Part 2 (The wedding proposal)

33.7K 2.3K 62
                                    

Sudah hampir 10 menit tangan Fara memegang pulpen. Kertas yang ada dihadapannya pun masih kosong melompong seperti siswa yang tak bisa mengerjakan soal ujian. Mungkin, ini adalah hal yang paling konyol dilakukan Fara selama 25 tahun kehidupannya. Obrolannya bersama Alya tadi sore pun kembali terlintas di kepala Fara.

"Kalau menurut gue sih, lo jangan main tembak langsung. Kasian. Karena setahu gue lelaki macam begitu nggak suka digituin. Bahkan mungkin baginya lo bisa disebut murahan."

Alya begitu bahagia mendengar cerita dari Fara. Ternyata doanya diijabah. Sahabat tercintanya benar-benar bertemu dengan lelaki sholeh yang langsung membuat Fara jatuh cinta. Bahkan, tak segan Alya bersorak sorai di depan kantornya ketika Fara mengutarakan niatnya untuk segera menikah. Ya...Meskipun status dan isi hati lelaki itu belum diketahui secara jelas.

"Trus? Apa gue minta tolong ke ayah sama mama aja ya?"

Fara kelihatan bingung.

"Nah! Ide bagus. Mumpung ayah sama mama lo udah kenal jugakan sama Rama dan keluarganya?kayaknya bakalan lebih gampang deh urusannya. Trus, lo juga bikinlah semacam surat cinta atau wedding proposal gitu buat Rama. Biar dia tahu isi hati lo. Biar dia tahu ketulusan lo ke dia."

Fara tampak berpikir.

"Oke! Gue terima ide lo. Thanks Al."

Wedding Proposal? Surat cinta? Bahkan, seumur hidupnya, Fara tak pernah menulis surat cinta untuk siapapun. Dia begitu sulit untuk jatuh hati semenjak dikhianati oleh kekasihnya beberapa tahun yang lalu. Tapi, saran Alya tadi sore itu memang akan tetap dijalankannya. Karena tanpa mengetahui isi hati Fara, Rama takkan mungkin menerima Fara menjadi istrinya begitu saja. Apalagi mereka baru saling kenal, mengobrol panjang pun tidak pernah, Bahkan dengan masa lalu kelam yang dimiliki Fara, apa takkan menjadi penghalang besar untuk hubungan mereka? Namun, meskipun keraguan melanda, Fara akan tetap berjuang. Demi hidayah yang akan dijemputnya. Demi hijrah yang akan dijalaninya. Dan tentu saja demi lelaki sholeh yang sangat diinginkannya.

"Bismillah..."

Ujar Fara bergetar. Kalimat ini memang sangat jarang diucapkan Fara. Mungkin, karena itulah bibirnya sedikit kelu dan bergetar. Dan selang beberapa detik, Fara pun mulai menulis surat cintanya untuk Rama.

Assalamu'alaikum Wr Wb.

Dear Rama...

Awal pertemuan kita begitu singkat. Perkenalan kita di rumah sakit pun hanya berlangsung beberapa menit saja. Kita berdua sama sekali tak sempat mengobrol satu sama lain. Bahkan, tak banyak yang ku tahu tentangmu. Tapi...ada satu hal yang harus kamu tahu, kalau aku begitu terkesan dengan pertemuan kita yang pertama. Kalimat barusan adalah isi hatiku yang sebenarnya. Sejak dulu, aku begitu mendambakan lelaki sholeh untuk membimbingku. Aku selalu mencita-citakan mendapatkan hidayah dan menjalani hijrah bersama imamku. Dan sekali lagi, aku mohon maaf dengan begitu sangat...

Maaf kalau aku begitu lancang sebagai perempuan, maaf kalau keinginan ku terkesan mendesakmu, maaf kalau kalimat demi kalimat yang aku sampaikan akan menyakitimu bahkan membuatmu tersinggung...

'Aku ingin menikah dengan mu Ram. Aku akan segera membicarakannya dengan kedua orang tuaku. Dan aku akan meminta mereka untuk membicarakannya dengan orang tuamu. Mungkin, ini memang terkesan egois dan lancang. Tapi, meskipun begitu kamu berhak memilih dan memutuskan. Semuanya ada di tangan kamu Ram. Tak ada paksaan...

Dari : Fara Humaira Akbar

Wassalam.

"Huft! Kelarrrrrr...Alhamdulillah..."

Sambung Fara seraya meletakkan pulpennya. Tangannya berkeringat. Isi surat pun tak terlalu panjang. Namun, cukup sukses membuat Fara tegang dan gemetaran. Dan tanpa mau menunggu lagi, Fara pun segera keluar dari kamarnya. Turun ke lantai bawah untuk membicarakan hal ini dengan kedua orang tuanya. Semuanya terasa begitu terburu-buru, namun Fara memang tidak mau membuang-buang waktu lagi untuk memiliki imam dan hidayahnya segera.

POOR LOVEWhere stories live. Discover now