Flirts #2: Awkward Kiss

9.4K 203 3
                                    

SHILLA

Semua orang di ruangan ini menatap gue dengan tatapan membunuh menuntut gue menceritakan tentang pertemuan gue sama orang gila itu. Ya, orang gila! My first kiss for the crazy stranger! So damn funny. Isn't it?

Asal lo tau aja! Gue tuh belum pernah ciuman bibir meski gue sudah kuliah. Pacar-pacar gue tuh cuma sampe cium pipi aja gue ijinin. Tapi dia? Oh damn! Mana bibirnya masih berasa waktu dia ngelumat bibir gue sampe sekarang.... Ah! Hentikan Shilla hentikan!

Gue perlahan tarik napas gue sebelum mulai bercerita, "gue udah ketemu Cakka tadi. Tapi gue belum sempat kenalan sama dia cuma pas habis tabrakan hm...." Gue menghentikan sedikit perkataan gue mengingat awkward kiss itu! Ah sensor, "tapi keburu ketahuan Cilla dan gue nggak jadi kenalan."

"Cilla? Who is Cilla?" Tanya Riva.

"Cilla. Arcilla Violinna. Anak fotografi, itu adiknya Shilla," kata Alys menjelaskan.

"Jadi lo ke-gap adik lo di sana Shil?" Tanya Acha.

Gue ngangguk.

"Emangnya Cilla ngapain disitu Shil? Kok bisa dia di situ?" Tanya Alys.

"Ya mana gue tahu Lys. Lo tahu kan anak itu saking cintanya sama fotografi kakinya kemana-mana," kata gue.

"Ya udah kita cari cara ke dua lagi biar kalian kenalan dan coba goda Cakka," kata Angesti.

Gue menahan napas gue. Nggak lagi-lagi baru pertama kali bertemu ciuman pertama gue udah diambil. Apalagi selanjutnya....
Pikiran gue kemana-mana sambil Alys and the club menyusun rencana.

***

Gila ya! Baru rencana kedua mereka sudah menyiksa gue dengan pake rok pendek sama platform 7cm kayak gini. Biasanya gue pake higheels cuma buat kondangan tapi ini? Ah! Bukan itu yang paling nyiksa gue tapi lebih tepatnya tempat yang gue injak saat ini dan pukul berapa saat ini!
Tebak!
Gue lagi di balapan liar! Banyak kepulan asap motor dimana-mana yang membuat gue sulit bernapas. Dan ini sudah jam DUA BELAS! Prokprok! Seorang Ashilla nekat keluar diam-diam jam dua belas. HAHA moment banget!

Gue lagi jalan sama Chelsea, salah satu anggota club gila itu. Dia akan ngebawa gue ke suatu tempat...

"Bos!" Sapa Chelsea pada seorang laki-laki paruh baya.

"Hai Chel... long time no see. Lama nggak kesini," katanya.

"Iya nih... sibuk kuliah soalnya, hm... bos nanti ada boy-girl racing kan?"

"Yoi."

"Cakka kosong nggak?" Bisik Chelsea pada orang itu sebelumnya ia melihat ke kiri dan ke kanan.

"Kenapa? Lo masih mau sama dia? Udah ada Nadya tuh..."

"Elah nggak Bos... bisa nggak di mix gitu temen gue yang cantik ini mau jadi partnernya Cakka. Kenalan dulu Bos."

Gue keselek. Partner apaan coba?
Pria itu menatap gue dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Gue ngejulurin tangan gue cepat-cepat, "Ashilla panggil aja Shilla."

Pria itu menyalami tanpa menyebutkan nama.

"Okelah bisa di atur Chel... yang penting lo tahu kan?"

"Iya gue tahu," kata Chelsea sambil mengeluarkan uang dari dalam sakunya. Entah berapa nominalnya.

"Oke. Sip, lo bawa dia sama Ekada yah nanti gue yang kode ke Ekada," katanya.

"Siap!" Chelsea mendekati gue lalu menggandeng gue, "ayo kak Shilla. Time!" Gue akhirnya mengikuti langkah Chelsea.

Diantara korban Cakka. Chelsea ini yang paling muda. Dia baru semester 2 sementara yang lainnya di atas semester 4. Tapi see what? Ia tahu dunia malam seperti ini. Prokprok! Gue? Mungkin paling katro.

"Kak... lo liat cowok sana?" Tunjuk Chelsea.

Gue mengangguk.

"Itu Ekada... saudaranya Cakka biasanya dia yang ada di belakang Cakka kalau ikutan balap liar kayak gini. Kak Shilla pergi ke sana aja trus kalau dia tanya dari mana bilang aja CMS ya. Dia udah tahu maksudnya kak Shilla. Chelsea tunggu di tempat Bos ya! Nanti kita pulang sama-sama okey."

Gue mengangguk lagi walaupun gue rada nggak ngerti sih. Tapi yaudah deh. Gue melangkah mendekati orang yang ditunjuk Chelsea. Baru sampai gue di depannya dia sudah bertanya.

"CMS ya?" Tanyanya.

"Iya," kata gue.

"Girl-nya Cakka udah ada suruh para girls bersiap didepan motor masing-masing kita akan mulai!" Teriak Ekada.

Seketika itu gue segera ditarik Ekada. Berkumpul bersama beberapa gadis muda seumuran gue lalu kita diinstruksikan berdiri di depan motor dengan menghadap ke arah jalan bukan ke motornya. Gue deg-degan banget. Yang gue tahu gue berdiri di depan Ducati. Oh ya... trus tadi kita sebelumnya disuruh ganti baju. Gue pake baju putih yang super ketat dan membuat gue nggak nyaman. Bajunya sama kayak gadis-gadis yang lain. Bedanya hanya tulisan di dada masing-masing tadi gue sempat baca ada tulisan QMS, KMS, MMS, BMS, sama apalagi yah? Pokoknya ada MS-nya lah. Sama kayak tulisan dibaju gue CMS.

Tembakan pistol pertama kita berbalik ke arah motor. Tembakan kedua kita harua naik motor dan tembakan ketiga.
Ashilla Violetta untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam balapan liar!

***

CAKKA

Gue menstarter motor gue lalu memainkan gasnya. Menatap lawan-lawan gue. Aih! Kecil! Adrenalin gue sudah meningkat dari tadi ditunda melulu balapan ini. Yang katanya pasangan balap gue diganti sama umbrella girl-nya CMS. Tahu deh sekarang gue siap bertarung.

Gue mengalihkan pandangan gue ke arah depan. Seorang gadis berambut panjang nan ikal hanya pada bagian bawah rambutnya. Mini skirt mempertunjukan pahanya yang mulus dan kaki jenjangnya. Bagian bawahnya bertumpu pada platform berwarna merah yang membuat kakinya semakin seksi. Aha! Kayaknya gue butuh pertimbangan lagi tentang umbrella girl-nya motor sports gue sendiri--maksudnya pertimbangan buat one night stand sama mereka (soalnya gue paling anti screw sama mereka. Berasa gue gigolo tapi entah kenapa sama yang satu ini beda).

Bunyi tembakan membuat dia menghadap ke arah gue. Sebelum dia memakai helm-nya gue sempat memperhatikan wajahnya. Kayak familiar gitu....hm...

Tembakan kedua dia naik ke belakang motor gue. Dia belum bereaksi apa-apa. Aih terpaksa gue tarik tangannya melingkari gue. Hei girl... nanti lo mati kalau lo nggak ngelingkar tangan lo di badan gue.

Bunyi tembakan ketiga gue segera tancap gas memimpin pertandingan.

***

Jangan panggil Cakka kalau gue nggak berhasil memenangi pertandingan ini. See... I'm winner. Setelah mengambil hasil taruhan gue berjalan ke belakang hendak mengambil estilo gue yang gue parkir di belakang arena.
Baru aja gue mau buka estilo gue. Gue lihat seorang gadis yang celingak-celinguk. Saat gue mendekat, ah... ternyata partner gue tadi. Rambut ikal bagian bawahnya kini terlihat makin seksi dengan embusan angin malam yang menerpanya.

"Hai," sapa gue.

Ia kaget dan berbalik ke arah gue, "hai," balasnya dengan senyum yang agak canggung.

"Belum pulang Ashilla?" Tanya gue. Yap... dia Ashilla gadis rasa jambu. Yang gue cium di museum. Bibir merah jambunya bahkan masih bersinar di tengah kegelapan malam.

Ia kaget namun tetap menggeleng, "belum, nyari temen gue dulu. By the way, panggil saja Shilla. Gue agak aneh dipanggil pake nama panjang."

"Oke, Shilla. Do you have time? Can we talk?" Tanya gue.

"Dimana?" Tanya Shilla.

"Di mobil gue," kata Cakka.

"Tapi gue masih mau cari temen gue. Kalau nggak gue nggak bisa pulang," katanya.

"I will drive you home."

Tanpa basa-basi gue langsung tarik tangannya menuju estilo gue. Dia kayaknya agak kaget tapi tanpa melakukan perlawanan. Tiba di estilo gue. Gue langsung bukain pintu buat dia. Dia masuk ke dalam. Lalu gue ambil alih kemudi.
Gue nggak langsung jalan. Gue mau lihat ekspresi wajahnya Shilla. Kayaknya dia agak khawatir tapi gue nggak tahu khawatir apa. Maybe, dia takut juga gue apa-apain kayak waktu itu.

"Rumah lo dimana?"

"Daan mogot," Katanya.

"Oke... use your seatbelt," kata gue sambil menjalankan estilo gue.

Dalam perjalanan ada suasana rada canggung sih. Gue mau memecah suasana itu. Jangan panggil Cakka kalau gue nggak bisa buat Shilla keluar aslinya.

"Lo baru pertama kali ya ikut balap kayak gini?"

"Iya..." katanya sambil mengangguk.

"Pantes... lo peluk gue kencang banget sampai dada lo kerasa banget di punggung gue."

Gue nengok ke arah Shilla. Wajahnya agak memerah waktu gue bilang kayak gitu. Ah so cute!

"Sorry," cuma itu yang keluar dari bibir merah jambunya.

"Kenapa lo nekat mau ikut balapan?" Tanya gue.

"Gue... hm... gue pengin cari pengalaman yang beda aja sesekali," katanya.

"Trus gimana rasanya tadi. It was fun, isn't it?"

"It gonna kill me at the time. Lo nggak denger teriakan gue? Sumpah lo bawa motornya cepet banget," kata Shilla, "and I hope you don't driving crazy with this car too. You wanna kill me?" Lanjutnya.

"But, see... we are the winner, oke... oke I'm driving safely," kata gue sambil menurunkan kecepatan estilo gue.

Nggak lama kemudian kita udah tiba di sebuah rumah yang ditunjukan Shilla sama gue. Gue memandangi rumah neo-klasik yang berdiri kokoh di depan. Dan rumah ini bukannya rumahnya....

"Alvino Velantio siapanya lo Shil?" Tanya gue.

"Kakak gue. Kenal?"

"Rival gue. Tadi dia ikut balap juga kok. Nggak ketemu?"

"Hah? Ada Kak Alvino tadi?" Dia kelihatan panik.

"Iya. Gue heran aja. Kok bisa adiknya Alvino masuk motor sport gue dan jadi umbrella girl lagi... ck... padahal dia punya motor sport sendiri," kata gue.

Shilla agak bingung. Dia cuma tersenyum agak kikuk hendak membuka pintu. Tapi gue cegat dulu. Gue tahan tangannya membuat Shilla berbalik. Gue langsung cium sudut bibirnya. Membuat dia kaget.

"By the way... sorry for the lastest mistake at museum. I swear I lost my mind," kata gue.

Dia cuma mengangguk kikuk. Lalu membuka pintu sebelum ia turun benar gue berkata, "sleep tight, gadis rasa jambu," entah dia mendengarnya atau tidak dia terus melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan hati-hati.

Gue memandangi punggungnya sampai benar-benar hilang. Saat gue hendak menyalakan mobil gue.Gue lihat ada seorang gadis yang ikut masuk ke dalam rumah Shilla sambil menatap gue dengan tatapan nanar. Gadis itu menggantung kameranya dileher dengan backpacker di punggungnya.
Ah... itu Arcilla yang waktu itu! Kenapa dia masuk juga ke dalam rumahnya Shilla?

Entahlah. Gue akhirnya memutar mobil gue. Back to home. Lagi males cari mangsa malam ini--entah kenapa--setelah melihat Shilla tadi.

Atau mungkin karena gue udah menemukan mangsa baru?

Whatever!

***

BADBOY'S SEDUCTIONWhere stories live. Discover now