Bagian 14 - Alwiranda & Arjuna

Start from the beginning
                                    

Ardika tersenyum ke arah Arjuna, mengisyaratkan kata 'terimakasih' dengan mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

Arjuna hanya tersenyum menanggapinya.

"Kak Awi." panggil Dika seraya memegang tangan kakaknya yang terasa dingin ditangannya itu.

Awi melenguh. Hingga akhirnya kedua matanya perlahan terbuka.

"Bu, Ka Awi udah siuman." pekik Dika yang langsung membuat kesadaran Awi penuh.

Ia memandang sekeliling ruangan yang serba putih itu. Hingga akhirnya ia ingat kenapa ia bisa ada disini. Kemudian memalingkan pandangannya pada Gita.

"Git, bayi gue. . . " seru Awi dengan suara bergetar.

"Anak kita enggak kenapa-kenapa, Wi." bukan Gita yang menjawab, tapi Arjuna.

Membuat Awi langsung menatap sekilas ke arah suaminya berdiri dengan tatapan yang Arjuna sendiri tidak bisa menilainya.

Ia tidak membalas ucapan suaminya. Tapi tetap berucap syukur dalam hati.

"Ibu sama Dika ko bisa ada disini?" tanya Awi.

"Iya, tadi Dika yang jemput Ibu, Wi. Kamu udah nggak papa?" tanya Randa.

"Engga ko, Bu. Dika tau darimana Kakak disini?"

"Tadi perasaan Dika nggak enak, Kak. Terus Dika langsung telpon kakak. Tapi yang angkat Kak Gita. Bilang kakak di rumah sakit. Jadi Dika izin dari sekolah, langsung jemput Ibu terus kesini." jawab Dika.

"Lain kali jangan gitu lagi, dek. Sekolah itu lebih penting. Mama sama Ayah juga jadi ikut-ikutan kesini. Awi nggak papa ko. Jadi ngerepotin kalian semua." ucap Awi.

"Enggak ngerepotin ko, Wi. Mama sama Ayah khawatir banget sama kamu. Jadi langsung kesini." ucap mama mertuanya.

Awi tersenyum mendengarnya.

"Makasih ya semua."

"Yaudah, Wi. Gue balik dulu deh ya."

"Heem. Makasih udah ditemenin tadi."

"Yaelah, kayak sama siapa aja lo mah. Yaudah, Gita pulang duluan ya, Om, Tante." pamit Gita.

"Hati-hati, nak Gita." ucap Randa saat sahabat putrinya itu mencium punggung tangannya.

"Kamu juga pulang, dek. Ganti baju dulu kalau emang mau kesini lagi. Sekalian anterin Gita." ucap Awi.

"Gue naek taxi aja kali, Wi." tolak Gita.

"Gapapa, kak. Dika juga sekalian ganti baju. Nanti kesini lagi, jemput Ibu." ucap Dika yang kemudian diangguki kepala oleh Awi.

"Yaudah deh."

"Yaudah, Dika pamit dulu semuanya." ucap Dika yang kemudian langsung keluar mengikuti langkah Gita.

"Ayah balik ke kantor lagi ya, Wi."

"Iya, Yah. Makasih udah ditengok. Hati-hati." ucap Awi dan dijawab senyuman oleh Ayah mertuanya.

"Mama sama Ibu kamu mau keluar dulu deh, nyari makan." ucap Mama Arjuna yang mengerti kondisi Awi dan Juna yang membutuhkan waktu berdua.

"Iya, Mah."

Kini, dalam ruang rawat Awi hanya menyisakan dirinya juga Arjuna. Awi yang tidak tau harus bicara apa untuk meluapkan kekecewaannya memilih membalikkan badan, membelakangi sang suami.

Arjuna yang melihat itu hanya bisa terdiam. Sebelum akhirnya ikut berbaring disamping istrinya, dengan sebelah tangan memeluk Awi dari belakang. Mengusap lembut perut Awi, dimana ada calon buah hatinya di dalam sana.

Tubuh Awi menegang, dan Arjuna dapat merasakan itu.

"Maaf. Semua yang kamu lihat, enggak seperti yang kamu fikirkan, Wi."

". . ."

"Oke. Aku emang salah karena peluk Raina. Itu karena aku enggak bisa liat dia nangis. Beberapa hari yang lalu waktu aku pulang telat, itu hari dimana Raina kembali menemui aku."

Awi masih terdiam. Namun di dalam sana, ada perasaan yang membuatnya cukup sesak.

"Aku menyelesaikan semuanya sama Raina malam itu juga. Memutuskan hubungan kami. Tapi, dia malah mengancam akan melukai kamu. Aku enggak takut sama ancaman remeh dia, aku cuma butuh waktu untuk mengetahui cara apa yang mungkin dia pakai untuk menyakiti orang-orang yang aku sayang, Wi. Aku minta maaf karena enggak jujur dari awal sama kamu, sampai akhirnya kamu salah paham gini."

Benarkah??

"Terus, maksud Mas bilang sayang sama dia itu apa??" tanya Awi setelah sekian lama bungkam.

Arjuna tersenyum, setidaknya istrinya itu mau membuka suara.

Kemudian memegang bahu Awi, memutar tubuh istrinya agar menghadap kearahnya.

"Aku emang sayang sama dia, tapi cuma sebagai adik. Sekarang aku lebih sayang sama kamu. Juga calon anak kita." ucap Arjuna seraya merapihkan rambut Awi yang menjuntai dikeningnya.

Haruskah Awi percaya??

Awi terdiam. Tidak tahu harus menaggapi bagaimana.

"Kenapa? Kamu gak percaya?" tanya Arjuna.

"Aku . . ."

"Gapapa kalau sekarang kamu belum bisa percaya sama aku. Cukup lihat perubahan aku aja, rasakan sama hati kamu." ucap Arjuna tersenyum yang mengundang Awi untuk ikut tersenyum pula.

Arjuna semakin mengeratkan pelukannya saat Awi menjatuhkan kepalanya di atas dada bidang sang suami.

Menikmati kebersamaan mereka yang entah sampai kapan.

###

Tbc

Dah ya. Besok aku uts, abis itu lanjut study tour ke jogja. See u 2 week again. Hehe 😅

Awi & Juna (Selesai)Where stories live. Discover now