[9] Kau Masih Memerlukan Jawaban?

5.3K 199 7
                                    

Di mobil, Fajrin hanya duduk diam di samping Irza. Untuk memecah kesunyian, Irza mulai membuka obrolan.

"Ayah, bunda. Sebelumnya kalian belum pernah bertemu kak Fajrinkan? Kak Fajrin ini orangnya pinter banget lho. Bulan depan dia akan pergi ke Makassar untuk Olimpiade Fisika Nasional, dia juga bisa Bahasa Jepang," jelas Irza pada otangtuanya.

"Wow hebat. Temakasih ya nak, kamu sudah membuat Iza pintar. Dulu dia sangat malas belajar. Sejak bertemu kamu, dia jauh lebih berbeda. Mungkin saja Iza bisa mengikuti prestasimu. Mohon bimbingannya ya," ayah Irza tersenyum sambil menyetir mobil.

"Tidak apa-apa om. Irza memang anak yang cerdas, iyakan Iza," Fajrin tersenyum sambil mengangkat alisnya kepada Irza. Semua yang ada di dalam mobil tertawa.

Dulu kau malas belajar? Pasti setelah kau bertemu denganku, kau menjadi lebih bersemangat. Aku telah mengubahmu. Itu adalah kebanggan besar bagiku. Aku akan selalu ada untuk. Pelukku akan siap disaat kau membutuhkanya, Izaku.

Setibanya di bandara, mereka langsung menaiki pesawat. Ayah Irza telah menyiapkan seluruh kebutuhan yang diperlukan.

Mereka duduk kelas executive. Fajrin duduk di dekat jendela bersama Irza. Sebelumnya Fajrin pernah naik pesawat untuk mengunjungi sepupunya di Bali. Ya karena saat itu keadaannya mendesak Fajrin dan orangtuanya menaiki pesawat kelas ekonomi. Setidaknnya ia sudah pernah naik pesawat.

Pesawat mulai menaiki angkasa. Fajrin melihat ke arah jendela. Rasanya ia tidak percaya bisa liburan ke negara yang ia impikan sejak dulu secara mendadak. Ia sangat berterimakasih pada Irza,

"Za, makasih ya udah ngajak kakak ke Jepang," Fajrin memegang bagian belakang kepala Irza dan mengelus-ngelusnya.

"Ah kakak nih. Ini tidak lebih dari apa yang kak Faj berikan sama Irza," Irza tersenyum pada Fajrin.

Fajrin mendekati telinga Irza dan berbisik,"Terimakasih sayangku Iza," nafas hangat Fajrin membuat Irza merinding dalam kenyaman.

Setelah menikmati pemandangan di atas angkasa, Mereka berdua tidur selama di perjalanan.

---

Mereka sudah sampai di Bandara Internasional Tokyo. Suhu di Jepang sangat dingin. Disini musim akan segera berganti dari Aki ke Fuyu [1]. Saat di bandara, mereka istirahat sejenak di bandara untuk memulihkan tenaga yang tersita perjalanan, walaupun mereka tidur di pesawat, tapi lelah masih saja menyerang. Irza dan Fajrin memesan coklat panas di sebuah restoran di bandara.

"Kak, pakai jaket yang tebal. Aku takut alergi kakak kambuh," Irza sangat perhatian.

Kau sangat perhatian padaku. Apakah jika aku kedinginan dan alergiku kambuh, kau akan memelukku dengan erat samapi aku merasa hangat? Walau itu depan orangtuamu?

"Iya, kau sungguh perhatian," Fajrin tersenyum manis sampai terlihat sedikit rona di pipinya. Mungkin karena suhu yang dingin.

Datang seorang pelayan membawakan pesanan. "Douzo","Arigatou nee,[2]" balas Fajrin.
Suasana hangat menyelimuti mereka berdua.

Setelah check in di sebuah hotel bintang lima, Irza dan Fajrin langsung memabantingkan tubuh mereka di atas kasur yang empuk. Mereka memutuskan untu satu kamar. Kapan lagi bisa mendapatakan kesempatan seperti ini.

Setelah malam tiba, para turis ini berkunjung ke komplek mall yang sangat terkenal di Jepang. Tokyo Ginza [3]. Di sana, mereka membeli oleh-oleh untuk dibagikan ke teman-teman di sekolah. Tentunya Fajrin tidak lupa membelikan oleh-oleh untuk ibunya.

Fajrin membeli makanan ringan, pernak-pernik khas Jepang, kimono, dan lainnya. Sebernarnya, Fajrin tidak membeli barang-barang itu, tapi ia di belikan oleh orangtua Irza. Orangtua Irza sangat baik padanya. Jika hitung, barang-barang yang dibeli Fajrin harganya bisa mencapai harga gaji ibunya selama setengah tahun.

Setelah membeli semua barang yang diinginkan, Irza berinisiatif untuk pergi berdua bersama dengan Fajrin. Irza meminta ijin kepada otangtuanya,

"Bun, aku sama kak Fajrin mau jalan-jalan ya," pinta Irza pada bundanya.

"Jangan! Nanti kalian tersesat. Kaliankan baru pertama kali kesini!" Larang bunda Irza pada anaknya.

"Tenang aja bun. Aku tahu kok hotel kita. Lagian ada taksi inikan," bujuk Irza pada bunda.

"Sana kalian pergi. Jangan lewat tengah malam. Ingat!" Jawab ayah Irza.

"Baik yah. Yoo kak," Irza tersenyum pada ayah, lalu mengajak Fajrin. Fajrin membiarkan kekasihnya bertindak sesuka hatinya. Dalam diam, Fajrin merasa sangat bahagia. Pasangan ini meninggalkan keramaian Tokyo Ginza dan berjalan santai menuju sebuah tempat yang agak sepi.

Mereka berdua pergi menuju sebuah jembatan yang di bawahnya mengalir sungai kecil yang airnya tidak terlalu deras. Di tepi sungai itu terdapat pohon-pohon berdaun merah dengan gradasi jingga dan kuning yang disinari lampu-lampu jalan yang beraneka warna.

Mereka diam di atas jembatan tersebut. Di sana tidak terlalu banyak dikunjungi orang. Hanya ada beberapa pasangan yang sedang kencan, beberapa pejalan kaki dan pengendara sepeda . Mungkin karena hari sudah semakin larut dan suhunyapun sangat dingin.

Karena di jembatan dilalui beberaoa pejalan kaki, Fajrin meminta Irza untuk turun dari jembatan untuk duduk di tepi sungai. Irza mengangguk setuju.

Di tepi sungai, Fajrin memulai obrolan.

"Za, terimakasih ya sudah mengajak kakak liburan bersama keluargamu. Negara ini adalah negara impian kakak sejak dulu. Arigatou Iza kun," Fajrin berbicara dengan penuh ketulusan.

"Ah kakak ini. Jangan berterimakasih mulu napa. Aku ngajak libur bunda dan ayah hanya untuk bisa pergi kesini bersama kakak. Karena aku tahu kakak sangat ingin kesini," Irza tersenyum manis. Hati Irza sangat tersentuh hangat. Sangat hangat sampai ia lupa dengan suhu di sekitarnya yang sangat dingin.

Irza terlihat sangat kedinginan. Tangan yang terbungkus oleh sarung tangan itu ia gosok-gosok lalu ditiup oleh uap putih hangat yang melimpah. Tangan Fajrin menyelimuti tangan Irza yang kedinginan. Untuk pertama kali, Fajrin tidak merasa kedinginan di suhu yang serendah ini.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Tatapan mereka penuh dengan kehangatan dari cinta. Fajrin membawa tangan Irza ke mulutnya. Dan ditiupnya tangan Irza yang sangat dingin seperti salju. Fajrin menyemburkan uap hangat dari mulutnya. Huhh huhh huhh...
Irza dibuat merinding oleh hembusan itu. Namun ia juga merasakan hangat yang belum pernah ia rasakan. Lalu,

"Sayang, ada sesuatu yang belum aku katakan padamu," Fajrin mendadak berbicara seperti itu.

"Apa?" Irza terkejut dan langsung menatap Fajrin dengan tajam.

"Kamu maukan jadi pacar kakak?" Fajrin menatap Irza penuh cinta.

"Kau tidak perlu menanyakan hal yang sudah kau tahu jawabannya," Irza membuang tatapan pada Fajrin dan melihat air yang mengalir di sungai.

Hati Fajrin bergetar tak terkendali. Membuat api dalam jiwanya semakin berkobar. Fajrin memeluk Irza dengan erat, mencium pipinya, dan menenggerkan kepalanya di bahu Irza. Mereka merasakan rasa sayang satu sama lain.

°°°
Note:

1。 秋,冬 (Jp) Aki , Fuyu = Musim gugur, musim dingin.

2。ありがとう ねえ (Jp) Arigatou nee = Terimakasih yaa.

3。東京銀座 (Jp) Tokyo Ginza= Komplek permallan yang sangat terkenal di Jepang. Disana ada banyak mall yang menyediakan berbagai macam kebutuhan.

Blind Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang