One (Hwang Anna)

19.8K 2K 543
                                    

London, 2017

Seorang gadis cantik berwajah campuran Korea-Jepang itu sedang duduk sendiri di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari butik tempatnya bekerja. Secangkir cokelat panas sudah tersaji di atas meja di hadapannya, tapi harumnya masih tak mampu mengalihkan atensi si Cantik dari kegiatan favoritnya.

Melihat hujan.

Entah kenapa, gadis itu begitu suka melihat hujan. Suara dan bau hujan membuatnya rileks dan tenang. Mungkin karena itulah ia betah hanya berdiam diri saat hujan turun. Ia suka saat bulir-bulir hujan menuruni bumi.

"Percuma saja kau memesan cokelat panas kalau pada akhirnya hanya kau diamkan seperti itu, Hwang Anna," sebuah suara feminin menyapa gendang telinga gadis bernama Hwang Anna itu.

Anna lantas menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum saat mengetahui siapa sosok cantik yang sedang bicara padanya itu.

"Eonnie sudah datang?" sapanya pada Irene Bae, pemilik butik tempatnya bekerja. Irene dan Anna sudah dekat sedari kuliah dulu. Wanita yang tiga tahun lebih tua dari Anna itu adalah senior di kampusnya dulu.

Irene mengangguk sambil tersenyum cukup lebar. Wanita itu melirik pada cokelat panas Anna yang sama sekali belum tersentuh. Ia mendengus. "Kau itu suka sekali pada hujan, ya? Sampai-sampai cokelat panasmu kau diamkan hingga hampir dingin begitu."

Anna meringis kemudian menyentuh cangkir cokelat panasnya. "Benar, sudah dingin." Anna pun meneguknya sedikit.

Irene menggeleng tak percaya sambil berdecak. Wanita itu segera memesan latte untuk dirinya sendiri pelayan.

"Kau membawa desain yang kuminta, 'kan?" Irene bertanya. Anna mengangguk sambil tersenyum lebar.

Anna mengambil sebuah buku yang memuat desain-desain baju yang dibuatnya. "Ini, Eonnie. Kuharap, Eonnie menyukainya."

Irene menerimanya dengan senang hati. Senyum sumringah terpancar dari wajah cantiknya saat membolak-balik hasil karya asistennya itu. "As expected, Anna. Desainmu menakjubkan." Irene tersenyum bangga pada Anna.

Seulas senyum tipis Anna berikan sebagai respon.

"Oh ya, bagaimana keadaan nenek Eonnie?" Anna bertanya. Irene baru saja kembali dari Seoul, Korea Selatan untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit. Sebelum Irene pulang ke Korea, ia mendengar bahwa keadaan nenek dari bosnya itu kritis. Maka dari itu, Anna ingin tahu bagaimana keadaan terkini beliau.

Irene menghela nafas pelan lalu tersenyum tipis. "Halmeoni sudah sedikit membaik. Operasinya berjalan lancar. Terima kasih karena telah mendo'akannya, ya?"

Senyum lega terpatri di wajah jelita Anna. "Syukurlah kalau begitu."

Irene mengangguk. Kemudian, wanita itu menatap Anna serius.

"Kau tidak ingin pulang?" tanya Irene.

Wajah Anna langsung berubah saat mendengar kata 'pulang' terlontar dari bibir Irene. Anna tampak pucat. Ia paham betul apa yang Irene maksud dengan kata 'pulang' itu. Namun, ia tidak bisa-bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya

"Kau masih tidak ingin pulang juga, ya?" Irene mendesah lesu. Wajahnya tampak begitu prihatin menatap Anna.

"Move on-lah dari masa lalumu, Anna. Yang bersalah padamu adalah 'lelaki itu', bukannya keluargamu. Jangan hukum mereka juga."

"Aku bukannya menghukum mereka, Eonnie," sergah Anna dengan nada frustrasi. "Aku hanya tidak bisa saja kembali kesana. Aku takut—"

"Takut bertemu dengan 'dia'? Astaga, Anna! Bahkan, saat pemakaman kakakmu, dia tidak menampakkan batang hidungnya, bukan? Jadi kenapa kau harus takut bertemu dengannya?"

ANGUISH - Everything Has Changed [EXO]Where stories live. Discover now