[24] Penyerangan dan Perlawanan

3.3K 147 8
                                    

Fajin memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Mereka turun, meletakkan helm di bagasi dan kaca spion.

"Kau mau aku peluk?" Fajrin memegang pundak Irza.

"Kau gila ya. Mau ditaruh dimana mukaku ini nanti!"

"Mengapa harus malu? Orang-orang sudah tahukan kalau kita ceritanya bersahabat." Fajrin memainkan rambut Irza tanpa malu.

"Diamlah, aku akan ke kelas. Mau upacara." Irza meninggalkan Fajrin. Fajrin tersenyum senang.

---

Fajrin berjalan menuju kelas. Ia sudah siap jika teman-temannya mencaci dirinya. Ia tidak akan peduli.

Setibanya di kelas, Fajrin terkejut karena tak ada seorangpun yang menatap atau berbicara aneh pada Fajrin. Ia keherahan. Padahal kemarin ia sudah dihina oleh si brengsek Raka di depan para gadis.

Fajrin meletakan tas di meja, dan duduk bersantai. Ia mengambil headset dari tasnya, dan mulai mendengarkan lagu-lagu kesukaannya. Kia menghampiri Fajrin. Fajrin melepaskan satu headsetnya.

"Apa huh? Mau ngolok-ngolok gue? Silahkan!" Fajrin kesal.

Kia mendekatkan wajahnya pada telinga Fajrin.

"Engga kok, suer. Gue cuma mau nanya. Kalian pacaran bukan?" Kia dengan polos bertanya.

What the fuck?

"Lo gila ya? Gue benci sama dia!" Jelas Fajrin tegas.

"Terus kenapa kemarin kalian ciuman? Kalian manis loh. Sama-sama ganteng ini."

Ni cewek resek banget sih. Manis  apaan coba?

"Maksud lo apaan? Gue masih normal!"

"Ah sok malu-malu gitu. Kita berempat udah janji kok ga bakal ngumbar-ngumbar masalah ini. Suer. Gue cuma penasaran aja. Kalian ngegemesin." Kia benar-benar keterlaluan.

Untungnya prinsip kelas ini disepakati bersama. Aib seseorang adalah rahasia yang harus tetap terjaga. Jangan menjatuhkan teman sendiri demi menggapai tujuan. Di sisi lain, Fajrin senang memiliki teman yang berpikiran dewasa.

"Cukup Kia, gue cape. Sepanjang malem gue gak bisa tidur. Tolong tinggalin gue," Fajrin berbohong pada Kia. Ekpresinya sangat meyakinkan.

"Emm, baiklah. Lo tenang aja. Ini rahasia kita," Kia mengerti apa yang dikatakan Fajrin.

Hus, hus, sana pergi. Lagian tadi malem gue udah main-main sama pacar gue Irza. Gue gak inget sama sekali sama si tolol Raka itu.

"Thanks," Fajrin memakai headsenya lagi. Kia pergi.

Belum satu menit Fajrin menikmati lagunya, bel upacara berbunyi, shit!

Fajrin mengambil topi dari dalam tas, memakainya, dan berjalan santai menuju pintu. Di ambang pintu, seseorang menabrak Fajrin hingga mundur beberapa langkah dari pijakannya.

Orang dengan aura dingin dan hitam. Membuat kebencian dalam jiwa Fajrin berkobar kembali. Mata bertemu dengan mata. Pernyataan perang dikibarkan melalui dua pasang mata itu.

Raka menatap Fajrin penuh tantang. Fajrin mengepalkan tangannya. Bersiap untuk meninju Raka yang wajahnya membiru karena pukulan yang Fajrin lemparkan kemarin.

Kelas menjadi terasa panas. Membuat ketegangan yang membahayakan. Kia dan Alda menghampiri Fajrin.

"Ayo Fajrin. Nanti telat," ajak Alda yang cemas. Ia tidak mau ada pertarungan di Senin pagi.

Blind Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang