Chapter 22 [End]

17K 1K 93
                                    

Kevin tidak main-main dengan ucapannya, pria tampan itu membuktikannya dan Kevin tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan Mila dan membuat Mila percaya padanya.

Hari pertama setelah mereka kembali dipertemukan. Kevin datang ke rumah Mila sambil membawa sebuket mawar putih dan makanan yang ia masak sendiri dengan susah payah dengan dibantu Lisette tentunya, karena Kevin langsung menceritakan soal pertemuannya dengan Mila sekaligus si kembar dan Lisette pun dengan senang hati membantu Kevin memasak untuk Mila. Tapi sayangnya Mila tidak mau menerima bunga dan juga makanan yang ia bawa. Bahkan Mila juga masih belum mengizinkan Kevin masuk ke dalam rumahnya.

"Berikan saja bunga dan makanan yang kau bawa pada orang lain"

Itulah yang dikatakan Mila dan tentu saja Kevin tersenyum masam, hingga akhirnya makanan yang ia bawa, ia nikmati sendiri bersama Nicole dan Tita diteras depan rumah. Ya, paling tidak kedua princessnya itu menikmati hasil masakannya dan memuji Kevin dengan mengatakan kalau makanan yang dibuat Peponya sangat enak.

Hari kedua, Kevin kembali datang dan Kevin juga sudah menyiapkan makan malam romantis untuk Mila disebuah restoran mewah, namun sekali lagi, kali ini pun Kevin kembali menelan kekecewaan karena Mila menolak ajakan Kevin dan beralasan kalau dirinya sedang sangat lelah.

"Astaga gagal lagi! Bukankah wanita sangat menyukai sesuatu yang romantis?" Kevin mulai gregetan sendiri dengan sikap Mila, tapi ia juga tidak bisa memaksa Mila untuk menerimanya seperti halnya Nicole dan Tita yang sudah menerimanya.

"Sabal Pepo, semangaaaaatttt"

Setiap kali Kevin mulai kesal, kata-kata Nicole dan Tita-lah yang membuat Kevin tersenyum, apalagi wajah cantik sekaligus menggemaskan kedua princessnya itu selalu bisa meredam emosinya.

Hari ketiga, Kevin memutuskan untuk mendirikan tenda di depan rumah Mila. Kevin pikir ini adalah satu-satunya cara agar ia bisa dekat dengan Mila dan juga kedua princessnya. Namun sudah seminggu lebih berlalu dan sampai hari ini ia masih bercamping di depan rumah Mila, bahkan Kevin juga sudah melakukan banyak hal untuk Mila, tapi Kevin masih tetap saja diabaikan oleh Mila. Padahal selain pendekatan pada Mila yang selalu mendapat penolakan, Kevin sudah merelakan darahnya dihisap nyamuk, kulitnya merah-merah dan tubuhnya pegal-pegal karena tidur tidak nyaman dan masih banyak lagi. Namun tetap saja Mila tidak tersentuh.

"Pepo"

Tepat tengah malam Nicole dan Tita keluar dari rumah Mila dan masuk ke dalam tenda Kevin.

"Sayang kenapa kesini? Ini sudah malam nanti Memo panik kalau kalian tidak ada di kamar" Kevin membelai wajah Nicole dan Tita bergantian lalu memangku mereka berdua di dalam tenda sempitnya.

"Bialin aja Memo malah, habis Memo malah sama Peponya lama, Nicole kan seteles" Cicit Nicole, bibirnya mengerucut lucu dan kepalanya bersandar dengan nyaman dibahu Kevin.

"Tita juga Pepo, Tita pusing" Timpal Tita yang melakukan hal yang sama dengan Nicole. Kedua princess itu bersandar dengan nyaman dibahu Kevin, membuat Kevin tersenyum dan mengecup puncak kepala Nicole dan Tita bergantian.

"Memo kalian hanya butuh waktu sayang, jadi kita harus sabar" Ucap Kevin.

Nicole dan Tita mengangguk lalu mengecup pipi Kevin.

"Okay Pepo, tapi sekalang Pepo halus dengelin Nicole dan Tita nyanyi" Ucap Nicole, senyumnya begitu menggemaskan. Oh ya Tuhan, Kevin sangat bahagia karena ia memiliki putri kembar yang sangat cantik dan juga pintar.

"Dengelin ya Pepo" Tita mengedipkan matanya dan kedua princess cantik itu berdiri di depan Kevin dan mereka bersiap dengan tangan yang dijadikan mikrofon.

UNCOMMITTEDOnde histórias criam vida. Descubra agora