Prologue

16.1K 257 5
                                    

Kenapa gue sampai terdampar di klub nggak jelas seperti ini? Klub apaan ini? Dasar Alys sesat ngajakin gue kemari. Ini bermula dari gue yang suntuk seharian di rumah. Makanya gue telepon sepupu gue, ya si Alys itu. Niatnya mau nyuruh dia temanin gue di rumah. Tapi, kata Alys dia ada pertemuan dengan klubnya. Dan gue main minta ikut aja. Secara gue kira klub apaan ternyata...

“Wah Lys, lo bawa korbannya Cakka darimana lagi? Gila tuh cowok baru dapet Sivia kemarin sekarang udah ada yang baru lagi korbannya,” kata seorang gadis.

“Bukan... bukan, dia sepupu gue, namanya Shilla. Nggak pa-pa kan gue ajak dia kemari? Tenang aja dia nggak bakalan ember dan ikut campur kok sama urusan kita,” kata Alys.

“Ya udah, by the way Lys, ada korban satu lagi dari jurusan lain. Udah lama sih katanya, cuma dia baru tahu kalau ada klub kayak kita. Jadi gue ajak kemari. Mending kenalan dulu sama Acha, biar kita bisa lebih tahu cara membalas PK satu itu!” kata gadis yang satunya lagi.

Gue jadi semakin bingung dengan klub ini. Sebenarnya ini klub apa sih? Tapi gue nggak mau kepo. Kan kata Alys gue cukup ikut dan dengar saja, yang penting kan gue nggak di rumah. Gue pun ngeluarin iPad gue. Sambil memain-mainkannya saja. Sesekali mencuri pandang ke arah mereka sambil mendengarkan cerita mereka.

“Hai, nama gue Acha, gue jurusan Sastra. Kemarin waktu gue dengar sama teman-teman gue ada klub ini gue niat buat gabung. Gue pengen banget balas manusia PK yang itu!”

Siapa sih manusia PK? Gue makin penasaran.

“Sekarang gue absen.

“Acha ditambahin ya, oke mulai. Acha.”

“Hadir.”

“Alys.”

“Hadir.”

“Angel.”

“Hadir.”

“Angesti.”

“Hadir.”

“Aren.”

“Hadir.”

“Cahya.”

“Hadir.”

“Chelsea.”

“Hadir.”

“Dea.”

“Hadir.”

“Febby.”

“Hadir.”

“Gita.”

“Hadir.”

“Linne.”

“Hadir.”

“Riva alias gue hadir ya.”

“Sivia.”

“Hadir.”

“Tri.”

“Hadir.”

Gadis yang bernama Riva itu mengabsen. Ada 14 gadis di ruangan itu. Ruangan yang seperti ruang rapat dengan meja bundar. Membuat ini seperti sebuah konferensi meja bundar. Lama-lama ini bisa untuk buat girlband deh. Tinggal ciptain lagu, nyanyiin, masukin ke youtube. Jadi artis dan terkenal horeee. Tambah gue jadi 15. Pemecah rekor girlband dengan anggota terbanyak—selain JKT48 soalnya mereka idol grup bukan girband—apasih ini.

“Mulai deh ceritanya dari siapa ya? Dari yang terlama dulu, Cahya lo mulai duluan,” kata Alys.

“Cakka itu...” Cahya menerawang, “sweet, dia sering ngasih gue hadiah, sering ngabisin waktu berdua, pokoknya dia beda deh dari pacar-pacar gue sebelumnya. Trus dia good kisser and so-damn-hot...”

Prakk!! Seseorang menggebrak meja. Kalau nggak salah namanya Aren yang tadi “lo kok jadi ceritain kayak gitu Cahya! Sebenarnya lo nyesel nggak sih? Gue sama sekali nggak lihat penyesalan dari cerita lo!”

“Sabar dong Ren, gue nyeritain sweet-nya dulu baru yang brengseknya. Gimana sih, makanya dengar gue lanjutin dulu.”

“Tapi lo nggak usah memperjelas kayak gitu. Kita semua udah tahu kali. Kita juga pernah ngerasain. Jadi lo to the point aja sama kebrengsekannya!” kata Aren.

“Oke-oke, instead dia good kisser, perayu, sweet dan so-damn-hot in bed! Dia itu cowok paling brengsek yang gue kenal! Setelah gue udah nyerahin semuanya sama dia. Dia malah ninggalin gue, dia malah putusin gue. Sehari setelah dia ngerasain gue. Padahal gue udah berharap kalau dia cinta terakhir gue. Pokoknya cowok kayak dia pantasnya dibasmi dari muka bumi ini! Klub pembasmi Cakka PK ini harus berhasil gimanapun caranya!” Cahya berapi-api.

“Setuju penjahat k*l*min kayak dia mesti dihancurkan! Biar dia menghargai cewek, bukan ngerasain trus ngebuang begitu aja!” kata Sivia.

Oke got it! Ini klub pembasmi Cakka PK. Perkumpulan cewek-cewek yang merasa dibohongi setelah diambil manisnya sama seseorang yang bernama Cakka. Dan berniat membalas kebrengsekan prang itu. Siapa sih Cakka? Gila tuh cowok berhasil screw sama empat belas cewek. Claps. Gue dengar satu per satu cerita mereka termasuk cerita Alys. Kenapa gue gemes ya buat ngeluarin pendapat gue?

“Dari cerita kalian yang gue dengar, Cakka itu tipe-tipe badboy impian di film-film yang gue nonton tahu. Film barat gitu. Keren ah,” komentar gue.

“APA?! KEREN?” keempatbelas orang itu serempak bersuara.

Gue melongo dengan tatapan ada-yang-salah-dengan-pernyataan-gue?

“Lo jangan samain film sama dunia nyata dong. Film itu beda! Gimana sih? Kita bisa lihat seseorang keren di film tapi sama sekali menjijikan di dunia nyata,” kata Angesti.

“Ini Indonesia pula bukan barat, kalau di barat lelaki PK kayak Cakka itu maklum, tapi kalau di sini? Nggak sama sekali kan?” komentar Riva.

Gue meletakan iPad gue di atas meja. Lalu menatap satu persatu empat belas cewek itu.

“Sekarang gue tanya sama lo. Lo nyerahin diri dipaksa atau sukarela?”

Seketika semua terdiam tak menjawab. Catch. Diam berarti sukarela.

“Makanya jadi cewek jangan mudah percaya sama rayuan orang,” kata gue lalu mengambil iPad gue kembali. Dari ekor mata gue, gue lihat mereka saling tatap menatap.

“Gue punya ide!” tiba-tiba Febby menyeletuk.

“APA?” tanya mereka serempak.

“Buat Cakka jatuh cinta tapi tak bisa memiliki. Buat patah hati sepatah hatinya! Buat dia hancur berantakan! Tapi kita butuh seseorang yang nggak Cakka kenal sebelumnya buat membantu kita melaksanakan semua itu.” Kata Febby.

“Tapi siapa?” tanya Tri.

Seketika semua mata tertuju pada gue. OH NO JANGAN GUE! JANGAN!

“SHILLA!” jawab mereka serempak.

(**)

BADBOY'S SEDUCTIONWo Geschichten leben. Entdecke jetzt