8. Pertemuan keluarga

25.9K 1.3K 411
                                    

Part-part mengkhawatirkan kian mendekat, saya harap partisipasi pembaca semakin di aktivkan ya. Saya sebenernya gak ingin over protektiv pada cerita saya, tapi pengalaman yang sudah-sudah, berkat beberapa komen pedas dan surat cinta yang mengarah pada tindakan pembunuhan karakter dan penghakiman sepihak pada apa yang saya tulis membuat saya harus melakukan antisipasi untuk mempertahankan mood baik dalam menulis tiap story saya. jujur saja, bagi penulis seperti saya yang aktiv di wattpad, tak ada hal lain yg bisa mempertahankan keberadaan kami di sini selain respon baik dari pembaca, itu seperti mood boster, tapi 'surat cinta' yang dikirimkan kadang jadi mood killer nomor satu. karena saya nggak mau berhenti di tengah jalan atau bikin cerita saya berantakan makanya saya bersikap keras, harap di maklumi readers.

Nikita terus tercenung sepanjang hari. Kehadiran Felis disekitarnya semakin memperburuk kesadaran pada apa yang diinginkan pemuda itu darinya. Menikah. Nikita mengulang entah untuk yang keberapa kali kata itu. dan semakin dia meresapinya semakin ia tidak memahami keinginan Felisio.

Nikita selalu ingin menikah sejak usianya enam tahun. Menikah dengan Pangeran tampan berhati lembut yang akan menggandeng tangannya dengan penuh kasih sayang. Menikah dihadapan banyak orang, menjadi pusat perhatian karena ia menggunakan gaun putih mengembang dengan cadar dan kerudung menjuntai sampai bermeter-meter di belakang tubuhnya, lalu setelah prosesinya usai ia dan pangerannya akan melambaikan tangan  dari atas kereta kencana dengan hati bahagia dan tak khawatir ada kesedihan yang menyertai karena usi pernikahan akan selalu kalimat ‘And they live happily ever after’ sebagai jaminan kebahagiaan yang akan ia jalani.

Ya, di mata Nikita pernikahan tak lebih bagai dongeng atau salah satu adegan di film kartun barbie yang masih sering ia nikmati setiap hari minggu. Tapi kini apa yang ia hadapi ... adalah kenyataan. Kenyataan yang lebih menakutkan dibanding mimpi buruk manapun.

Pikiran yang melantur dan lemahnya konsentrasi Niki pada irama musik dan gerakan yang diajarkannya membuat Rima, instruktur dance yang dipanggil oleh Delis dan Andro untuk melatih Nikita mematikan music player yang memutarkan musik untuk mereka berlatih.

“Nikita!” tegur gadis cantik itu datar, “audisi terakhir akan berlangsung beberapa jam lagi, dan ini latihan terakhirmu tapi ada apa denganmu gals?”

“Maaf Kak, Niki ...”

“Aku tak mau mendengar alasan, fokus Niki, fokus ... aku tahu kau bisa lebih baik dari ini tapi apa yang kau lakukan tadi jelas membuatku frustasi.”

“Maafin Niki.”

“Berhenti minta maaf padaku, fokus ... fokus dan fokus hanya itu yang aku butuhkan sekarang.”

Nikita mengangguk, sadar jika memang ia tidak mengikuti instruksi pelatihnya dengan benar. Pelan ia menarik nafas dalam-dalam kemudian ditatapnya lurus-lurus Rima, “beri Niki satu kali lagi kesempatan kak, Niki bakal serius kali ini.”

“Satu kali lagi.” cetus Rima yang selalu memperlihatkan raut tanpa emosi di hadapan gadis itu, “Jika kau gagal, aku pulang. Oke!”

Nikita mengangguk setuju “Oke.” Dan Rima kembali menghampiri music player-nya untuk memutar lagu. Irama kembali terdengar dan kali ini Nikita memfokuskan perthatian sepenuhnya pada hentakan demi hentakan musik latar, meninggalkan ketegangannya untuk sementara di belakang.

                Rima puas dengan tarian terakhirnya, hari itu hari minggu dan Delis yang datang karena diminta oleh Andromeda menggantikannya menjemput Nikita ke rumah besar saat rumah itu sepi karena Felisio lebih memilih bermain golf bersama teman-temannya dan Andromeda punya urusan penting dengan klub KIR nya. Saat itu Nikita sudah sangat siap dengan padanan thanktop dan celana casual putih dan hijau tua. Ia berdandan santai mirip penari R & B tapi dengan wajah remajanya yang polos dandanan seperti itu justru memberi kesan segar pada penampilan Nikita.

My Lovely LoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang