DUA

2.8K 232 272
                                    

Ziva POV

Aku tak pernah puas untuk terus memandangi langit. Bukan, bukan langit yang aku pandang, tetapi wajahmu yang terukir indah dilangit itulah yang aku lihat. Wajah yang selalu mengganggu tidur malamku.

Kau tahu? Aku sangat suka melihatmu marah padaku ketika aku selalu mengikutimu. Jangan salahkan aku yang terus saja membuat hidupmu tidak nyaman, tetapi salahkanlah hatiku yang tidak pernah bisa berhenti untuk mencintaimu.

Mungkin, semua orang yang mengenal ku telah mengecap aku sebagai gadis yang aneh. Tapi aku tidak begitu peduli dengan omongan mereka. Aku hanya menganggap mereka sebagai rumput yang bergoyang.

Toh, mereka juga tidak lebih baik daripada aku. Karena yang terbaik buat aku saat ini hanyalah kamu, orang yang sama sekali tidak menginginkan kehadiranku. Tapi tidak masalah. Aku percaya kepada takdir Tuhan yang menjadikan kita sebagai pasangan seperti Adam dan Hawa. Apa kamu juga percaya itu? Mungkin tidak. Tetapi Tuhan pernah membisikkan kata-kata yang indah kepada ku jika aku adalah pemilik dari hatimu, dan kamu harus percaya itu. Meskipun Tuhan mengatakannya lewat mimpi indahku.

*****

Gadis itu melangkahkan kakinya di koridor sekolah dengan penampilan yang sangat berantakan. Bayangkan saja, ia hanya mengikat rambutnya dengan asal-asalan tanpa menyisirnya terlebih dahulu.

Ia juga tidak memakai pemoles apapun di wajahnya. Hanya tetesan keringat yang tampak di wajah pucat gadis itu. Pakaian seragam yang dipakainya saat ini pun terlihat sangat kebesaran. Apa ia tidak mau memperkecil baju seragamnya agar terlihat lebih sexy?

"DERVIANO!!" teriak Ziva sembari melambai-lambaikan tangannya ke udara. Ia sangat merindukan pemuda tampan itu. Padahal baru sehari mereka tidak bertemu.

Buru-buru Ziva melangkahkan kakinya untuk mengejar Derviano. Ia tidak mau kehilangan lelaki itu lagi, tidak akan pernah.

"Ini aku bawain sarapan buat kamu, jangan lupa dimakan ya," ucap Ziva tersenyum manis sehingga menampakkan lesum pipi nya. Ia segera menyodorkan tempat bekal berwarna biru laut tersebut kepada pemuda yang sedang berdiri di hadapannya.

Derviano langsung saja menerima kotak bekal pemberian Ziva. Tidak ada salahnya juga kan?
Ia memandangi kotak bekal tersebut dengan tatapan datar yang sulit untuk diartikan. Derviano pun sempat melihat ekspresi kegirangan yang ditunjukkan oleh gadis pengganggu itu.

MENJIJIKKAN!!

Ziva yang mendapat respon positif dari Derviano pun akhirnya tersenyum lega. Ia pikir Derviano akan membuang kotak bekal itu ke tempat sampah. Ternyata dugaannya salah. Baiklah, ia tidak boleh berfikir negatif lagi.

BUSHH!!!

Kotak bekal pemberian Ziva mendarat mulus di sebuah tong besar yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Senyum yang tadinya merekah di bibir mungil Ziva pun hilang begitu saja.

Dugaannya benar, Derviano akan membuang pemberiannya layaknya barang yang tidak berguna. Seandainya saja pemuda itu mengetahui perjuangan Ziva, pasti ia tidak akan sekejam itu.

Dasar pria yang tidak punya hati!

"GUE GAK BUTUH," ucap Derviano dengan tatapan yang membunuh. Ia menyunggingkan bibirnya kemudian menepuk-nepuk pipi Ziva dengan tidak santai.

"JANGAN PERNAH BERMIMPI UNTUK BISA DAPETIN GUE," ucapnya lagi, lalu pergi begitu saja meninggalkan Ziva yang tengah berdiri mematung disana.

Ia sangat malas untuk bertemu gadis itu lagi, gadis penghancur hidupnya selama ia menginjakkan kaki di SMA BUDI MURNI ini. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.

Behind The HeartWhere stories live. Discover now