65. Usir Mereka . . . ! Cepat Laksanakan!

2.2K 34 0
                                    

Sedangkan di kota raja sendiri tengah diadakan pencarian yang ketat sekali terhadap Yang Kiong Sian berempat. Setiap pengemis yang ditemukan di dalam kotaraja tentu ditangkap tanpa pilih bulu.

Semua anggota Kay-pang yang biasanya memiliki tempat 'operasi' di kota raja, telah mematuhi perintah dari Sam-cie-sin-kay untuk tidak berkeliaran dulu di dalam kota. Karenanya mereka berkumpul di kuil tua tersebut.

Waktu beredar terus dengan cepat, satu hari telah herlalu......

Wie Liang Tianglo masih tetap dengan keadaannya, pingsan tidak sadarkan diri. Dan Sam-cie-sin-kay berulang kali telah berusaha menotok heberapa jalan darahnya, akan tetapi kemajuan tidak diperoleh pada diri Tianglo pengemis itu.

Keadaan Wie Liang Tianglo seperti itu telah membuat Yang Kiong Sian dan yang lainnya berkuatir. Mereka jadi selalu mendampingi Wie Liang Tianglo, di mana Tianglo itu masih berada dalam keadaan pingsan.

Sedangkan Sam-cie-sin-kay tidak tinggal diam, bergantian dia telah menotok jalan darah di sekujur tubuh Wie Liang Tianglo, dibantu oleh Yang Kiong Sian berempat.

Setelah lewat satu malaman lagi, mulai terlihat perkembangan yang cukup menggembirakan pada diri Wie Liang Tianglo, karena Wie Liang Tocu mulai memperdengarkan keluhan. Walaupun dia masih berada dalam keadaan antara sadar dan tidak.

Sedangkan saat itu, Sam-cie-sin-kay semakin mempergiat totokan dan urutannya, dan juga telah meminta kepada Yang Kiong Sian dan ke tiga pengemis berkarung delapan lainnya untuk bantu menguruti dan menotok jalan darah di tubuh Tianglo tersebut.

Akhirnya Wie Liang Tianglo tersadar dari pingsannya, sepasang matanya terbuka perlahan-lahan dan terdengar dia bertanya dengan sikap keheranan: "He, di mana aku berada.....?!" Dan bola mata itu telah mencilak ke sana ke mari.

Waktu melihat Sam-cie-sin-kay dan yang lainnya, segera juga dia menggumam perlahan: "Oohh, kiranya aku berada di tengah-tengah sahabat......!"

Sam-cie-sin-kay, Yang Kiong Sian dan yang lainnya girang bukan main. Mereka selain bersenyum juga telah mengucapkan rasa syukur mereka kepada Thian, yang mana akhirnya Wie Liang Tianglo telah tertolong jiwanya.

Waktu itu, Sam-cie-sin-kay sendiri telah mendekati kepalanya pada Wie Liang Tianglo katanya: "Harap Tianglo beristirahat dengan tenang, kami menjaga di sini dan Tianglo tidak perlu kuatir terjadi suatu apapun juga......!"

Wie Liang Tianglo berusaha tersenyum, walaupun tampaknya sulit sekali buatnya tersenyum, dan katanya: "Terima kasih.....!" Lalu dia memejamkan kembali matanya dan tidak mengucapkan kata-kata lainnya, tampaknya dia masih lemah sekali dan ingin beristirahat.

Sam-cie-sin-kay menghela napas lega, dia berseru perlahan kepada Yang Kiong Sian dan yang lainya: "Akhirnya tertolong juga!"

Yang Kiong Sian berempat dan juga pengemis-pengemis lainnya yang banyak berkumpul di kuil tua itu, telah bergirang dan mengucapkan syukur atas kesembuhan dan tertolongnya jiwa Wie Liang Tianglo.

Sam-cie-sin-kay menanti sesaat lagi lamanya, sampai akhirnya dia telah mulai menotok pula beberapa jalan darah di tubuh Wie Liang Tocu.

Tianglo itu tertidur nyenyak sekali. Wajahnya sudah tidak pucat kehitam-hitaman lagi, karena sekarang pada pipinya terlihat warna kemerah-merahan.

Sedangksn Sam-cie-sin-kay pun telah beristirahat.

Lewat lagi satu hari, kesehatan Wie Liang Tianglo pulih, dan dia telah tersadar benar-benar dari pingsannya, mulai berangsur tenaga dan semangatnya pulih sebagai biasa. Hanya saja yang masih terlihat jelas, dia lemas dan membutuhkan istirahat yang cukup panjang, namun kesehatannya itu tidak terancam bahaya lagi.

Beruang SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang