Part 6(between of different)

34.2K 2.1K 43
                                    

Sudah 3 hari berlalu semenjak kejadian malam itu. Hubungan Fara dan Rama memang masih terlihat kaku. Namun ada sedikit perubahan yang diperlihatkan oleh Rama. Dia lebih terbuka, sedikit hangat dan tentunya terkesan ingin lebih mendekatkan diri kepada Fara. Meskipun mereka memang masih banyak diam dan sering kali bertemu mata tanpa mau bertatapan dalam waktu lama. Dan kesehatan Farapun sudah mulai pulih. Dokter memperkirakan Fara bisa pulang besok atau lusa.

" Makan yang banyak Far, biar elo cepet sembuh."

Perintah Alya, Sahabatnya yang sedang menyuapi Fara makan siang.

" Iya...Ini juga udah dipaksain makannya. Belakangan nafsu makan gue menurun drastis."

Fara yang bersandar kekepala ranjang rumah sakit berusaha untuk menelan nasi yang diberikan Alya. Sebenarnya Fara ingin segera keluar dari rumah sakit ini. Dia sudah tak betah untuk tinggal lebih lama lagi disini. Apalagi beberapa hari kedepan dia akan mulai bekerja.

" Gimana kalau Rama yang nyuapin lo? Mungkin kalau dia yang nyuapin nafsu makan lo bisa ngelunjak."

Alya yang sedang memegangi piring dan sendok segera menoleh ke arah Rama yang duduk di sofa ruangan perawatan. Rama memberikan tatapan melongo. Matanya menatap bingung Alya dan Fara secara bergantian. Alya yang melihat respon lambat Rama pun geleng-geleng. Sekarang dia makin paham sikap suami sahabatnya ini. 'tenang-tenang menghanyutkan' dalam arti lain. Sebagai pria berpendidikan dan sholeh, dari luar Rama memang terlihat sempurna. Tampan, agamanya bagus, tutur katanya sopan dan santun, bahkan wajahnya benar-benar menenangkan jiwa. Baik dan bersahaja. Namun dibalik tenangnya itu ada sebentuk kelemahan yang tersampir di diri Rama. Dia terlihat hanyut dalam kebaikannya sendiri. Sehingga dia tak pernah memperdulikan orang-orang sekitar yang sedang mengharapkan perhatian lebih darinya. Fara. Ya. Alya bisa melihat kalau Fara begitu haus akan kasih sayang dari seorang Rama. Apa Rama benar-benar tak pandai berkasih sayang dengan wanita? Atau mungkin selama dia belajar agama tak pernah diajarkan bagaimana memperlakukan seorang wanita dengan baik? Entahlah. Alya pun menjadi bingung dibuatnya.

" Ram...Ayo."

Dari jarak sekitar 2 meter dari tempatnya duduk, Alya menyodorkan piring dan sendok ke arah Rama. Seakan ingin memperjelas maksudnya. Alya memang tipikal gadis yang supel dan sangat bersahabat. Meksipun tak terlalu dekat dengan Rama, meskipun dia hanya sesekali mengobrol dengan Rama karena lelaki itu selalu menjaga jarak dan menundukkan pandangannya, dan meskipun dia baru baru-baru ini mengenal Rama, Alya tak segan sekedar memerintahnya untuk melakukan hal kecil seperti ini. Menyuapi Fara makan.

" Udahlah Al. Ramanya lagi capek habis ngajar. Lagian gue juga udah kenyang."

Pembelaan dari Fara membuat dahi Alya berkerut. Dia seakan bisa membaca ketidak beresan dari rumah tangga sahabatnya ini. Oke. Alya memang tahu kalau mereka berdua tak pernah bermesraan didepan umum. Mungkin hal itu dikarenakan oleh Rama yang begitu agamis. Jadi dia tak mungkin mengumbar  kemesraannya kepada Fara didepan orang banyak. Namun, saat mendengar pembelaan dari suara lirih Fara membuat Alya sedikit tersentak. Ada apa dengan rumah tangga sahabatnya ini? Mereka pengantin barukan? Kenapa mereka terlalu dingin untuk ukuran pasangan yang umur pernikahannya belum genap 2 minggu?

" Kamu memang harus makan Far. Kamu harus cepat pulih."

Rama yang sudah berdiri disamping Alya langsung saja mengulurkan telapak tangannya. Meminta piring dan sendok yang sedang dipegang Alya. Dengan tersenyum lebar karena melihat sikap Rama, Alya langsung beranjak dan memberikan piring itu pada Rama. Sekilas sebelum beralih duduk ke sofa Alya mengedipkan satu matanya ke arah Fara. Membuat Fara begitu sulit menahan senyum dan binar-binar kebahagiaan yang hampir saja meledak didepan lelaki yang sudah sangat siap untuk menyuapinya.

POOR LOVEOnde histórias criam vida. Descubra agora