan Tanto pada Leonidas Archiebalt. “Tanto Danindra sudah mencederai otak dan hatimu, tuan muda.”

            Acuh tak acuh pemuda itu mengangkat bahu, saat ia kembali bersuara, hanya terdengar parau dan disertai getar kepedihan mendalam. “Sudah terlambat untuk menyesalinya, bagaimanapun disaat ayah kandungku mengabaikan dialah yang merawat dan melindungi aku.”

            “Kau memberi penghormatan yang tak layak orang itu terima,”  Bibir keriput Kartinah mengguratkan senyum tipis penuh ejekan, “tapi tak mengapa, karena aku tahu seperti apa Archiebalt dan seperti apa Danindra yang sesungguhnya.” Pelayan tua itu berbalik dan mulai melangkah tertatih menuju arah yang berlawanan dengan tempat di mana majikannya masih berdiri. Ketuk tongkat di tangan Kartinah terhenti setelah lima langkah ia berlalu, “Untuk sekedar kau ketahui anak muda,” Felis melirik perempuan itu sekilas dari balik bahunya. “Jika harus memilih diantara seorang pria Archiebalt atau Danindra, sebagai kekasih ... jelas lebih kupercaya Archiebalt.”

            Felis tersenyum sinis, “Mungkin maksudmu Delisio.”

            Kartinah tersenyum dan kembali melangkah, “Tapi yang menginginkan Nikita bukan tuan muda Delis, meski jelas aku lebih suka kalau itulah yang terjadi.” Dalam remang cahaya lampu koridor, bahu Felis menegang dan kaku oleh harapan dalam suara Kartinah. “Tapi jangan khawatir, gadis kecil itu untukmu ... hanya untukmu.”

My Lovely LoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang