Flirts #4: Semalam bersama?

8.6K 188 1
                                    

Flirts #4: Semalam Bersama?

SHILLA

Setelah kepergian gue meninggalkan Cakka karena Arcilla tiba-tiba sms ke gue kalau kak Alvino ada di sini. Gue yang baru aja berjalan ke arah ruang ganti, tiba-tiba mendengar suara gaduh dari arah kolam berenang. Gue yang kepo akhirnya balik lagi ke arah kolam berenang. Udah banyak kerumunan orang jadi gue berusaha menembusnya. Sampai gue kaget pas tiba di TKP. Gue lihat Kak Alvino, Arcilla dan Cakka yang tergeletak di bawah. Dan gue denger Kak Alvino berteriak.

"Damn you bastard, baru segitu aja udah pingsan! Makanya jangan coba-coba deketin adik gue!" Teriaknya.

Gue lihat ke arah Arcilla. Dia tampak takut-takut. Apa maksud perkataan Kak Alvino? Apa dia tahu kalau tadi gue deket-deket sama Cakka? Atau?

"Arcilla! Jangan berani dekat-dekat sama dia. Dia itu GAY!" Teriak Kak Alvino sebelum menyeret Arcilla dari situ.

Gue menyembunyikan badan gue di tengah kerumunan orang. Biar Kak Alvino nggak ngelihat gue. Setelah itu baru gue bergerak mendekati Cakka. Security datang terlambat. Ia menyuruh para orang-orang di situ kembali lagi beraktivitas seperti biasa. Tapi gue tetap di situ mendekati security yang sedang membopong Cakka. Gue tatap Cakka dengan tatapan khawatir.

"Mbak... pacarnya mas ini kan?" Tanya security itu. Belum sempat gue membantah pernyataan yang sembarangan dari security ini. Ia malah melanjutkan perkataannya, "saya bantu bawa ke kamar," lanjut security itu sambil langsung mengambil langkah dari situ.

Dan selanjutnya gue hanya bisa mengikuti langkah security. Menunjukan kamar yang tadi gue dan Alys pesan. Sebenarnya rencananya setelah ini gue sama Alys bakalan pajamas party berdua di sini. Tapi nggak tahu deh setelah ini. Gue membuka pintu kamar hotel tersebut dan sang security meletakan Cakka di atas ranjang.

"Saya tinggal dulu," pamitnya sebelum benar-benar keluar.

Nah... sekarang yang tersisa di kamar ini tinggal gue dan Cakka. Trus? Gue harus ngapain? Gue segera mendekat ke arah Cakka. Jidat dan pipinya agak lebam mungkin karena pukulan Kak Alvino tadi. Gue mencoba meraba jidat dan pipinya itu tapi gue urungkan. Gue berjalan ke arah kamar mandi melihat-lihat apa yang bisa digunakan di sini. Gue ambil gayung yang ada di situ. Kemudian gue isi dengan air hangat. Lalu gue ambil baju gue ambil sapu tangan gue di dalam tas yang gue sudah taruh sejak tadi di kamar ini. Kemudian gue mengompres lebam Cakka itu.

Duh sebenarnya apa yang Cakka dan Arcilla lakukan tadi sampai Kak Alvino memberinya pukulan kayak gini? Apa dia coba-coba merayu Arcilla juga? Gue menggeleng-gelengkan kepala gue memandangi Cakka yang tertidur dengan wajah yang innocent. Wajahnya... itu... membuat gue merasa deg-degan gini yah? Duh... gue terserang suka lewat "fisik" nih. Ah... pantasan saja Cakka badboy. Kalau tampangnya kayak gini ya cewek siapa saja mau deh. Eh kecuali gue ya. Gue cuma suka aja lihat wajahnya kalau lagi TIDUR! Bukan untuk TIDUR sama dia. Eh apaan dah pikiran gue.

Lama-lama gue kedinginan juga. Dari tadi belum ganti baju. Gue dari tadi masih pake monokini. Gosh! Gue nggak sadar muter-muter masih pake monokini kayak gini. Dengan segera gue ngambil pakaian ganti gue dan handuk gue.

BADBOY'S SEDUCTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang