7 : Dependence over time (Revisi)

198 11 0
                                        




1 mei....

"Sampai jumpa nanti."

Rae-hee mengangguk dan menunggu sampai mobil Kyuhyun pergi dan menghilang ditikungan. Lalu mulai berjalan memasuki lobi Corporis Grup yang langsung disambut salam dari sekuriti didepan pintu serta beberapa pegawai yang berpapasan dengannya.

Seperti yang dikatakan Kyuhyun beberapa minggu yang lalu, pria itu selalu mengantar serta menjemputnya di kantor, walau terkadang sesekali dia harus pulang sendiri karena pekerjaan yang harus di urusnya, yang mengharuskannya pulang larut malam. Atau saat Kyuhyun sedang banyak kasus hingga tidak bisa menjemputnya. Kyuhyun sendiri tidak pernah bertanya apapun tentang jam pulangnya yang sering tidak tentu itu, meskipun Rae-hee sendiri sangat yakin jika pria itu menaruh kecurigaan tentangnya. Dipikir berapa kalipun, memang tidak masuk akal jika seorang wakil direktur sering kali pulang larut malam dengan alasan lembur. Tapi dia memang harus lembur, tentu saja bukan karena pekerjaan dikantor.

Hubungannya dengan Kyuhyun sendiri semakin dekat. Tidak jarang pria itu menyempatkan diri untuk makan siang bersamanya saat ada waktu. Bahkan tanpa sepengetahuannya, diam-diam pria itu sering mengunjungi So-ra dan Soo-hyun. Walau hanya untuk sekedar menyapa atau mengajak mereka mengobrol dan jalan-jalan. Dan tanpa ia sadari, hatinya mulai merasakan perasaan lain untuk pria itu, meski dia tidak yakin perasaan apa yang tengah dirasakannya. Saat bersama pria itu, dia merasa sangat nyaman. Merasa terlindungi dan disayangi. Merasa... diharapkan. Bukannya terbuang seperti selama ini.

Rae-hee membuka pintu ruangannya, mendapati Ji-no yang tengah duduk disofa seraya memeriksa beberapa berkas ditangannya. Pria itu meliriknya sekilas sebelum kembali sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Kelihatannya hubunganmu dengan Cho Kyuhyun semakin membaik saja." Ujar Ji-no tanpa menatapnya.

Rae-hee tidak menjawab dan terus berjalan menuju kursinya.

Ji-no beranjak dan mendekat, lalu meletakkan beberapa map di atas meja didepan Rae-hee. Matanya menatap lurus kearah gadis itu.

"Kau bahagia, noona?"

"Apa maksud pertanyaan itu?"

"Kau mulai bahagia dengan pernikahanmu sekarang?"

"Apa sebelumnya aku pernah mengatakan jika aku menderita?"

"Memang tidak. Aku hanya khawatir. Dia memang suamimu. Tapi walau bagaimanapun juga dia tetaplah musuh bagi kita. Seharusnya kau ingat itu."

"Aku tidak pernah merasa dia pernah mengancam jiwaku atau jiwamu. Jadi apa maksudmu mengatakan itu? Yang kutahu dia hanyalah pria bodoh menyebalkan yang tidak tahu apa-apa."

"Noona. Jangan pura-pura tidak tahu! Dan jangan mencoba bersikap seolah aku tidak mengerti apapun yang kau rasakan. Apa kau memang bahagia hidup bersama seseorang yang mungkin, suatu saat nanti, akan menghancurkan hidupmu? Kau sendiri kan yang bilang tidak mau terikat akan sesuatu lagi dan bersedia melakukan perjodohan itu hanya karena perintah?"

Kriing... Kriing...

Belum sempat menjawab, suara telepon diatas meja itu menginterupsi. Dengan cepat Rae-hee langsung meraih telepon itu. Mendengarkan suara yang terdengar samar-samar oleh Ji-no, suara memerintah yang langsung membuat rahang gadis itu mengeras, sebelum sesaat kemudian terputus begitu saja.

Rae-hee mendongak dan membalas tatapan Ji-no kepadanya. "Jika aku berkata tidak, mungkin aku berbohong padamu. Namun jika aku berkata ya, aku bahagia, jelas ini bukanlah sesuatu yang seharusnya aku ucapkan. Seperti yang kau katakan, kau jauh lebih mengertiku dari pada siapapun. Tanpa aku jelaskan kau pasti mengerti perasaanku yang sesungguhnya, Jino-ya."

Saving The Last For You (END)Where stories live. Discover now